TANGERANGNEWS.com-PT PLN (Persero) bertekad untuk memenuhi kebutuhan listrik ramah lingkungan bagi sektor industri di Indonesia melalui layanan Green Energy as a Service (GEAS).
Inisiatif ini menyediakan listrik bersih yang berasal dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT).
Dalam acara "Green Energy Buyers Dialogue" yang berlangsung di Jakarta pada Jumat, 12 Juli 2024, PLN menyatakan dukungan terhadap penyediaan listrik hijau untuk industri.
Acara tersebut mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam Just Energy Transition Partnership (JETP), termasuk perwakilan pemerintah Indonesia, International Partners Group (IPG), Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), perbankan domestik dan internasional, serta pelaku usaha.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pihaknya tegas berkomitmen untuk mendukung perubahan industri global menuju nol emisi, sesuai dengan target Net Zero Emissions (NZE) pemerintah pada tahun 2060.
"Sejalan dengan tingginya komitmen sektor industri untuk mendukung dekarbonisasi di Indonesia, PLN menyediakan listrik hijau lewat Renewable Energy Certificate (REC) sebagai produk GEAS yang diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau non-fosil," jelas Darmawan.
PLN terus meningkatkan kapasitas pembangkit EBT di Indonesia. Hingga tahun 2023, total kapasitas pembangkit EBT mencapai 8.786 megawatt (MW), yang meliputi pembangkit hidro (5.777 MW), panas bumi (2.519 MW), serta pembangkit surya, angin, dan biomassa.
Saat ini, PLN dan pemerintah sedang menyelesaikan peningkatan bauran EBT dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru.
Targetnya, hingga tahun 2040, penambahan kapasitas sebesar 21 Gigawatt (GW) akan berasal dari pembangkit listrik tenaga gas, 28 GW dari tenaga surya dan angin, 31 GW dari tenaga air dan panas bumi, serta 2,4 GW dari energi baru.
Stakeholder Engagement and Sustainability Manager PT Hindo (H&M Group Indonesia) Anya Sapphira menyebut, layanan listrik hijau PLN memenuhi kebutuhan H&M sebagai perusahaan global yang berkomitmen mencapai NZE.
"Kami membutuhkan banyak bantuan dalam regulasi dan infrastruktur terkait EBT. Karena H&M memiliki komitmen untuk mengatasi perubahan iklim. Sehingga, emisi dalam rantai pasok menjadi penting bagi kami yang bekerja sama dengan 58 pabrik independen di Indonesia dan melibatkan tak kurang 90 ribu pekerja," ujar Anya.
Sementara itu, Kepala Sekretariat JETP, menyatakan bahwa JETP Paul Butarbutar mendukung penuh pengembangan ekosistem EBT di Indonesia, termasuk pendanaan proyek hijau PLN.
"Jadi, kami dengan senang hati jika rekan-rekan dari industri, dari asosiasi atau pengembang yang ingin proyeknya dibiayai," ucapnya.
Director of the Southeast Asia Energy Division at the Asian Development Bank (ADB) Andrew Jeffries menambahkan, upaya PLN meningkatkan pemanfaatan EBT sejalan dengan agenda transisi energi global.
"Kami berkomitmen untuk membantu Indonesia dan negara berkembang lainnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia," tutup Andrew.