TANGERANGNEWS.com-Warga keturunan Tionghoa di Kota Tangerang memanfaatkan momentum Ramadan untuk memeriahkan dan menghadiri Perayaan Peh Cun yang digelar di Bantaran Sungai Cisadane, Jalan Kali Pasir, Kecamatan Tangerang, Rabu (31/05/2017).
Kemeriahan sudah terlihat dari mengularnya kendaraan menuju lokasi acara. Kendaraan roda dua, empat dan masyarakat, memenuhi sepanjang lokasi.
Perayaan pehcun di Sungai Cisadane, Kota Tangerang, adalah salah satu yang tertua di Indonesia. Menurut sejarahnya, perayaan yang digelar rutin oleh perkumpulan Boen Tek Bio ini, sudah ada sejak tahun 1910 dan selalu diisi oleh berbagai ritual dan tradisi unik.
Sebelum diadakan di Sungai Cisadane, perayaan ini diadakan di kawasan Kota, Jakarta. Tapi karena sungai di sana mengalami pendangkalan, perayaan Peh Cun dipindahkan ke Sungai Cisadane. Seperti yang tersaji tadi, warga saling berebut bebek yang dilepaskan panitia ke sungai, untuk kemudian ditangkap para peserta lomba tangkap bebek. Sebagai salah satu rangkaian dari kegiatan Peh Cun.
Wali Kota Tangerang, Arief Rachadiono Wismansyah pun turut serta menyaksikan keseruan para warga yang sedang berebut bebek dari perahu yang ditumpanginya bersama Kepala Satpol PP Kota Tangerang, Mumung Nurwana, Camat Tangerang, Agus Hendra, serta yang lainnya.
Seusai acara, Arief mengemukakan, perayaan tahunan ini diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat etnis Tionghoa maupun non Tionghoa, mulai dari pejabat pemerintahan hingga masyarakat sipil. Menurutnya, apa yang disajikan dalam Peh Cun, adalah sebuah potret keberagaman seni budaya yang dapat menyatukan setiap elemen yang ada di masyarakat khususnya masyarakat Kota Tangerang.
“Meski ini hajatan saudara kita (Tionghoa), namun semuanya dapat saling berbaur dan turut meramaikannya. Inilah yang harus kita selalu jaga, saling toleransi dan menghormati satu sama lain,” pesannya.
Dengan rutinnya acara Peh Cun, Arief berharap, selain menjadi daya tarik wisata juga akan semakin merekatkan tali persaudaraan sesama warga khususnya di Kota Tangerang. "Keberagaman adalah sebuah anugerah. Mari terus kita jaga dan optimalkan sehingga menjadi sebuah kekuatan dalan membangun dan menjadikan Kota Tangerang semakin maju dan sejahtera," pesannya.
Sementara itu, Oey Tjin Eng, selaku Humas Panitia Peh Cun, menuturkan, pada rangkaian kegiatan Peh Cun kali ini, masyarakat Tionghoa melakukan persembahyangan untuk menolak bala dari cuaca ekstrim. Dilanjutkan dengan melempar bacang ke Sungai Cisadane, dengan makna menghormati jasa Qu Yuan dalam mempertahankan kebenaran demi membela negara.
Selain melempar bacang, ada juga tradisi buang bebek, yang dimana bebek tersebut dilempar ke sungai untuk ditangkap kembali dan sayap bebeknya terdapat pita yang berisikan doorprize yang bisa ditukarkan.
“Buang bebek itu buang kias atau buang sial, yang merasa dirinya ingin lepas dari bala. Ada 100 bebek yang dilepaskan. Nanti yang nangkep bisa dapet doorprize seperti dispenser, rice cooker, kipas angin dan lain sebagainya,” ujar Tjin Eng.
Seiring perjalanan waktu, perayaan Peh Cun yang sudah mengakar di masyarakat Kota Tangerang, membuat perayaan ini menjadi festival yang selalu menarik dan dinanti.
Penyelenggaraannya pun menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Kota Tangerang. Tapi yang terpenting, perayaan Peh Cun merupakan sikap menghayati kembali nilai-nilai patriotisme Qu Yuan, sambil terus melestarikan Sungai Cisadane agar tetap asri dan bersih.