TANGERANGNEWS.com- Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang berlokasi di Kabupaten Purwakarta, disebut mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun.
Proyek PLTS terbesar ketiga di Asia Tenggara hasil kerja sama PLN Nusantara Power dengan perusahaan Masdar dari Uni Emirat Arab (UEA) dan merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN).
PLTS seluas 200 hektare ini disinyalir mampu memproduksi energi hijau berkapasitas 192 Megawatt peak (MWp) untuk menyuplai listrik bagi 50 ribu rumah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meyakini PLTS Terapung Cirata akan mampu dioptimalkan hingga 1,2 Gigawatt peak (GWp).
Hal ini berdasarkan pengamatan terhadap luasan Waduk Cirata hingga lebih dari 6.200 hektare
"Kapasitas PLTS Terapung Cirata masih bisa dikembangkan lebih besar lagi, dengan total potensi maksimum mencapai sekitar 1,2 GWp apabila memanfaatkan 20% dari luas total waduk Cirata," ujar Arifin dalam peresmian PLTS Terapung Cirata pada Kamis, 09 November 2023.
Menurut Arifin, ke depannya pengembangan pembangkit solar PV skala besar ini bisa menjadi daya tarik industri untuk membuat bahan baku solar PV.
"Harapannya bahan baku bisa dikembangkan di Indonesia supaya TKDN-nya bisa full," tuturnya.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, proyek ini merupakan salah satu etalase percepatan transisi energi dalam mendukung pencapaian menuju Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.
PLN, kata Darmawan, turut mengembangkan green enabling transmission line dan smart grid yang merupakan bagian dari skema ARED (Accelerating Renewable Energy Development) di PLTS ini.
Hasilnya, suplai listrik dari sumber EBT akan terpisah dan terisolir menuju pusat demand listrik di perkotaan.
"Listrik dari PLTS Apung Cirata ini adalah 20 kilovolt (kV) yang kemudian kami sambungkan di gardu induk, yang kemudian diubah menjadi 150 kV dan langsung masuk ke transmisi Jawa-Bali.
Darmawan menegaskan, bahwa PLN berkomitmen untuk terus mengakselerasi transisi energi di tanah air dengan meningkatkan bauran EBT hingga 75% atau setara dengan 61 GW sampai tahun 2040.
Darmawan menargetkan adanya penambahan bauran EBT secara signifikan masuk ke dalam sistem PLN, yakni dari hidropower sebesar 25,3 GW, panas bumi sebesar 6,7 GW, serta surya dan angin sebesar 28 GW melalui ARED.
"Transisi energi ini sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga momentum pembangunan ekonomi yang pesat, mempercepat pertumbuhan, membangun kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan pada saat yang sama, menjaga lingkungan," terangnya.
Direktur Utama PLN NP Rully Firmansyah memaparkan, PLTS Terapung Cirata 193 MWp ini dapat untuk melistriki sebanyak 50 ribu rumah dengan asumsi perumah 15 kwh/ hari.
Selain itu, pihaknya akan berkontribusi mengurangi emisi karbon sebesar 586,3 ton perhari.
Sementara itu, Ketua Komisi VII Dewan Pewakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Sugeng Suparwoto mengapresiasi PLTS Terapung Cirata yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo.
"Dengan komposisi kepemilikan 51 persen adalah PLN, 49 persen adalah Masdar, ini sekaligus untuk menjadi semacam best practice bagaimana pengelolaan PLTS dalam skala cukup besar," kata Sugeng.