TANGERANGNEWS-Bandara Internasional Soekarno-Hatta masih banyak celah bagi para pelaku penyelundupan. Ini terlihat ramainya para penjemput yang datang hingga memasuki area steril bandara tersebut. Berdasarkan pada Rabu (22/04) sekitar pukul 13.00 WIB di Terminal II D, tampak seperti pasar.
Para penjemput itu rela menunggu hingga duduk di lantai dekat trafelator (lantai berjalan) terlebih pada saat turunnya penumpang dari pesawat. Meski ada petugas Bea dan Cukai mereka sama sekali tidak takut, padahal petugas Bea dan Cukai berseragam.
Ada juga yang berdiri menghadap ke lorong tempat keluarnya penumpang seraya mengangkat kertas karton tertulis. Mulai dari petugas berseragam, pekerja travel atau hotel dan pegawai Airlines.
Setelah mendapatkan penumpang yang dimaksud, para penjemput itu pun lalu membawa barang bawaannya sebelum barang tersebut diperiksa di mesin pemindai (x-ray). Tak hanya itu, banyak diantara mereka yang melakukan percakapan melalui telepon selular dengan bebasnya. Terdengar sayup-sayup sejumlah penjemput itu berkomunikasi. Para penjemput itu bisa masuk ke area steril karena mereka memiliki pas yang diterbitkan oleh Administrator Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Menurut Kepala Administrator Bandara Internasional Soekarno-Hatta Edward A Silooy, area steril tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali pekerja. Bahkan protokoler sekalipun tidak boleh. Saat ditanya kenapa keadaannya seperti saat ini, dirinya mengaku bingung. “Saya juga bingung,” katanya.
Namun diakuinya, hal itu terjadi karena banyaknya kartu pas. Banyak kartu pas yang dimiliki saat ini usianya sampai setahun, sehingga tidak bisa ditarik. “Solusinya kita sering melakukan ramdome check. Hasilnya banyak sekali kartu pas yang sudah kadaluarsa dan yang seharusnya tidak dimiliki orang yang memiliki kartu pas tersebut,” katanya. Kartu pas menurutnya terbagi dalam beberapa kategori. Solusi lainnya menurut Edward yakni membuat pas bio metrik atau iris metrik. “Seharusnya menggunakan sistem elektronik, sehingga tidak ada kartu pas yang dibuat sendiri. Namun, sistem seperti itu kan perlu biaya yang besar,” ujarnya. (den)