TANGERANGNEWS.com-Operasi bariatrik adalah salah satu pilihan pengobatan medis untuk mengatasi obesitas dan overweight. Berdasarkan informasi, dengan melakukan operasi bariatrik, berat badan tidak akan naik lagi alias yoyo seperti perawatan lainnya.
Namun, bagaimana proses bedah bariatrik dan siapa saja yang boleh melakukannya?
dr. Handy Wing, Sp. B, Subsp. BD (K), FBMS, FICS, FInaCS, Dokter Spesialis Bedah, Konsultan Bedah Digestif Eka Hospital BSD menjelaskan operasi bariatrik adalah prosedur medis yang bertujuan untuk membantu menurunkan berat badan secara drastis pada orang dengan obesitas morbid.
Orang yang direkomendasikan menjalani prosedur bariatrik yakni memiliki indeks massa tubuh (IMT) 40 atau lebih. Memiliki IMT 35 atau lebih dengan komorbiditas terkait obesitas, seperti diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, atau hipertensi.
"Selain itu, gagal menurunkan berat badan dengan metode lain seperti diet, olahraga, dan terapi perilaku," ujarnya, Rabu 13 Maret 2024.
Lalu, ada syarat lain yang harus dipenuhi pasien jika ingin melakukan operasi bariatrik, seperti evaluasi menyeluruh oleh tim medis, termasuk psikolog dan ahli gizi.
"juga beromitmen untuk mengikuti perubahan gaya hidup setelah operasi, berhenti merokok dan minum alkohol, serta memiliki kondisi kesehatan yang stabil," papar dr. Handy.
Manfaat Bariatrik
Operasi bariatrik terbukti efektif dalam membantu pasien menurunkan berat badan secara drastis dan berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan, serta mengurangi risiko komplikasi terkait obesitas, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung dan stroke.
Jenis-Jenis Operasi Bariatrik
Prosedur bedah bariatrik terdiri dari beberapa jenis. Biasanya, jenis ini disesuaikan dengan kondisi pasien. Berikut jenis operasi bariatrik yang umumnya dilakukan:
1. Roux-en-Y Gastric Bypass
Prosedur paling populer ini membagi lambung menjadi dua bagian, menciptakan kantong kecil yang hanya mampu menampung sedikit makanan.
Jalur usus pun diubah, melewati sebagian besar lambung dan usus halus, sehingga penyerapan kalori dan lemak berkurang drastis.
2. Sleeve Gastrectomy
Operasi ini memotong sekitar 80% lambung, meninggalkan kantong panjang seperti tabung. Lambung yang lebih kecil ini tak hanya menampung lebih sedikit makanan, tetapi juga menghasilkan hormon ghrelin yang lebih sedikit, hormon yang memicu rasa lapar.
3. Biliopancreatic Diversion with Duodenal Switch (BPD/DS)
Kombinasi dua operasi, BPD/DS pertama kali melakukan sleeve gastrectomy, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dan penyambungan kembali usus untuk meminimalkan penyerapan nutrisi.
"Prosedur ini efektif, tetapi berisiko tinggi, termasuk kekurangan gizi dan vitamin," jelas dr. Handy.
4. Single-Anastomosis Duodeno-Ileal Bypass with Sleeve Gastrectomy (SADI-S)
Mirip dengan BPD/DS, SADI-S juga menggabungkan sleeve gastrectomy dengan modifikasi usus. Prosedur ini menawarkan efektivitas yang serupa dengan BPD/DS, tapi dengan risiko komplikasi yang lebih rendah.
Risiko dan Efek Samping Operasi Bariatrik
Operasi bariatrik umumnya aman dilakukan. Meski demikian, sama seperti segala tindakan medis yang ada, operasi bariatrik tetap memiliki risiko efek samping.
Berikut ini beberapa risiko yang mungkin terjadi seperti pendarahan, infeksi, penggumpalan darah, hernia, sumbatan kecil pada saluran cerna, kebocoran pada usus atau lambung yang dijahit.
Selain itu, masalah penyerapan nutrisi (malabsorpsi) juga jadi salah satu risiko jangka panjang dari operasi bariatrik.
"Walaupun demikian, Anda tidak perlu khawatir. Biasanya, sebelum memutuskan menjalankan operasi apa pun, termasuk bariatrik, dokter akan menimbang dulu risiko yang mungkin terjadi dan keuntungan yang didapat bagi pasien," terang dr. Handy.
Apabila dokter menilai manfaatnya jauh lebih besar untuk pasien ketimbang risiko yang akan muncul, operasi bariatrik aman dilakukan.
Terlebih, operasi bariatrik adalah salah satu prosedur yang sudah terbukti dalam mengatasi obesitas kelas 3.
Tahapan Prosedur Operasi Bariatrik
Sebelum melakukan operasi, biasanya pasien akan melakukan serangkaian pemeriksaan lengkap seperti tes darah, rontgen dada, EKG, USG jantung, CT scan atau MRI. Kemudian pasien diminta untuk puasa minimal 6-8 jam sebelum operasi bariatrik.
Operasi bariatrik umumnya dilakukan dengan anestesi umum. Prosedur ini dapat berlangsung selama 1-4 jam, tergantung jenis operasi yang dilakukan.
Perawatan Pasca Operasi Bariatrik
Pasca operasi, pasien perlu menjalani perawatan dan pemantauan ketat oleh tim medis. Bukan cuma itu, agar lebih cepat pulih pasien juga dianjurkan untuk melakukan beberapa hal seperti:
1. Mengubah pola makan dan kebiasaan makan.
2. Mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral.
3. Berolahraga secara teratur.
4. Umumnya, pasien diperbolehkan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga sekitar 2 minggu setelah operasi bariatrik. Namun hal ini tergantung dengan kondisi kesehatan masing-masing pasien.
Banyak yang menganggap bahwa operasi bariatrik adalah jalan pintas seseorang untuk mengalami penurunan berat badan. Padahal, ini tidak benar.
"Jika kondisi anda tidak memungkinkan untuk menurunkan berat badan dengan diet atau olahraga, operasi bariatrik bisa menjadi pertimbangan untuk mencegah kondisi semakin memburuk," tambah dr. Handy.
Apabila mengalami masalah obesitas dan telah melakukan berbagai cara untuk menurunkan berat badan tapi tak berhasil, cobalah berkonsultasi ke dokter spesialis mengenai opsi operasi bariatrik.
Selanjutnya dokter akan memberitahu saran yang paling relevan untuk menjaga kesehatan dan mengatasi obesitas.