TANGERANGNEWS.com-Istilah penyakit pneumonia di masyarakat luas mungkin lebih sering dikenal sebagai penyakit paru-paru basah.
Penyakit pneumonia sudah menjadi sorotan orang banyak semenjak terjadinya wabah SARS (Severe Acute Respiratory Infection) di tahun 2002.
Namun kehadiran wabah COVID-19 telah menjadikan pneumonia sebagai sorotan masyarakat kembali karena penyakit ini menjadi salah satu gejala atau komplikasi yang dirasakan banyak orang ketika terinfeksi COVID-19.
Menurut WHO (World Health Organization), pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di dunia.
Tercatat ada 740.180 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia di tahun 2019. Baik usia anak-anak atau orang dewasa, penyakit ini harus ditangani dengan segera karena dapat mengakibatkan seseorang kesulitan untuk bernapas.
Apa itu Pneumonia dan Apa Penyebabnya?
dr. Astri Indah Prameswari, Sp.P, Dokter Spesialis Paru & Pernapasan Eka Hospital BSD menjelaskan pneumonia atau paru-paru basah adalah penyakit yang bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang membuat peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru.
"Infeksi tersebut menyebabkan alveoli dipenuhi oleh sebuah cairan atau nanah sehingga membuat penderita sulit bernapas," katanya, Senin 10 Februari 2025.
Meski sering menyerang anak-anak, pneumonia juga bisa menyerang orang dewasa dengan gejala serta dampak yang hampir sama pada anak-anak. Pneumonia memiliki gejala - gajala sebagai berikut:
● Batuk-batuk, bisa kering ataupun berdahak yang terkadang bisa sampai mengeluarkan darah.
● Dada sakit dan kesulitan bernapas atau sesak napas.
● Demam.
● Menggigil namun badan berkeringat.
● Badan terasa lemas.
Disamping itu ada beberapa gejala diatas yang mungkin hanya dirasakan pada anak-anak, terutama balita berumur 0 - 2 tahun. Mereka bisa saja tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi, namun menunjukan gejala seperti:
● Kehilangan nafsu makan.
● Muntah-muntah.
● Badan lemas dan tidak berenergi.
● Demam dan batuk-batuk.
Namun untuk lansia diatas usia 65 tahun, pneumonia bisa mempengaruhi kesehatan mental dan suhu tubuh bisa dibawah dari rata-rata.
"Gejala biasanya akan dirasakan selama 1 - 2 hari dan akan terus memberat jika kondisi tidak semakin membaik. Tetapi gejala yang dirasakan setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung dari sistem kekebalan tubuh yang dimiliki masing - masing orang," tambah dr. Astri.
Dalam beberapa kasus, seseorang bisa saja mengidap penyakit pneumonia yang ringan, dokter menyebutnya “walking pneumonia” atau pneumonia berjalan.
Pada kondisi ini dokter biasanya dapat menanganinya tanpa penderita dirawat inap, sehingga maaih bisa kembali beraktivitas dengan normal.
Faktor Penyebab Pneumonia
dr. Astri menyebut meski disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena pneumonia, yaitu:
● Perokok aktif.
● Sering mengonsumsi alkohol.
● Usia. Terutama balita berusia 0 - 2 tahun dan lansia diatas 65 tahun akan lebih rentan untuk terkena penyakit ini.
● Memiliki komorbid seperti penyakit stroke, asma, diabetes, gagal jantung, dan penyakit kronik lainnya.
● Sedang dalam perawatan yang dapat melemahkan sistim imun tubuh seperti kemoterapi.
Mendiagnosis Pneumonia
Menurut dr. Astri, pneumonia dapat didiagnosis setelah menemui dokter dan telah melakukan serangkaian pemeriksaan.
"Pada tahap awal, dokter akan menanyakan serangkaian pertanyaan terkait gejala yang kalian miliki, gaya hidup, kontak dengan orang sakit, hingga riwayat penyakit yang mungkin kalian atau anak kalian miliki," tambahnya.
Setelah melakukan pengecekan awal, dokter akan merekomendasikan serangkaian bentuk pemeriksaan berdasarkan dari seberapa parah gejala yang pasien miliki.
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan apakah benar kalian memiliki pneumonia serta melihat seberapa parah penyakit pneumonia kalian. Beberapa tes yang bisa Anda lakukan yaitu:
● Tes darah untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri, virus ataupun jamur.
● Rontgen dada untuk menemukan infeksi di paru dan seberapa jauh penyebarannya.
● Oksimetri untuk mengukur saturasi atau kadar oksigen yang ada di dalam darah.
● Tes dahak untuk memeriksa cairan atau lendir di paru sehingga mengetahui penyebab infeksi.
Bagaimana Cara Mengobati Pneumonia?
Dalam mengobati pneumonia, dokter harus mengetahui penyebab serta seberapa parah pneumonia kalian agar bisa memberikan penanganan yang tepat.
1. Penanganan pneumonia akibat bakteri
Jika pneumonia disebabkan karena infeksi bakteri, dokter biasanya hanya akan memberikan obat berupa antibiotik untuk melawan infeksi bakteri. Bentuk obat akan disesuaikan dari gejala pasien.
Jika pasien berada di dalam kondisi gejala ringan dan masih bisa mengonsumsi makanan, maka dokter akan memberikan resep obat minum.
"Namun jika kondisi pasien sudah di dalam gejala berat dan disertai gejala muntah-muntah, maka dokter akan memberikan antibiotik melalui infus atau suntikan," kata dr. Astri.
2. Penanganan pneumonia akibat virus
Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus seperti influenza atau COVID-19, maka dokter akan memberikan obat antivirus untuk melawan virus.
Pneumonia yang disebabkan infeksi virus biasanya akan berlangsung lebih singkat dibandingkan pneumonia akibat infeksi bakteri. Pada umumnya pasien bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari atau minggu, namun kondisi ini tetap perlu diperiksakan ke dokter.
3. Penanganan pneumonia akibat jamur
Pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang melemah, seperti orang yang sedang menjalani kemoterapi.
Dalam hal ini, dokter akan memberikan obat antijamur untuk melawan infeksi jamur yang menyebabkan adanya pneumonia.
Disamping itu semua, dokter juga akan menyarankan perawatan lain untuk membantu mengurangi gejala dari pneumonia. Mulai dari obat-obatan untuk meredakan batuk dan sakit dada, hingga alat bantu seperti ventilator jika kondisi pasien sudah mengalami kesulitan untuk mendapatkan oksigen.
Untuk mencegah dan menurunkan risiko terkena penyakit pneumonia baik pada usia anak atau usia dewasa, dapat dilakukan vaksin pneumonia.
Selain itu, beberapa vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah pneumonia adalah vaksin influenza, PCV, Hib, Pneumococcal polysaccharide, pertusis, dan cacar. Namun sebelum mendapatkan vaksin ada baiknya untuk mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengan dokter.
Pneumonia bukanlah penyakit yang bisa kita anggap enteng. Kondisi ini merupakan penyakit yang membutuhkan penanganan dari dokter segera. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami informasi terkait pneumonia.
"Jika merasakan gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat" tutup dr. Astri.