TANGERANGNEWS.com-Warga Kelurahan Kreo Selatan, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, mengeluhkan banjir yang kerap melanda wilayahnya. Bahkan mereka sampai kehilangan harta benda kibat banjir yang bisa mencapai 1 meter lebih.
Susi, Ketua RT05/04 tak kuasa menahan tangis saat menceritakan derita dia dan warganya yang harus mengalami kerugian materil setiap tahun.
“Kalau dibilang mereka menangis, saya pun menangis. Karena mungkin air mata mereka sama dengan air mata saya yang tiap tahun mengalami hal seperti ini dan belum ada solusinya seperti apa,” ucapnya dengan suara bergetar, Senin 7 April 2025.
Ia menuturkan, banyak warganya yang setiap tahun harus membeli barang baru karena rusak terendam banjir.
“Jadi mereka kemungkinan kehilangan barang-barang yang ada. Setiap tahun beli baru, kebanjiran lagi, beli baru, kebanjiran lagi,” imbuhnya.
Banjir kali ini mencapai ketinggian 1,5 meter akibat tanggul kali jebol lantaran tidak sanggup menahan debit air.
Banjir yang melanda wilayah tersebut juga menyebabkan aktivitas warga lumpuh. Banyak dari mereka tidak sempat memasak, apalagi menyiapkan makanan sehat untuk keluarga mereka, karena dapur dan semua alat masak yang sudah terendam banjir.
Ketua RT setempat mengambil langkah cepat dengan mendirikan dapur umum dari dana swadaya warga, yang diberikan secara variatif baik melalui transfer atau memberikan langsung ke petugas dapur umum yang bertanggung jawab.
Selain itu banyak warga yang memberikan bahan makanan mentah seperti sayuran dan bahan makanan pokok lainnya.
“Pertama yang saya lakukan adalah mendirikan dapur umum untuk warga saya yang terdampak, untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi warga, kami membuat nasi bungkus sekitar 150 pack dalam satu kali distribusi, sesuai jumlah jiwa yang terdampak,” ujar Susi.
Dapur umum yang dibangun secara gotong royong kini menjadi penyambung hidup harian.
“Sekitar 150 pack dibuat untuk sarapan pagi, makan siang dan sore. Jadi total kita akan buat 500 paket bersama teman-teman panitia yang membantu,” jelasnya.
Dapur umum ini juga tidak dibiayai oleh pemerintah pada awalnya. Semua berawal dari niat tulus warga untuk saling bantu.
Meski begitu, respons pemerintah mulai berdatangan setelah mereka mengetahui adanya inisiatif ini.
“Dapur umum pure dibuat dengan dana warga. Kalau pemerintah dari pihak kelurahan mengetahui kami membuat dapur umum, Alhamdulillah mereka bantu ke lokasi, dari berbagai kecamatan pun sempat membantu dan datang ke dapur umum,” katanya.