TANGERANGNEWS.com-Dewi, 41, warga Perum Pondok Makmur, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, ditemukan tewas di kediamannya lantaran melakukan aksi membakar diri, pada Senin 28 November 2022.
Melansir dari kompas.com, aksi nekat yang dilakukan Dewi tersebut diduga karena adanya permasalahan keluarga.
"Tapi tadi kata suaminya, mereka memang ada masalah keluarga, tapi karena tadi kondisinya lagi berduka begitu ya, jadi saya tidak berani dan tidak bisa tanya-tanya lagi," ujar Mugi tetangga korban.
Namun, hingga kini pihak kepolisian masih mendalami terkait motif dari korban mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara mengenaskan tersebut.
Kendati demikian, ketika menghadapi masalah keluarga, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan.
Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan saat menghadapi situasi masalah keluarga seperti dilansir dari hellosehat.com, Selasa 29 November 2022:
1. Melatih empati
Langkah ini dapat menjadi salah satu solusi ketika terjadi perselisihan antara anggota rumah tangga. Sikap ini membantu melatih dalam memaafkan serta memahami alasan di balik tindakan pasangan atau anggota keluarga yang lain.
Misalnya, mungkin pasangan Anda sering marah di rumah akibat besarnya tekanan yang diterima di tempat kerja.
Dengan cara berempati seperti mencoba mengerti dan memahami apa yang dirasakan pasangan, lalu tidak balik membalasnya dengan amarah sehingga perselisihan dapat dihindari.
2. Ajak pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi
Menurut studi yang dirilis Iowa State University pada 2017, berdiskusi secara terbuka antara pihak yang terlibat masalah merupakan salah satu cara menghadapi masalah keluarga dengan tepat.
Saat terjadi masalah keluarga, cobalah untuk memulai sesi diskusi dengan meminta masing-masing orang menyampaikan apa yang dirasakannya secara jujur.
Ketika berdiskusi, jaga pembicaraan agar tetap fokus pada masalah dan tidak merembet ke topik lain. Selain itu, pastikan setiap orang mendapatkan hak mereka untuk menyampaikan pendapat.
3. Dengarkan pendapat tiap anggota keluarga
Ketika sedang mencoba menyelesaikan masalah dengan berdiskusi, justru masalah akan makin runyam saat pendapat disepelekan.
Maka dari itu, cobalah untuk mendengarkan pendapat anggota keluarga dengan baik ketika mereka mencoba untuk menyampaikan keluh kesahnya.
Beri kesempatan mereka untuk menyampaikan pendapatnya hingga selesai tanpa disela agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
3. Mengakui kesalahan dan meminta maaf
Kata maaf seringkali enggan diucapkan ketika terlibat masalah keluarga lantaran menjaga gengsi atau harga diri, terlebih jika dilakukan oleh orangtua kepada anak.
Beberapa orangtua bahkan melakukan manipulasi dengan menyalahkan balik anak mereka. Akibatnya, masalah dalam keluarga terus berkepanjangan. Selain itu, risiko renggangnya hubungan antara orangtua dan anak tentu akan semakin besar.
Cobalah untuk memahami seberapa besar tindakan yang membuat orang lain sakit hati, marah, dan kecewa. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf.
4. Sampaikan niat untuk memperbaiki situasi
Setelah meminta maaf, mungkin belum cukup menyelesaikan masalah. Ketika berbuat salah, jangan lupa untuk menyampaikan niat untuk memperbaiki situasi dan mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Dengan menyampaikan niat tulus untuk memperbaiki situasi, keseriusan dalam menyelesaikan masalah akan terlihat.
Hindari memberikan janji-janji yang tidak konkret karena ini dapat menjadi masalah baru ketika janji-janji tersebut tak terwujud di kemudian hari.
5. Buat kesepakatan satu sama lain
Langkah selanjutnya, ialah dengan membuat kesepakatan. Hal ini dapat membantu mencegah masalah keluarga yang sama kembali terulang di masa depan
Rundingkan konsekuensi apa saja yang akan diambil ketika masalah yang sama terjadi lagi. Pastikan agar setiap pihak dalam keluarga yang terlibat masalah menyetujui kesepakatan tersebut.
Jika ada hal yang masih belum disetujui, minta kembali usulan hingga akhirnya ditemukan jalan tengah terbaik untuk semua pihak.
6. Ikuti konseling
Selanjutnya, ketika merasa sudah tidak menemui titik terang, maka solusi terakhri yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan jasa Konseling pernikahan atau keluarga.
Tenaga ahli seperti psikolog dan psikiater dapat menjadi pihak yang netral untuk mencari jalan tengah.
Dalam konseling, terapis umumnya akan mengajak mempelajari sejumlah kemampuan, seperti penyelesaian masalah, komunikasi dengan pasangan, hingga perbedaan antaranggota keluarga.
Namun, keberhasilan konseling tetap bergantung pada keinginan masing-masing individu untuk menyelesaikan masalah.
Perlu diingat, keberhasilan dari cara menghadapi masalah di atas mungkin akan berbeda pada masing-masing keluarga. Semua bergantung pada penyebab konflik, watak masing-masing individu, dan niat untuk menyelesaikan konflik.
Demikian beberapa tips dalam menghadapi masalah keluarga.