Connect With Us

Keprihatinan Nasib Ojek Online

Jurnalis Warga | Senin, 16 November 2015 | 12:49

Ojek Online (Rangga A Zuliansyah / Tangerangnews)

 

 

Ini rekor di Indonesia, bekerja secara terpisah pisah namun terintegrasi dalam sistem online. Menyerap jutaan tenaga kerja, tanpa harus punya kantor dan unit produksi sebesar gedung dan tanah berhektar-hektar. Cukup dengan bermodal motor dan hp berbasis android kita sudah bisa mengais rejeki.

 

Negara ini kerap ditandai dengan angka pengangguran yang cukup tinggi terutama di Ibukota. Tingginya angka pengangguran ini menyebabkan pemerintah perlu memikirkan sektor industri yang mampu menyerap jutaan tenaga kerja. Namun dengan munculnya ojek online menjadi angin segar para penganggur potensial ini untuk bisa bekerja dimana saja.

 

Terbayang oleh kita para pencari kerja, bahwa syarat bekerja yang penuh dengan konsentrasi waktu yang padat dan harus bangun pagi berkejar waktu akan menjadi beban yang tidak berhenti. Di tengah semrawut ibukota yang padat nan tak mengerti. Namun dengan Ojek Online kita tidak perlu khawatir, dengan duduk santai atau tidur tiduran pekerjaan alias order pesanan akan datang.

 

Mencari pekerjaan bukan hal yang mudah memang di perkotaan yang menuntut profesionalitas dan persaingan yang tinggi. Namun tanpa terobosan mengatasi yang tepat bisa diperkirakan angka pengangguran akan terus bertambah dan menjadi ancaman wajah ibukota.

 

Salah satu penyerapan tenaga kerja yang tinggi dialami oleh perusahaan Gojek. Dengan tingkatan pesanan yang menembus 1 juta order bisa dipastikan penyerapan sebuah pekerjaan dengan 1 juta produktifitas. Bahkan mungkin bisa lebih dari itu karena dengan banyaknya berdiri perusahaan Ojek Online lainnya. Tentunya secara signifikan mampu mengatasi angka pengangguran. Bisnis ini telah masuk ke lorong lorong kesumpekan ibukota. Betapa tidak dengan liak liuk motor, transportasi terintegrasi tercipta di Ibukota dan kota penyangganya. Dengan banyaknya ruang kosong Ibukota dalam mengakses warganya, Ojek Online menjadi solusi yang tepat.

 

Ibukota punya tugas rutin memindahkan pergerakan jutaan orang di pagi hari. Tentunya bukan urusan yang mudah. Lihat saja jam jam sibuk Ibukota dengan transportasi massalnya, Tentunya bagi para pemakai tranprotasi massal ini sudah tidak ada pilihan lain. Iya ada Bus Trans Jakarta dan Kereta Listrik ‘commuter line’.

 

Busway yang padat di pagi hari memaksa para penumpangnya untel-untelan. Belum lagi kalau dapat busnya yang jelek. Pemandangan ini sudah biasa bagi para pemakai ‘turun naik bis’ atau turis. Begitu juga kereta di pagi yang sumpek bahkan tetap digencet dengan bejubelnya masuk penumpang di pintu kereta, mereka sering disebut ‘rombongan kereta’ atau roker.

 

Kondisi transportasi massal yang tidak nyaman ini ditangkap manis para pebisnis data dan informasi dengan menerbitkan di awal 2015 usaha ojek online. Usaha ini telah membuka mata kita yang biasa memadati transpotrtasi massal untuk beralih dengan Ojek Online. Ternyata baru kita sadari ojek online sangat membantu dan mengantar kita lebih cepat, sekaligus efektif menerobos kemacetan, bisa juga menerobos lampu merah, bisa juga berpindah per’empat’an alias potong jalan, atau jalan tikus sekalian. Banyak alternative jalan dengan menggunakan ojek online ini.

 

Namun sayangnya kian hari Ojek Online dirasakan kembali mahal. Sampai sekarang banyak penggunanya dan Ojek Online menebak nebak apa penyebab sesungguhnya. Banyak yang berpendapat karena ini bisnis data dan informasi, pengusahanya sudah melebihi target dan mengembalikan fungsi Ojek seperti sedia kala, hanya di selipkan teknologi online saja.

 

Ada juga para pemilik motor yang menggunakan jasa aplikasi ini yang mengeluh, pendapatan mereka mulai menipis seiring kebijakan mengurangi komisi mereka setiap kilometer dan ditambah lagi potongan perusahaan dimana mereka mendaftar menjadi Ojek Online.

