TANGERANGNEWS.com-Ketersediaan air bersih di Kabupaten Tangerang semakin langka karena pencemaran limbah dari industri maupun rumah tangga ke sumber-sumber air baku seperti Sungai Cisadane.
Masalah tersebut senada dengan isu yang diangkat PBB pada Hari Air Dunia 2017 dengan tema Wastewater atau Air Limbah.Hal ini tentunya juga menjadi perhatian PT Aetra Tangerang sebagai salah satu perusahaan air bersih di Indonesia yang membuka unit usaha di Kabupaten Tangerang.
Presiden Direktur PT Aetra Tangerang Edy Hari Sasono mengatakan, bahwa sejak awal berdiri pada 2010 di Kabupaten Tangerang. Aetra telah membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kecamatan Sepatan, dengan teknologi Backwash Recycling Process.
"Jadi air hasil proses produksi tidak langsung dibuang. Tetapi kita olah kembali untuk diproses jadi air bersih sampai benar-benar sisa limbah. Sehingga bisa hemat air baku sampai lima persen," katanya di IPA Sepatan, Senin (20/3/2017).
Kemudian, menurut Edy, limbah hasil pengolahan air ini nantinya akan dibuang ke sungai Cirarap. Limbah ini tidak akan langsung dibuang ke sungai, melainkan akan diendapkan dulu dalam sludge drying bed (kolam pengering lumpur).
Sehingga menghasilkan filtrat yang telah memenuhi persyaratan air limbah dan aman untuk dialirkan ke sungai."Limbah ini tidak akan memberi beban polutan kepada sungai karena kualitasnya justru lebih baik dari kualitas air existing sungai Cirarap. Jadi dari sisi ekonomi dapat, sisi konservasi air dapat," katanya.
Menurutnya teknologi tersebut masih jarang digunakan oleh perusahan air minum di Tangerang, sehingg Aetra merupakan pionir pengguna teknokogi tersebut."Kita yang pertama pakai. Memang kita sangat concern terhadap air limbah dan penghematan air," ujarnya.
Selain itu pihaknya juga memaksimalkan konstruksi jaringan perpipaan dengan pipa terbaru. Sehingga dapat menekan kebocoran air di distribusi hingga 4-7 persen."Rata-rata PDAM di Indonesia itu kebocorannya mencapai 25-30 persen," jelasnya.
Edy menambahkan, Aetra juga sangat memperhatikan kualitas air produksi air. Karena itu, pihaknya melakukan kontrol berlapis. Tidak hanya dengan Lab internal, tapi juga menunjuk dua Lab independen untuk mengecek kualitasnya.
Sehingga, pastikan air yang diproduksi IPA Sepatan ini telah memenuhi standar PERMENKES No 907/MENKES/SK/VII/2002 sehingga layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. IPA di Sepatan menurut dia memiliki kapasitas 900 liter per detik dan baru digunakan untuk memproduksi 650 liter per detik.
Adapun pelanggan yang sudah dilayani sekitar 56 ribu di wilayah Pasar Kemis, Sepatan, Cikupa, Balaraja, dan Jayanti, dengan harga Rp5.300 per meter kubik.