TANGERANGNEWS-Jakarta diperkirakan terancam tenggelam dalam lima tahun mendatang jika tidak ada solusi radikal untuk mencegahnya. Hal tersebut diungkapkan mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf.
"Perlu solusi radikal. Jika tidak dalam 5 tahun akan ada bencana," ungkap Sonny. Menurutnya selama ini baik pemerintah propinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat tidak memberikan perhatian ekstra.
Maka pembangunan gedung tanpa toleransi ekologi terus-menerus dilakukan. Semua pihak dianggap boleh membangun apapun tanpa kajian lingkungan hidup yang strategis.
"Ini seolah-olah masa bodoh bahkan DPR saja ingin membangun gedung yang besar. Mereka tidak peduli karena keinginannya ya bangun terus. Bahkan taman yang di dekat kompleks DPR sana juga ingin dibangun pusat perbelanjaan," tutur Sonny.
Meski begitu Jakarta masih bisa diselamatkan dengan solusi yang radikal seperti pemindahan ibukota ke tempat lain agar Jakarta bisa bernapas. Hal tersebut, menurut Sonny, membutuhkan perencanaan yang matang untuk 10-15 tahun ke depan.
Sonny menambahkan, sebenarnya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Lingkungan Hidup memiliki kajian lingkungan hidup yang dapat mencegah Jakarta tidak tenggelam.
Kajian lingkungan hidup itulah yang harus digunakan dalam pembangunan di Jakarta. "Jadi pembangunan apapun dikaitkan dengan kajian lingkungan hidup strategis," katanya.
Pengamat geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Hasanuddin Abidin menyampaikan, bahwa mencegah Jakarta tenggelam bisa dilakukan dengan cara yang benar, seperti membangun Jakarta seawall, membenahi lingkungan pantai, dan mengurangi penggunaan air tanah di Jakarta.
"Sekarang penggunaan air tanah semakin besar dan beban bangunan juga melebihi batas," kata Hasanuddin.
Maka menurut Hasanuddin, Jakarta bisa meniru Malaysia yang telah melarang penggunaan air tanah. Saat ini saja penggunaan air tanah di Jakarta mencapai 70%. Maka dalam beberapa tahun ke depan, penggunaan air tanah dapat dikurangi secara bertahap.
Hasanuddin menilai inflitrasi air sudah berkurang karena banyaknya bangunan di Jakarta. Sementara pengambilan air tanah berlebihan. Hal itulah yang membuat Jakarta terancam tenggelam. "Saya sendiri tergolong orang yang optimis. Saya yakin Jakarta masih bisa diselamatkan," ujarnya.(mi/dira)