Connect With Us

Perjuangan Nakes di Kota Tangerang Lawan COVID-19, Rawat Pasien Bandel Hingga Sulit Bertemu Keluarga

Achmad Irfan Fauzi | Minggu, 14 Februari 2021 | 13:16

Khairul Kharis, tenaga kesehatan (nakes) RSUD Kota Tangerang yang merawat pasien COVID-19. (@TangerangNews / Pribadi)

TANGERANGNEWS.com—Tenaga kesehatan (nakes) di Kota Tangerang saat ini sedang berjuang dalam menghadapi pandemi COVID-19, dengan merawat para pasien terutama yang terinfeksi agar bisa sembuh dan sehat kembali untuk bisa turut serta membangun Kota Tangerang. 

Merawat pasien memang sudah menjadi tugas utama para nakes. Namun, disaat pandemi COVID-19 seperti sekarang ini tugas nakes tersebut bertambah. Pasalnya, warga yang terpapar corona ini terus meningkat. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang melalui https://covid19.tangerangkota.go.id/ yang diakses pada Minggu (14/2/2021), kasus konfirmasi total COVID-19 di Kota Tangerang berjumlah 6.703 orang dengan kesembuhan 6.234 orang, meninggal 133 orang, dan masih dalam perawatan 336 orang. 

Khairul Kharis, nakes yang bertugas di RSUD Kota Tangerang menceritakan sekelumit perjuangannya melawan pandemi terutama dalam merawat pasien COVID-19. 

Kharis merupakan nakes angkatan pertama yang menangani pasien COVID-19 sejak pandemi. Pria yang telah mengabdikan diri menjadi nakes sejak 2017 ini menganggap pandemi corona sebagai tantangan baru dalam bertugas. 

Petugas tenaga kesehatan (nakes) RSUD Kota Tangerang yang merawat pasien COVID-19.

“Karena dalam dunia kesehatan penyakit menular itu banyak dan sudah ada sebelum pandemi COVID-19. Karena ini virus baru, tentu tantangan baru terutama dalam merawat pasiennya,” ujar Kharis kepada TangerangNews, Minggu (14/2/2021). 

Bagi pria alumnus Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang ini, merawat pasien COVID-19 dengan pasien umum sangat berbeda.

Perbedaan utamanya adalah para nakes harus mengenakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap seperti baju hazmat. 

Mengenakan APD lengkap membuat Kharis tidak nyaman. Apalagi dia mengenakannya selama tiga sampai delapan jam lamanya. Terlalu lama mengenakan APD juga membuat nafasnya terasa sesak. 

Petugas tenaga kesehatan (nakes) RSUD Kota Tangerang yang merawat pasien COVID-19saat berswa foto bersama.

“Awal-awal saya kurang nyaman pakai APD lengkap karena biasanya hanya pakai masker dan sarung tangan saja. Pakai APD lengkap risikonya sempat sesak nafas. Tapi, lama-lama karena terbiasa ya sudah menjadi nyaman. Pakai APD ini untuk safety kita juga, karena virus pada pasien rentan tertular,” kata pria berusia 26 tahun ini.  

Setiap nakes di RSUD Kota Tangerang merawat lima pasien COVID-19. Jumlah satu banding lima dalam merawat pasien ini tidak membuat dirinya kewalahan. Menurutnya, nakes akan kewalahan jika pasiennya sulit diatur. 

Kharis menyebut tipe pasien COVID-19 sangat beragam. Ada yang kooperatif, ada yang tidak. Hal ini dianggap Kharis sebagai tantangan. 

Menurutnya, pasien yang kooperatif cenderung telah menerima kalau mereka penderita COVID-19.

Sedangkan pasien yang tidak kooperatif cenderung sebaliknya. Sehingga perlu kesabaran ekstra dalam menangani pasien ini. 

Dalam menangani pasien corona terutama yang tidak kooperatif, perjuangannya adalah memberikan pemahaman yang komprehensif terkait virus tersebut demi kesembuhan pasien. 

Petugas tenaga kesehatan (nakes) RSUD Kota Tangerang yang merawat pasien COVID-19.

“Pasien yang kooperatif bisa meningkatkan proses penyembuhan mereka. Jadi ini tantangan juga bahwa saya harus memberikan pelayanan-pelayanan termasuk edukasi,” ucap anggota Divisi Pelayanan DPD PPNI Kota Tangerang ini. 

Di sisi lain merawat pasien, para nakes juga harus memperhatikan kesehatannya agar tidak tertular COVID-19.

Kharis menganggap sejak awal menangani pasien corona sangat sulit menghindari penularan virus ini meski sudah disiplin menerapkan protokol kesehatan. 

Dia pun meyakini kalau dirinya pasti akan terinfeksi corona karena selalu kontak erat dengan pasien yang terkonfirmasi positif. Benar saja, pada Desember 2020 Kharis dinyatakan positif COVID-19. 

“Ya namanya selalu kontak dengan pasien. Saya merasa menolak tertular itu seperti tidak bisa. Saya berpikir tinggal menunggu giliran,” ungkapnya. 

Kharis pun diisolasi mandiri di rumahnya di Taman Cibodas, Kota Tangerang bersamaan dengan istrinya yang juga terkonfirmasi positif corona. Pasangan ini menjalani isolasi mandiri dengan penuh optimis agar bisa sembuh. 

