Reporter : Dira Derby
TANGERANG-Puluhan pengrajian tempe di Tangerang seiring rencana mogok total mulai Rabu (25/7) - Jumat (27/7) mendatang, sudah terlebih dahulu mogok produksi. Hal itu terpantau di sentra pengrajin tahu-tempe di Jalan Irigasi, Gang Jambu, Cipondoh, Kota Tangerang, Selasa (24/7). "Karena Rabu sampai Jumat dinyatakan bebas tahu-tempe, maka kami pengrajin di sini sudah mogok produksi," ucap Ahmad Sarian, pengrajin tempe.
Menurut Sarian, pengrajin tahu-tempe terpaksa mogok produksi sebagai aksi protes, karena harga kacang kedele yang naik gila-gilaan dalam sebulan terakhir. "Hampir setiap hari mas naiknya, dari Rp 5.500/kg hingga menjadi Rp 8.000/kg," ucapnya.
Karena kenaikan harga kacang kedele yang begitu tinggi, maka harga tempe dinaikkan Sarian dari Rp 3.000/potong menjadi Rp 5.000/potong. "Rasanya tidak kuat mas kalau harga dipertahankan. Bisa bangkrut mas," ujarnya.
Menurut Sarian, di Jalan Irigasi Gang Jambu terdapat 70 pengrajin tahu-tempe. Mereka setiap hari memproduksi komoditas itu untuk memenuhi kebutuhan pasar bagi warga Kota Tangerang. Mereka umumnya membeli kacang kedele pada Primkopti di Semanan, Jakarta Barat.
"Saya biasa produksi 85 kg per hari. Tapi begitu naik begini, langsung anjlok karena modal tidak kuat," ucapnya.
Sama seperti Sarian, Dahrun juga mengurangi kapasitas produksi karena keterbatasan modal tadi. "Tadinya bisa produksi sekuintal (100 kg) per hari, terus turun menjadi setengah kuintal. Sekarang jadi 40 kg," ucapnya.
Selama aksi mogok ini, pengrajin tahu-tempe di Kota Tangerang, lebih banyak menghabiskan waktu dengan menganggur. Beberapa ada yang coba peruntungan dengan menjual timun suri.
"Susah kalau jual dengan harga standar, tidak mencukupi dengan harga tempe yang kita produksi. Tahu sendiri tempe makanannya warga kelas apa mas,” katanya.