Connect With Us

Jejaring Sosial, Generasi Digital dan Penculikan

| Kamis, 27 Juni 2013 | 17:44

Logo twitter (ist / ist)

Ahmad Yunus
Penulis Tinggal di Tangerang

 

Facebook merupakan jejaring sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia. Banyak kalangan mulai dari rakyat melarat sampai pejabat. Dari yang tua sampai yang muda, termasuk juga anak-anak yang sebenarnya dari segi usia belum layak memiliki akun Facebook, namun mereka mengakali umur mereka ketika melakukan registrasi.

Mac Prensky membagi umat manusia menjadi 2, yakni generasi digital immigrant dan digital native. Digital native adalah kelompok yang saat mulai belajar menulis sudah mengenal internet atau yang saat ini berada di bawah 24 tahun. Sedangkan digital immigrant adalah generasi yang mengenal dunia internet setelah mereka dewasa.

Digital native memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan generasi sebelumnya, setidaknya dalam hal identitas dan privasi. Digital native cenderung ribut soal identitas. Mereka begitu peduli dengan ke-adaan diri mereka. Karena itulah mereka ramai-ramai membuat akun di Facebook, Twitter, Youtube, dan lain-lain untuk membuktikan kepada dunia bahwa mereka ada. Kenarsisan ini menjadi wajar karena mereka memang menemukan media yang bisa memuaskan hasrat mereka untuk eksis.

Soal privasi, Generasi digital native cenderung lebih terbuka, blak-blakan, dan open minded. Jika mereka bilang suka, mereka bilang suka, dan jika tidak suka, mereka akan bilang tidak suka. Mereka juga merasa tidak masalah “membuka” apa yang disebut oleh generasi sebelum mereka sebagai privasi.

Mereka malah berlomba-lomba membuka kehidupan privasi mereka di status Facebook dengan menulis “@ mall X bareng temen”, “sedih baru putus”, “mau tidur”, dan lain-lain.

Ciri ini bukan tidak memiliki persoalan. Kenarsisan dan privasi yang terbuka juga membawa dampak negatif. Khususnya remaja puteri. Bukan tidak sedikit kasus remaja puteri usia sekolah yang hilang diculik teman Facebook. Mereka mudah percaya dan terlalu polos sehingga mudah sekali menjadi korban penipuan.

Penculikan terhadap remaja puteri akhir-akhir in, seperti kasus bunga (tangerangnews.com 11 Juni 2013) bukan serta-merta kesalahan anak, namun bisa saja karena kontrol sosial dan kontrol orang tua yang kurang. Remaja puteri mudah dipengaruhi, sehingga perlu pendampingan.

Facebook sendiri hanya sebagai media untuk komunikasi dan tidak lebih. Bisa diibaratkan seperti pisau kalau kita gunakan untuk yang positif ya akan positif tapi kalau negatif ya hasilnya negatif. Penculikan menggunkan facebook akan terus terjadi, sebab sekat sosial di dunia maya tidak bisa dibendung. Untuk itu, harus ada langkah yang dilakukan berbagai pihak.

Pertama, orang tua harus mengawasi anaknya dalam menggunakan facebook atau internet, kedua lingkungan sosial misalkan sekolah juga aktif dalam memberikan infomasi perkembangan perilaku siswa, ketiga untuk anak-anak sebaiknya menampilkan data diri seperlunya saja dan foto yang wajar, selektif dalam pertemanan dengan memastikan semua pertemanan adalah orang yang dikenal dengan baik dalam keseharian, dan menghindari pertemuan dengan orang yang baru dikenal.
 
 

BANTEN
Pelanggan PLN Banten Ceritakan Pengalaman Mudik Menuju Palembang Pakai Mobil Listrik 

Pelanggan PLN Banten Ceritakan Pengalaman Mudik Menuju Palembang Pakai Mobil Listrik 

Senin, 7 April 2025 | 09:52

Mudik Lebaran selalu menjadi momen istimewa untuk berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Hal ini juga dirasakan oleh Muhammad Aldo Sena, 31, warga Rangkasbitung, Banten, yang tahun ini mudik ke Palembang

NASIONAL
Pedagang Kecil Protes Aturan Larangan Jual Rokok Dekat KTR, Dinilai Ancam Kelangsungan Usaha

Pedagang Kecil Protes Aturan Larangan Jual Rokok Dekat KTR, Dinilai Ancam Kelangsungan Usaha

Selasa, 8 April 2025 | 17:02

Sejumlah pedagang kecil menyuarakan penolakan terhadap Rancangan Peraturan Kesehatan (R-Permenkes), yang tengah disusun sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 untuk menjalankan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023

KAB. TANGERANG
Luas TPA Jatiwaringin Sisa 6 Hektare, Pemkab Cari Solusi Berkelanjutan Atasi Sampah

Luas TPA Jatiwaringin Sisa 6 Hektare, Pemkab Cari Solusi Berkelanjutan Atasi Sampah

Rabu, 9 April 2025 | 02:10

Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah Jatiwaringin, Kabupaten memiliki luas lahan sekitar 31 hektare. Saat ini tinggal sisa 6 hektare yang belum terisi.

OPINI
Predator Anak di Balik Seragam Terhormat

Predator Anak di Balik Seragam Terhormat

Selasa, 18 Maret 2025 | 18:05

Lagi dan lagi pelecehan seksual terhadap anak terus saja terjadi. Berulangnya peristiwa ini menunjukkan bahwa masalah ini bukan sekadar kesalahan pada oknum, melainkan memang ada yang salah dari pengurusan negara ini.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill