TANGERANGNEWS- Lembaga Kemanusiaan Nasional Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) telah menyiapkan anggaran sebesar Rp18 miliar untuk biaya pembangunan 4.000 rumah darurat bagi korban gempa di Sumatera Barat. Dana sebesar itu terhimpun dari sejumlah dermawan dan donatur PKPU serta mitra PKPU, salah satunya Human Appeal International (HAI) Australia. Rumah darurat itu ukurannya 3x6 meter dan tinggi 2,30 meter yang terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, dan dapur.
Setiap unit rumah pembangunannya dianggarkan Rp4,5 juta, yang masing-masih akan dikerjakan dalam waktu 2,5 jam. Dana yang sudah terkumpul juga akan dipergunakan untuk membangun dapur umum di setiap titik gempa.
Manajer Rescue PKPU Muhammad Yasin menjelaskan, pembangunan rumah darurat akan dilakukan secara bertahap selama dua bulan ke depan dan kini pembangunannya sudah dimulai. Rumah tersebut merupakan rumah sementara, sambil menunggu para korban membangun kembali rumah-rumah mereka.
"Rumah tersebut bisa ditempati selama satu tahun dengan bahan tahan gempar lantai dipelur, dinding dari terpal tebal dan kayu, serta ventilasi yang baik. Untuk awal, kita bangun 50 rumah darurat yang lokasinya di pinggir jalan," papar Muhammad Yasin di Posko Utama PKPU di Kompleks Pelangi Indah, Blok A3 No 5, Korong Gadang, Kuranji, Padang, kemarin.
Untuk dapur umum yang juga akan dibangun di setiap titik korban gempa, nantinya dapur umum itu membuat 1.000 paket nasi untuk satu kali makan. Barangkali karena situasi lagi prihatin, pola makan para korban dijatah dua kali sehari, yakni makan siang dan makan malam saja.
Langkah bantuan PKPU tidak sebatas itu. "Lembaga ini juga melakukan aksi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat mendapatkan pengobatan secara layak dan gratis. Mengingat pasca gempa rumah sakit belum beroperasi dengan maksimal," kata dokter PKPU, Prayudi. Dia menambahkan, rata-rata penyakit yang menjangkiti para korban gempa adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), penyakit kulit dan diare.
Dijelaskan, ISPA diakibatkan karena banyak penduduk yang masih tinggal di tenda-tenda luar, sehingga terkena debu dan cuaca. Sedangkan penyakit kulit dan diare adalah akibat kurangnya air bersih. Terlebih, banyak sekali korban gempa yang melakukan aktifitas mandi cuci kakus (MCK) di kali atau selokan. Namun, lanjutnya, "Alhamdulillah tidak ada yang di rujuk ke rumah sakit.
Dokter lulusan Universitas Yarsi ini menjelaskan, peserta pengobatan gratis ini mencapai 230 orang dari 300 kepala keluarga, dan 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Dia mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap kondisi fisiknya. “Bagi warga yang tinggal di luar, usahakan untuk anak-anak kecil diberi perlindungan agar tidak rentan penyakit. Sehingga untuk saat ini kita masih memerlukan selimut dan pakaian layak pakai,†ujarnya mengakhiri percakapan.(ir/jp)