“Ketika positif badan enggak merasa gejala apa-apa. Alhamdulillah imun bagus dan kuat. Terus ketika positif, istri saya nakes juga sama-sama positif. Jadi, isolasi bareng. Tapi setelah dua minggu isolasi, saya negatif duluan,” katanya. 

Selama isolasi mandiri, Kharis dan istrinya bersyukur tidak dikucilkan di lingkungannya. Malah, warga sangat peduli dengannya. Mereka sempat dibantu warga dengan memasok kebutuhan makanan. 

Petugas tenaga kesehatan (nakes) RSUD Kota Tangerang yang merawat pasien COVID-19.

“Alhamdulillah, lingkungan saya sudah teredukasi. Jadi kami tidak dikucilkan,” tutur pria yang tidak mendapatkan vaksin karena telah menjadi penyintas corona. 

Kharis juga menceritakan, sedari awal menangani pasien corona dirinya sempat mengalami keterbatasan waktu bertemu dengan sanak saudaranya. 

Dia tak pernah bertemu keluarga di kampung halamannya di Cikande, Kabupaten Serang secara tatap muka selama tiga bulan. Sebab, Kharis harus tinggal di hotel yang difasilitasi pemerintah agar tak memaparkan virus. 

Bahkan, dia harus ikhlas tidak mengikuti perayaan Lebaran bersama familinya. Dia mengaku rela tak bertemu dengan keluarga untuk sementara waktu agar bisa berdedikasi merawat para pasiennya. 

“Kerinduan dengan keluarga waktu itu bisa diantisipasi dengan telepon video,” katanya seraya menambahkan saat ini sudah bisa bertemu dengan keluarga secara langsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. 

Suka dan duka menjadi nakes di tengah pandemi corona juga dirasakannya. Sukanya tidak ada karena pandemi corona membuat segalanya terdampak.

Sedangkan dukanya adalah selain mengalami keterbatasan waktu bertemu keluarga, juga banyaknya nakes di Indonesia yang tumbang karena pandemi. 

Petugas tenaga kesehatan (nakes) RSUD Kota Tangerang yang merawat pasien COVID-19.

“Tapi tetap saya ambil hikmahnya. Ketika saya memilih menjadi nakes, tentu sudah siap menghadapi risiko apapun,” katanya. 

Kharis menambahkan dirinya heran ketika melihat masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan seperti masih adanya kerumunan. Dia ingin masyarakat bisa semakin meningkatkan kesadarannya terkait penularan virus corona. 

“Sebenarnya garda terdepan itu masyarakat. Nakes itu malah paling belakang. Karena ketika sakit, kami yang merawat kami. Jadi, masyarakat harus disiplin protokol kesehatan. Sudah saatnya kita semua bangkit. Saya juga ingin masyarakat ikut kerjasama dengan pemerintah untuk sama-sama memutus mata rantai virus ini untuk kemajuan bersama,” paparnya. 

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang, total nakes se-Kota Tangerang yang berjuang merawat pasien corona berjumlah 10.100 orang. Dari jumlah itu, tidak ada nakes yang meninggal karena COVID-19 terutama saat menangani pasien COVID-19. 

Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengapresiasi perjuangan para nakes yang mendedikasikan diri dengan merawat pasien corona untuk kemajuan Kota Tangerang. Menurutnya, mereka kini membutuhkan peran masyarakat sipil. 

“Maka, saya kan mendorong teman-teman non nakes mampu mendisiplinkan masyarakat,” katanya.

Arief menyebut Pemerintah Kota Tangerang menggencarkan operasi Aman Bersama untuk mengimplementasikan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan melibatkan para aparatur sipil negara (ASN). 

Operasi Aman Bersama yang harapannya dapat meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam menjalani protokol kesehatan diyakininya bisa menekan kasus COVID-19. 

Sehingga dengan begitu, dapat membantu peran nakes yang berjuang di rumah sakit maupun Puskesmas. 

“Operasi Aman Bersama itu sebenarnya dalam rangka dedikasi kita buat teman-teman nakes. Jangan sampai terjadi lonjakan kasus yang luar biasa, sehingga teman-teman nakes semakin kewalahan," pungkasnya. (RAZ/RAC)

BISNIS
Media Asing Singgung Kebijakan Indonesia Blokir Aplikasi Temu

Media Asing Singgung Kebijakan Indonesia Blokir Aplikasi Temu

Rabu, 20 November 2024 | 09:49

Kehadiran aplikasi Temu marketplace asal China kian menjadi sorotan banyak pihak. Baru-baru ini, media asing menyinggung kebijakan pemerintah Indonesia yang memutuskan untuk memblokir aplikasi tersebut.

HIBURAN
Mengenal Apa itu Homeless Media yang Digandrungi Gen Z, Ini Dampaknya

Mengenal Apa itu Homeless Media yang Digandrungi Gen Z, Ini Dampaknya

Sabtu, 23 November 2024 | 11:18

Di era digital saat ini, pola konsumsi media mengalami perubahan besar. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah munculnya "homeless media," sebuah konsep yang kini semakin diminati oleh generasi muda, khususnya Gen Z.

OPINI
Jemput Bola Kejar Pajak, Haruskah?

Jemput Bola Kejar Pajak, Haruskah?

Senin, 18 November 2024 | 14:36

Tidak bisa dimungkiri, dalam sistem kapitalisme sumber pemasukan utama negara didapatkan dari pajak. Maka tidak heran jika akhirnya berbagai cara dilakukan demi menertibkan rakyat dalam membayar pajak

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill