TANGERANGNEWS.com-Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau biasa disebut dengan saraf terjepit merupakan sebuah kondisi ketika tulang belakang menerima tekanan berlebih, sehingga menyebabkan bantalan yang terletak diantara tulang belakang mengalami kerusakan.
Banyak yang salah kaprah terkait saraf terjepit dengan low back pain, dimana low back pain atau nyeri pinggang bawah memiliki penyebab yang lebih luas, seperti cedera otot atau fraktur tulang.
Sedangkan saraf terjepit sendiri disebabkan karena keluarnya bantalan tulang belakang dari posisi aslinya, sehingga menaruh tekanan pada saraf disekitarnya dan menyebabkan rasa nyeri yang bisa berlangsung lama.
Saraf kejepit dapat terjadi pada hampir setiap bagian tulang seperti kaki hingga leher, namun biasanya paling sering terjadi pada tulang punggung bagian bawah.
Terlepas dari di mana letak saraf kejepit, hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, hingga kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu atau kedua kaki.
dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT (K) Spine, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang Eka Hospital BSD menjelaskan menjelaskan ciri dan gejala penyakit saraf kejepit atau HNP.
"Seperti adanya nyeri yang menjalar dari leher sampai ke tangan, terasa kebas, kesemutan, terasa terbakar, hingga sensasi kesetrum, yang sifatnya terus-menerus dan tidak hilang dalam jangka waktu yang panjang," katanya, Jumat 22 Desember 2023.
dr. Asfari menyebutkan secara umum, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terkena saraf terjepit, seperti:
1.Usia, semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi juga risiko seseorang untuk terkena saraf terjepit.
2.Berat badan, juga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami saraf terjepit.
3.Riwayat saraf terjepit, atau riwayat keluarga pernah mengalami saraf terjepit.
Saraf kejepit memang biasanya menyerang orang–orang yang memiliki risiko tinggi, salah satunya yaitu para pekerja.
Beberapa pekerjaan seperti kuli bangunan, pengantar galon air, hingga pekerja pabrik dan logistik memiliki rutinitas yang membuat mereka terbiasa untuk sering mengangkat beban berat.
"Tanpa disadari hal ini menjadi salah satu risiko yang dapat menyebabkan orang mengalami low back pain dan saraf terjepit," jelas dr. Asfari.
Namun meski begitu, ini bukan berarti saraf terjepit hanya terjadi pada pekerja lapangan, pekerja kantoran juga memiliki risiko tersendiri yang dapat menyebabkan mereka bisa mengalami low back pain dan saraf terjepit.
Pekerja kantoran menghabiskan sebagian waktunya duduk di kursi, dimana ini bisa menaruh lebih banyak kompresi pada tulang belakang dibandingkan pada saat berdiri.
Risiko tersebut bisa saja meningkat jika pekerja tersebut juga memiliki risiko-risiko yang lain seperti usia lanjut atau memiliki berat badan berlebih.
"Ini lah mengapa saraf terjepit hingga saat ini menjadi salah satu gangguan tulang belakang yang cukup umum terjadi terutama di kalangan para pekerja," ucap dr. Asfari.
Menurut dr. Asfari, sekitar 70-80% kasus saraf terjepit terjadi akibat dari kelemahan otot, yang dimana ini terjadi karena seseorang jarang melatih ototnya dengan berolahraga.
Setiap bantalan-bantalan yang ada di tulang belakang dapat menampung tulang belakang dengan baik. Namun ketika bantalan tersebut menerima kompresi berlebih maka otot dapat membantu menahan agar bantalan tersebut tetap berada dalam posisinya.
"Ketika otot seseorang juga lemah, maka tidak ada lagi support yang bisa menahan bantalan tulang belakang ketika menerima kompresi berlebih," katanya.
Penanganan low back pain bisa dilakukan secara konservatif atau operatif. Dalam kasus yang tidak terlalu parah, low back pain bisa diatasi dengan pemberian obat pereda nyeri dan pelaksanaan metode fisioterapi untuk membantu proses pemulihan lebih cepat.
Fisioterapi dilakukan untuk meredakan nyeri dan mengembalikan fungsi memaksimalkan fungsi fisik secara keseluruhan.
Mengatasi saraf terjepit kini sudah dimudahkan dengan adanya kemajuan metode dan teknologi untuk mengatasi masalah tulang belakang seperti low back pain dan HNP (saraf terjepit), yaitu melalui endoskopi tulang belakang.
Endoskopi merupakan sebuah teknologi berbentuk selang kecil yang dilengkapi dengan kamera dan lampu sorot di ujungnya, yang digunakan untuk melakukan inspeksi ke bagian dalam tubuh tanpa harus melakukan pembedahan besar.
Penggunaan endoskopi hanya memerlukan luka sayatan kecil sebesar 1-2 cm sehingga proses operasi serta pemulihan pasca operasi juga menjadi lebih efisien dan cepat.
"Endoskopi biasa digunakan untuk pemeriksaan organ tubuh dalam seperti saluran pencernaan, namun juga bisa dan sering digunakan untuk mengatasi permasalahan tulang belakang, salah satunya yaitu saraf terjepit," papar dr. Asfari.
Ada banyak jenis endoskopi tulang belakang dengan metode dan penanganan yang berbeda, seperti Biportal Endoscopic Spinal Surgery (BESS), Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD), dan masih banyak lagi.
Hanya dokter yang dapat menentukan metode mana yang tepat bagi setiap pasien, karena setiap kasus saraf terjepit memiliki permasalahannya tersendiri.
Adapun beberapa kelebihan yang dapat dilakukan dari endoskopi tulang belakang, yaitu:
1. Hanya memerlukan obat bius lokal, sehingga pasien akan tetap dalam kondisi terjaga dan berkomunikasi membantu dokter untuk mengidentifikasi rasa nyeri.
2. Metodenya yang minimal invasif membuat endoskopi tulang belakang lebih rendah untuk mengalami risiko komplikasi.
3. Durasi tindakan yang lebih cepat, sehingga lebih efektif untuk dilakukan dan pasien dapat pulang dengan cepat.
4. Masa pemulihan yang lebih cepat karena prosesnya yang minimal invasif sehingga luka sayatan lebih kecil dan membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk pulih.
dr. Asfari menambahkan dalam beberapa kasus saraf terjepit yang lebih berat dan membutuhkan pemasangan implan atau bantalan artifisial, dokter dapat menggunakan Robotic Navigation Spine Surgery.
Ini merupakan metode terbaru dalam dunia kedokteran yang menggunakan teknologi robot untuk menangani masalah tulang belakang.
Namun, hanya dokter spesialis tertentu yang mendalami dan memiliki kemampuan khusus yang dapat mengoperasikan teknologi tersebut.
Penggunaan Robotic Navigation Spine Surgery memiliki kelebihan yaitu memiliki tingkat akurasi penempatan implan mencapai 99,9% dan tingkat keberhasilannya mencapai 100%.
Penggunaan teknologi ini juga dapat mempersingkat waktu operasi serta risiko infeksi yang lebih kecil.
Selain saraf terjepit, Robotic Navigation Spine Surgery juga sering digunakan untuk mengatasi masalah tulang belakang lainnya, seperti skoliosis hingga tumor tulang.
Ada banyak jenis pengobatan masalah tulang belakang yang tersedia saat ini, dan masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan manfaatnya tersendiri.
Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dapat membantu pasien dalam menentukan metode mana yang tepat untuk mengatasi penyebab low back pain yang dimiliki pasien.