TANGERANGNEWS.com-Mengawali 2024, kinerja BTPN Syariah tetap terjaga. Hal ini tak lepas dari upaya Bank yang selektif dalam menyalurkan pembiayaan serta program pendampingan yang semakin intensif ke masyarakat inklusi.
Di samping itu, Bank juga terus berupaya memperkuat kapasitas masyarakat inklusi dengan memberikan akses pengetahuan dan pendampingan secara konsisten.
Salah satunya melalui program Bestee (Berdaya Bersama Sahabat Tepat Indonesia) dengan melibatkan ribuan fasilitator yang sebagian besar adalah mahasiswa dari program Kampus Merdeka, dalam mendampingi dan memberikan pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing nasabah.
Hal ini dilakukan agar keterampilan nasabah dalam mengelola usaha semakin meningkat.
"Kinerja yang terjaga tak lepas dari upaya kami yang semakin intensif, dalam melakukan pendampingan serta menyalurkan pembiayaan yang selektif. Ini sebagai wujud komitmen kami yang senantiasa loyal, dalam memberdayakan masyarakat inklusi," ujar Fachmy Achmad, Direktur BTPN Syariah, Jumat 3 Mei 2024.
Ibu Nelci, salah satu nasabah BTPN Syariah di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku terbantu dengan program Bestee yang diberikan oleh BTPN Syariah.
Sebelumnya, nasabah yang memproduksi kain tenun ini hanya dapat menjual secara offline. Tetapi setelah mendapatkan pendampingan melalui program Bestee, Ibu Nelci dapat memasarkan produknya lebih luas melalui media sosial Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
"Pelanggan saya sekarang bertambah bahkan sampai Jakarta. Khusus di Desember 2023 pendapatan saya sampai Rp40 juta, melebihi dari omzet saya sebelumnya yang hanya sekitar Rp1 juta-Rp2 juta per bulan," tutur Ibu Nelci.
Hingga kuartal I 2024, Bank mencatatkan laba bersih sebesar Rp264 miliar dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp10,9 triliun.
Sementara, rasio keuangan Bank juga terjaga, di mana Return on Asset (RoA) 6,3% dan rasio kecukupan modal (CAR) 47,6%. Ini menunjukkan kesehatan Bank untuk terus bertumbuh di masa mendatang.
Saat ini, BTPN Syariah memiliki 7 juta nasabah dengan 4,1 juta nasabah aktif di 255,4 ribu komunitas, yang berada di 2.600 kecamatan di 26 provinsi Indonesia.
Para nasabah tersebut dilayani oleh lebih dari 14 ribu karyawan, dimana 96 persennya perempuan dan 50 persennya lulusan SMA.