TANGERANGNEWS.com- Kabar gembira datang bagi para pecinta Tupperware, khususnya para ibu rumah tangga yang gemar menggunakan produk ini. Pasalnya, Tupperware Brands Corporation berhasil keluar dari ancaman kebangkrutan setelah Hakim Kepailitan di Amerika Serikat menyetujui proposal perlindungan Bab 11 untuk menjual aset perusahaan kepada para pemberi pinjaman.
Melalui cara ini, setidaknya Tupperware dapat mempertahankan sebagian besar operasinya.
Dalam sidang yang digelar di Wilmington, Delaware pada Selasa, 29 Oktober 2024, Hakim Brendan Shannon menyatakan bahwa penjualan aset ini merupakan opsi terbaik bagi kelangsungan Tupperware seperti dikutip dari CNN Indonesia, Minggu, 3 November 2024.
Hal ini disampaikan oleh Spencer Winters, pengacara Tupperware, yang menjelaskan bahwa perusahaan telah berusaha mencari pembeli potensial selama beberapa bulan sebelum memutuskan untuk mengajukan kebangkrutan.
Sayangnya, upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena tidak ada yang bersedia menanggung utang perusahaan yang mencapai US$818 juta.
Pemberi pinjaman yang kini mengakuisisi Tupperware termasuk Stonehill Capital Management Partners dan Alden Global Capital, dua perusahaan investasi yang diketahui membeli utang Tupperware dengan potongan harga besar beberapa bulan lalu.
Para pemberi pinjaman ini memberikan suntikan dana sebesar US$23,5 juta serta keringanan utang senilai lebih dari US$63 juta.
Aset yang dijual meliputi hak atas merek Tupperware serta properti di beberapa pasar utama, antara lain Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brasil, Tiongkok, Korea, India, dan Malaysia.
CEO Tupperware Laurie Ann Goldman mengungkapkan, perusahaan ini akan menghentikan operasi di beberapa pasar lainnya dan mengadopsi model bisnis yang lebih modern dengan pendekatan "digital-first, berbasis teknologi, dan ringan aset" sebagai bagian dari strategi pasca-kebangkrutan.
Perusahaan yang bermarkas di Orlando, Florida ini mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada bulan lalu sambil berusaha melelang asetnya secara terbuka.
Namun, para pemberi pinjaman Tupperware tidak sepakat dengan rencana penjualan itu dan lebih memilih untuk mengambil alih aset perusahaan demi menjaga kelangsungan operasional.