TANGERANGNEWS.com- Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi sebuah negara. Untuk meramaikan pelaksanaan Pemilu 2024 di Indonesia, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI kembali merilis maskot yang akan menjadi ikon pesta demokrasi tersebut.
Maskot Pemilu bukanlah hal baru di Indonesia, sebab sejak Pemilu pertama pada tahun 2009, setiap penyelenggaraan Pemilu dihadiri oleh karakter-karakter yang memiliki makna dan simbol tertentu.
Berikut evolusi maskot Pemilu dari tahun ke tahun, melihat representasi dan makna di balik setiap karakter tersebut.
Pemilu 2009: Si Contreng
Pada Pemilu 2009, Indonesia memperkenalkan maskot pertamanya yang diberi nama Si Contreng. Maskot ini berbentuk seperti pulpen dengan kombinasi warna oranye dan abu-abu. Si Contreng digambarkan sedang membuat tanda contreng atau centang pada selembar kertas.
Makna dari maskot ini adalah pemilih hanya perlu memberikan tanda contreng untuk menentukan suara sah saat memilih dalam Pemilu 2009. Simbol sederhana ini mencerminkan esensi partisipasi aktif pemilih dalam menentukan masa depan negara.
Pemilu 2014: Si Kora
Pada Pemilu 2014, muncul maskot Si Kora yang merupakan karya Lilyk Sugiarti dengan judul "Ayo Memilih". Si Kora berbentuk kotak suara, membawa surat suara di tangan kanannya, dan memiliki teks ajakan untuk memilih di bagian kepalanya.
Jari kelingking kirinya diberi tanda seperti celupan tinta. Maskot ini mewakili simbol kedaulatan rakyat yang terhimpun dalam kotak suara. Representasi Si Kora menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mengambil peran dalam demokrasi.
Pemilu 2019: Sang Sura
Pemilu 2019 menghadirkan maskot Sang Sura, karya David Wijaya. Sang Sura merupakan akronim dari Sang Surat Suara. Karakter ini digambarkan sebagai surat suara dan paku, dengan proses pencoblosan yang dipegang di tangan kanan.
Representasi ini menggambarkan kekuatan suara masyarakat dalam menentukan arah negara, sekaligus menegaskan betapa pentingnya hak pilih dalam Pemilu.
Pemilu 2024: Sura dan Sulu
Seiring dengan pelaksanaan Pemilu 2024, muncul maskot Sura dan Sulu, karya Stephanie, seorang mahasiswi Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Pradita Tangerang.
Sura dan Sulu adalah sepasang burung Jalak Bali, di mana Sura melambangkan Suara Rakyat dan Sulu melambangkan Suara Pemilu. Keberadaan keduanya bertujuan mempertegas bahwa pemilih, baik pria maupun wanita, memiliki hak pilih yang sama dalam Pemilu. Representasi burung Jalak Bali yang langka di alam, juga mencerminkan keunikan dan keberagaman dalam demokrasi Indonesia.
Pada akhirnya, evolusi maskot Pemilu di Indonesia tidak hanya mencerminkan perkembangan desain visual, tetapi juga menggambarkan perubahan makna dan pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Dari Si Contreng hingga Sura dan Sulu, setiap maskot memiliki peran penting dalam merayakan semangat demokrasi dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan arah negara. Representasi yang semakin inklusif dan simbol-simbol yang kaya makna menjadi cerminan dari semangat demokrasi yang terus berkembang di Indonesia.