TANGERANG-Kebutuhan besi baja nasional tiap tahun cenderung meningkat. Namun peningkatan permintaan itu tidak diimbangi dengan kapasitas produksi yang ada. Akibatnya sekitar 50 persen kebutuhan yang ada harus diimpor dari berbagai negara.
Demikian yang dikatakan oleh Agus Santoso Tamun, Direktur Utama PT Power Steel Mandiri (PSM), produsen besi baja, Selasa (4/10), saat acara kunjungan ke pabrik PSM di kawasan industri Millenium, Cikupa, Kabupaten Tangerang.
"Kebutuhan besi nasional tahun 2011 ini mencapai 9,5 juta ton, atau setara Rp 63,7 triliun. Namun yang bisa dipasok produsen dalam negeri hanya sekitar 50 persen, sisanya terpaksa impor dari luar negeri," ucapnya.
Menurut Agus, permintaan besi baja di dalam negeri meningkat pesat. Hal ini bisa dilihat dari angka produksi tahun 2010 yang hanya mencapai 6,6 juta ton atau setara Rp 41,5 triliun. "Peningkatan permintaan itu dipicu pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 7,3 persen, dan sektor manufaktur 6,2 persen," ucapnya.
Akibatnya kata Agus, harga besi baja nasional rata-rata naik 15 - 23 persen dibandingkan 2010. "Peningkatan penjualan otomotif berpengaruh besar bagi permintaan besi baja nasional," tandasnya.
PT PSM sendiri, yang memulai bisnis peleburan besi baja tahun 2005, kata Agus, kapasitas produksinya masih relatif kecil. Saat ini pihaknya baru bisa memproduksi 18.000 - 20.000 ton/bulan. "Target kami bisa memproduksi hingga 27.000 ton/bulan," ujarnya.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi itu, lanjut Agus, pihaknya baru saja membeli empat unit tungku peleburan untuk proses produksi. Keempat unit tungku ini dibeli dari produsen di RRC, sehingga saat ini PT PSM memiliki 10 unit tungku peleburan.
Sementara itu, menurut Priyo Widodo, Manager Produksi PSM, penambahan tungku peleburan itu berdampak pada meningkatnya polusi udara. Karena itu, pihaknya juga membeli alat hisap debu dan dipasang di cerobong asap PT PSM. "Tentunya kami menyadari, jika kapasitas produksi meningkat maka tingkat polusi akan meningkat. Makanya kami sekarang memasang alat hisap di cerobong asap," ucapnya.
Menurut Priyo, daya hisap dari alat yang digunakan pihaknya memiliki kekuatan hingga 20.000 m3/jam, dengan area filter seluas 2.700 m2. Mesin hisap debu itu memiliki daya listrik 400.000 watt. "Karena jika tidak dipasang alat hisap ini, warga pasti demo. Jadi kami coba mengakomodir permintaan warga sekitar agar tidak ada polusi," ucapnya.
Adanya tuntutan dari sebagian warga agar pabrik PSM ditutup, kata Priyo, tidak masuk akal. Sebab PT PSM sendiri memiliki jumlah karyawan sekitar 1.500 orang, yang mana sekitar 80 persen adalah warga sekitar kawasan industri Millenium. "Masak harus tutup. Yang menggantungkan hidup di pabrik ini cukup banyak," ujarnya.
Yang terpenting kata Priyo, pihaknya berkomitmen untuk menjaga kebersihan lingkungan. "Dengan dipasangnya alat hisap debu ini kami harap bisa menekan polusi yang ada," tandasnya.(DRA)