TANGERANGNEWS.com-Hari ini, Rabu, 19 Oktober 2022, tepat 35 tahun peristiwa kecelakaan kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.
Kecelakaan maut pada tahun 1987 ini sebagai insiden menyeramkan dalam sejarah perkerataapian Indonesia.
Peristiwa yang menewaskan 156 orang tersebut, kemudian disebut sebagai Tragedi Bintaro.
Kronologi
Menurut catatan Harian Kompas, 20 Oktober 1987, Senin pagi itu KA 220 Rangkas membawa rangkaian tujuh gerbong dari Tanah Abang menuju ke arah Merak.
Dari arah berlawanan, ada KA 225 Merak dari Rangkasbitung menuju Tanah Abang yang menarik tujuh rangkaian gerbong.
Kedua masinis tidak mengetahui masing-masing kereta melintas di rel yang sama sebelum tragedi ini terjadi.
KA 225 Merak meluncur cepat di rel lurus yang melintasi kompleks Perumahan Bintaro Jaya.
Sementara KA 220 Rangkas mulai menggilas rel perlintasan Pasar Ulujami. Tabrakkan keduanya pun tak dapat dihindari.
Baca juga: 7 Fakta Unik di Balik Seramnya Plaza Serpong Tangsel
Kejadian ini mengakibatkan seluruh badan lokomotif BB-303 16 masuk dan "ditelan" oleh gerbong KB3-65 601.
Bahkan, separuh badan lokomotif BB-303 16 tertelan gerbong pertama yang ditariknya, gerbong KB3-65 601.
Imbas dari dorongan yang diterima saat tabrakan, gerbong ini meluncur dan menabrak sekaligus "menelan" lokomotif di depannya.
Akibat dorongan yang diterima saat tabrakan, gerbong ini meluncur bebas dan menabrak sekaligus "menelan" lokomotif di depannya.
Saat kejadian, gerbong sepanjang 21 meter tersebut dijejali ratusan penumpang.
Penyebab
Tragedi yang menewaskan 156 orang ini merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian petugas.
Hal ini bermula dari kesalahpahaman Kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.
Kereta itu langsung meluncur menuju Stasiun Sudimara tanpa mengecek kondisi stasiun.
Alhasil, tiga jalur kereta api yang berada di Stasiun Sudimara penuh akibat kedatangan KA 225.
Di lain sisi, KA 220 di Stasiun Kebayoran juga diberangkatkan tanpa komunikasi yang baik dengan Stasiun Sudimara.
Kereta ini berada di jalur berlawanan yang mengarah ke Sudimara.
Lihat juga: Tigaraksa Embrio Kabupaten Tangerang
Kondisi itu memaksa juru langsir di Sudimara segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.
Namun, masinis tak dapat melihat semboyan dari juru langsir karena keramaian jalur kereta saat itu dan tetap berangkat.
Upaya yang dilakukan juru langsir untuk menghentikan KA 225 pun sia-sia. Ditambah, lokasi kecelakaan berada di tikungan sehingga kedua masinis tak saling melihat.
KA 225 berkecepatan 30 kilometer per jam akhirnya beradu dengan KA 220 berkecepatan 25 kilometer per jam, pada pukul 06.45 WIB.
Adapun kereta, baru bisa berhenti total sekitar 200 meter setelah direm mendadak.
Bukan hanya kelalaian petugas, banyaknya korban jatuh disebabkan pula kondisi gerbong yang penuh dengan penumpang. Saat itu, KA 225 mengangkut penumpang di luar kapasitasnya. Pada setiap gerbong, tersedia 64 kursi rotan.
Namun, jumlah itu tak cukup untuk menampung banyaknya orang yang ingin menempuh perjalanan yang sama.
Akhirnya, atap gerbong dan ruang kosong di kiri-kanan lokomotif pun juga dijejali penumpang sebagai tempat tangkringan sementara.