TANGERANGNEWS.com- PT PLN (Persero) berhasil mencetak rekor laba tertinggi sepanjang sejarah, yakni Rp 5,99 triliun pada 2020, menjadi Rp 13,17 triliun pada 2021, dan meningkat kembali menjadi Rp 14,41 triliun pada 2022.
Hal itu pun diapresiasi oleh Komisi VI DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat antara Komisi VI DPR RI dengan PLN di Jakarta pada Rabu, 3 April 2024.
"(Komisi VI DPR RI) mendorong PLN memastikan ketersediaan, keandalan dan ketahanan energi listrik termasuk meningkatkan layanan kepada pelanggan melalui inovasi dan transformasi bisnis yang berkelanjutan," ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima.
Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Evita Nursanty menilai PLN sebagai BUMN telah berhasil meningkatkan kinerjanya, mencatat laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Evita menekankan pentingnya PLN terus meningkatkan kinerjanya, khususnya dalam menyediakan listrik di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta meningkatkan rasio elektrifikasi untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Saya ingat ketika pertama masuk ke Komisi VI periode ini, pada tahun pertama dan kedua, raport PLN merah. Tapi, Alhamdulillah, dari apa yang disampaikan tadi, PLN saat ini bisa meraih laba, bahkan berlipat dari apa yang dicapai sebelumnya," ungkapnya.
Menanggapi itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, peningkatan laba PLN tidak lepas dari transformasi yang dilakukan, sehingga berhasil meningkatkan pendapatan dan efisiensi operasional serta keuangan perusahaan.
"Kami menata seluruh proses bisnis, termasuk dalam pengelolaan keuangan. Hasilnya di tengah volatilitas kurs dan keadaan makro ekonomi yang tidak kondusif, PLN berhasil meningkatkan penjualan, meningkatkan EBITDA, menjaga arus operasi kas, bahkan mampu meningkatkan Return of Invested Capital," jelas Darmawan.
Saat ini, kata Darmawan, laba PLN 2023 tengah dalam proses audit, namun pihaknya optimis bisa mencatat laba tertinggi sepanjang sejarah kembali.
Darmawan membeberkan, PLN melakukan transformasi pengelolaan keuangan melalui proactive debt management, termasuk percepatan pembayaran utang dan loan conversion.
Hasilnyaz PLN mampu menurunkan saldo utang sebesar Rp 55 triliun sejak tahun 2019 dan tetap terus melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
Selain itu, terdapat program Cash War Room (CWR) yang fokus pada penguatan manajemen keuangan secara komprehensif.
Program CWR mulai menambahkan fokus pada peningkatan top line melalui optimasi penjualan dan distribusi pada tahun 2024.
"Dengan program ini kami betul-betul punya visibility, baik itu revenue maupun pengeluaran cost kami, mulai dari jangka pendek, menengah dan panjang. Sehingga pengelolaan keuangan lebih optimal dan efisien," kata Darmawan.
PLN juga melakukan pengendalian likuiditas, digitalisasi perencanaan pembayaran, dan sentralisasi perencanaan secara end to end.