TANGERANGNEWS--Pemkot Tangerang mengharapkan RS Kusta Sitanala dan lima lembaga pemasyarakatan (lapas) yang ada di wilayah Kota Tangerang dapat dipindahkan dari lokasi saat ini.
Alasannya, kini Kota Tangerang sedang berbenah untuk menjadi kota besar. Penolakan itu dilakukan disaat RS Kusta Sitanala digagas Pemerintah Pusat untuk dipersiapkan menjadi rumah sakit rujukan nasional membackup Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di DKI Jakarta yang dianggap sudah tak dapat membendung pasiennya.
Kepala Bagian Humas dan Protokoler Kota Tangerang Ahsan Annahar membenarkan keinginan Pemkot Tangerang itu.
"Pemkot Tangerang saat ini sedang berkembang dan bukan kota kecil lagi. Sudah tidak tepat lagi lagi apabila menjadi sentralisasi penderita kusta. Apalagi jumlah pasiennya sudah tidak banyak lagi," ujar Ahsan, kemarin.
Dirinya menjelaskan pihaknya sedang melakukan penataan kota agar lebih tertib dan indah, terutama di wilayah yang berdekatan dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Berdasarkan kajian Pemkot Tangerang RS Kusta Sitanala akan lebih baik dijadikan RS Haji karena lokasinya yang berada dipinggir bandara.
Saat ditanya ada rumors akan dijadikan pusat perbelanjaan sebagaimana yang saat ini terjadi di Pasar Cikokol, Ahsan membantahnya. " Tidak benar itu. Kita maunya sih akan membangun RS Haji. Seperti diketahui kan saat ini pasien di sana sudah jauh berkurang," ungkapnya.
Lalu akan dipindahkan ke mana RS Kusta Sitanala jika pergi dari Kota Tangerang. Ahsan mengatakan, soal itu pihaknya belum mengetahui akan dipindahkan kemana. Sebab proses penjajakan dengan pemilik lahan seluas 56 hektare itu yakni Departemen Kesehatan belum ada. " Kami hanya mengusulkan berdasarkan proses pendataan Kota Tangerag tentang area yang ada didekat bandara," tegasnya.
Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Herry Rumawatine yang mengatakan, salah satu langkah yang efektif memindahkan LP dan RS Sitanala adalah dengan cara ruislag. Ruislag ini dapat dilakukan setelah sebelumnya dibentuk tim untuk mempelajari langkah-langkah yang dapat diambil
“Sudah tidak tepat lagi memang kalau RS Sitanala dan gedung LP ada di dalam Kota Tangerang. Ada beberapa aspek yang merugikan dalam perkembangan Kota Tangerang. Apalagi, LP dan RS Sitanala berada di jantung Kota Tangerang. Harusnya lokasi itu ditempatkan perkantoran ataupun pusat bisnis untuk mendongkrak nilai ekonomis Kota Tangerang,†ujar Herry Rumawatine.
Menurut Herry, bila dilihat dari sisi sosial masyarakat dalam memaknai penyakit kusta. RS Sitanala harus dipindahkan guna menghindari negatif efek yang tercipta dalam pikiran masyarakat karena penyakitnya. Termasuk juga dengan image seramnya lokasi lembaga pemasyarakatan.
“Harusnya dicarikan lahan yang memang jauh dari Kota Tangerang. Dengan begitu, rasa seram penyakit kusta bisa hilang di Kota Tangerang. Pandangan di mata masyarakat bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular,†kata Herry.
Kepala Instalasi Rawat Jalan Kusta RS Kusta Sitanala dr Amirul Sumabrata saat dimintai komentarnya mengatakan, jumlah pasien rawat jalan di RS Kusta Sitanala setiap bulannya 800-1000 orang.
" Siapa yang bilang tidak ada pasien di sini. Ada data tidak mereka, yang rawat inap saja masih ada 100 orang. Kalaupun tidak ada pasien kusta kita juga membuka praktek umum, artinya yang dirawat di sini tidak hanya mereka yang kusta," ujarnya.
Dirinya, kata dia, adalah penggagas agar RS Kusta Sitanala bisa menjadi RS rujukan membantu RSCM yang sudah jelas kurang lahan. "Saya sih setuju jika dijadikan RS Haji. Tetapi aneh saja, kan sudah banyak RS haji yabg kurang justru seperti RSCM. Kalau seperti RSCM kan haji juga bisa dirawata," jelasnya. Dokter yang biasa dipanggil Gustaf itu mengatakan, jangan segalanya dipelintir. Dirinya mengkhawatirkan ada versi lain karena begitu ngototnya Kota Tangerang menolak RS Kusta Sitanala. (dira).