TANGERANGNEWS.com-Peringatan Hari Pahlawan disemarakkan dengan berbagai kegiatan oleh Sanggar Baca Cisauk, Kabupaten Tangerang. Momen yang diperingati setiap 10 November untuk mengenang para pejuang kemerdekaan yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia itu diekspresikan dengan deklamasi puisi, diskusi, pentas musik serta atraksi silat, Sabtu (9/11/2019) malam.
Cisauk sebagai salah satu wilayah bersejarah selama masa penjajahan Belanda—dengan beberapa situs orde penjajahan yang saat ini kondisinya tidak terawat dan memperihatinkan— membuat penyelenggara juga memutar film pendek bertajuk Cisauk Tempo Dulu.
Film tersebut menggambarkan kondisi Cisauk yang sempat menjadi tempat bersejarah selama masa penjajahan Belanda.
Deden, Ketua Pelaksana Kegiatan mengatakan, kegiatan ini diharapkan dapat memacu kreatifitas pemuda setempat ditengah pesatnya perkembangan wilayah tersebut setelah bersentuhan dengan beberapa pengembang perumahan besar di Tangerang sehingga mengubah wajah Cisauk menjadi wilayah urban.
"Ini bentuk rasa terimakasih kami terhadap para pahlawan yang sudah berjuang dan berkorban. Sementara kita harus siap menerima perkembangan zaman tanpa merusak lingkungan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima TangerangNews, Minggu (10/11/2019).
Kegiatan yang dihelat di samping GOR Kecamatan Cisauk tersebut turut dihadiri Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Adi Tya Wijaya yang juga warga setempat.
Adi mengapresiasi kegiatan yang dihadiri ratusan warga itu. Ia berharap, pemuda di Cisauk semakin produktif dan aktif dalam merespon perkembangan wilayah. Sebab, kata Adi, pemuda tidak boleh menjadi penonton di kampung sendiri.
"Kegiatan ini sangat positif menggali potensi juga menjadi ruang ekspresi. Melalui diskusi, selain membuka wawasan, juga dapat menggugah kesadaran," katanya.
Diskusi yang juga menghadirkan para pegiat lingkungan hidup, salah satunya Barku, aktivis Greenpeace itu menyorot soal perkembangan wilayah Cisauk yang telah berubah menjadi wilayah perkotaan sejak hadirnya beberapa kawasan pemukiman yang dibesut pengembang ternama.
Cisauk yang secara fisik telah berubah menjadi kota, lanjut Adi, harus diimbangi dengan perkembangan sumber daya manusia warga setempat. Sebab, kata dia, tanpa kemampuan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, mereka yang tercatat sebagai warga asli setemlat pada akhirnya hanya akan menjadi penonton di kampung sendiri.
Terkait pembanguan wilayah, ia menegaskan, keseimbangan lingkungan harus tetap menjadi prioritas utama. Perencanaan tata kota yang baik serta pembangunan yang mengedepankan aspek lingkungan hidup ditegaskannya menjadi sebuah keniscayaan.
"Dengan pembangunan berwawasan lingkungan, kami yakin, masa depan anak cucu kita juga terjamin. Sebab, setiap pembangunan pasti menurunkan kualitas lingkungan, namun hal itu bisa diminimalisir dengan konsep pembangunan ramah lingkungan," pungkasnya.(MRI/RGI)