Oleh: Lutfiah Nabilla, Mahasiswi Jurnalistik UNIS Tangerang
TANGERANGNEWS.com-Warga Tangerang mungkin sudah tidak asing lagi dengan kelezatan makanan yang satu ini. Makanan berupa mie berbahan beras yang menjadi favorit masyarakat.
Makanan legendaris yang terkenal dengan kuah kuningnya yang kental ini merupakan perpaduan budaya Cina dan Melayu.
Tidak hanya cocok untuk berwisata kuliner, laksa juga bisa memenuhi kebutuhan makan sehari-hari pada pagi, siang dan malam hari.
Dalam perkembangannya, laksa Tangerang dijual dengan berkeliling menggubakan gerobak. Namun ada juga pedagang yang membuka lapak di sepanjang trotoar depan Lapas Wanita Tangerang, Jalan M Yamin, Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Beragam gerobak diparkir di trotoar, sehingga tidak sulit untuk menemukannya. Bamun seiring berjalannya waktu, tepatnya tahun 2010, Pemerintah Kota Tangerang memberikan kemudahan bagi penjual laksa dengan menyediakan lapak bambu beratap jerami, di ujung Jalan M Yamin.
Kawasan ini dipilih karena sangat strategis dan menjadi awal sejarah laksa Tangerang.
Di dalam lapak tersebut terdapat beberapa penjual yang masing-masing dibatasi oleh dinding yang memanjang hingga setinggi paha orang dewasa.
Pada masing-masing lapak terdapat plang dengan nama penjual yang menjadi ciri khas masing-masing penjualnya.
Tak hanya itu, setiap penjual menonjolkan ciri khasnya melalui cita rasa laksa yang disediakannya.
Di sekitar lapak, terdapat berbagai hidangan pelengkap laksa seperti otak-otak, es kelapa muda, dan cendol.
Lahan yang disediakan Pemerintah Kota Tangerang di sekitar warung Laksa cukup luas. Ditambah dengan pepohonan besar yang mengelilingi kawasan gubuk sehingga terasa sejuk dan asri.
Sebelum pedagang laksa menjual makanannya, para mereka menyiapkan bahan untuk dikonsumsi pada dini hari.
Proses pembuatannya dimulai dengan mencuci beras, kemudian ditumbuk dan menguleni, lalu mengukusnya di dalam panci.
Setelah matang dibiarkan menggiling dalam cetakan pasta kemudian dilanjutkan ke tahap kuah laksa.
Bahan yang dibutuhkan adalah kunyit, lengkuas, jahe, kemiri, cabai, santan, dan bawang merah, serta bawang putih untuk membuat Laksa Tangerang kental dengan lezatnya kuah yang dicampurkan.
Tidak ada Laksa Tangerang yang menggunakan bahan pengawet, sehingga hanya memiliki masa simpan 24 jam.
Untuk beberapa laksa yang menggunakan telur harganya cukup terjangkau sekitar Rp15.000 per porsi. Sedangkan jika dengan lauk ayam bakar seharga Rp25.000 per porsi.
Hingga saat ini wisata kuliner laksa selalu ramai dengan berbagai pengunjung di Kota Tangerang hingga ratusan orang, terlebih saat waktu liburan telah tiba.
Makanan khas daerah harus dijaga dan dilestarikan, tidak hanya membuat kita bangga. Makanan khas masing-masing daerah membuat kita belajar bagaimana proses produksi dan pembuatannya serta sejarah makanan tersebut.
Sehingga bagaimanapun juga masyarakat baik yang berasal dari dalam maupun luar daerah tersebut mengetahui daerahnya masing-masing. (RAZ/RAC)