 

Entah siapa yang menerima manfaat dari Ojek Online ini atau siapa yang dirugikan dengan kehadiran Ojek Online ini. Namun nyatanya kebahagiaan para pengguna Ojek Online ini mulai ikut prihatin. Karena Ojek Online akan dikembalikan ke fungsi semula. Dan kelihatannya perusahaan Ojek Online ini akan mengurangi subsidinya. Bayangkan saja apa yang terjadi dengan Ojek Online ‘Gojek’ dari komisi Rp. 3000/km dikurangi Rp. 1000/km perusahaan telah menghemat 10 milyar kalau dipotong dari sejuta ordernya.

 

Meski ada harapan dengan pemerintah mulai mengintervensi kondisi ini, karena bagaimanapun para pengojek seperti kita ketahui adalah para pengais rejeki harian, artinya rejekinya kebanyakan untuk makan hari ini alias besok cari lagi.

 

Kondisi ojek online hari ini telah berkembang dibeberapa kota besar. Awal ojek online mulai berkembang.seperti jadi keberkahan dan nilai tambah fungsi ojek. Apalagi setelah ojek online membuka peluang pendaftaran secara terbuka, banyak para pengojek yang biasa hanya mangkal menenggelami nasibnya menunggu penumpang, mulai memilih profesi ini. Bisnis online ini memberi nilai tambah signifikan kepada penghasilan mereka. Hanya sayangnya tidak banyak para ojek online tahu bahwa pengusahanya sedang memaksimalkan bisnis data dan informasi mereka. Saat ini pelayanan para pengusaha ojek online mulai berkembang, namun tidak seiring kesejahteraan para pekerjanya yaitu ojek online.

 

Perjuangan para pengojek online ini tidak boleh dilupakan. Perusahaan harus tahu nasib mereka ketika menjadi ujung tombak bisnis ini. Kejadian ojek online yang dipukuli, pelanggan yang pesan tidak ada di tempat, resiko dijalan yang tinggi, bahwa usaha ini sedari awal menitik beratkan kepada tanggung jawab pemilik motor. Disisi lain Ibukota masih butuh media transportasi massal sementara. Kita masih menghadapi transportasi massal yang kurang nyaman dan tidak tersambung sampai kerumah. Dengan ojek Online ini kita banyak terbantu.

 

Saat ini kondisi ojek online sedang mengeluhkan penurunan pendaptan mereka. Sampai sekarang para ojek online tidak ada pilihan lain dalam memperjuangkan nasib mereka. Karena kebanyakan mereka adalah pengguna, bukan orang yang mengerti teknologi informasi. Saat ini mereka merasa dipermainkan dengan sistem online.

 

Tentunya para Ojek Online harus mulai menyadari arah dari bisnis informasi ini dikembangkan. Artinya bisnis data dan informasi melalui ojek online sudah mengalami penurunan. Dan penurunan ini akan terus berlanjut sampai mereka menerapkan tarif ojek yang normal. Untuk itu sudah selayaknya para pemotor yang memilih profesi ojek online mulai mengantisipasi. Sebelum bisnis data dan informasi ini memenuhi targetnya dan mulai meninggalkan para pengojek ini.

 

 

 

Farid Ari Fandi

Pemakai Sarana Ojek Online, tinggal di Pulogadung

KAB. TANGERANG
Panen Dukungan, DPC Gerindra Tangerang Pede Maesyal-Intan Dilantik Jadi Bupati

Panen Dukungan, DPC Gerindra Tangerang Pede Maesyal-Intan Dilantik Jadi Bupati

Jumat, 22 November 2024 | 16:44

Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Tangerang nomor urut 02, Maesyal Rasyid dan Intan Nurul Hikmah, semakin mendapat tempat di hati masyarakat.

HIBURAN
Kenapa Kucing Suka Tidur di Alat Elektronik? Ini Alasannya

Kenapa Kucing Suka Tidur di Alat Elektronik? Ini Alasannya

Jumat, 22 November 2024 | 10:42

Bagi para pemilik kucing, pemandangan kucing yang tidur atau duduk di atas alat elektronik seperti laptop atau komputer tentu sudah sangat familiar.

BISNIS
Media Asing Singgung Kebijakan Indonesia Blokir Aplikasi Temu

Media Asing Singgung Kebijakan Indonesia Blokir Aplikasi Temu

Rabu, 20 November 2024 | 09:49

Kehadiran aplikasi Temu marketplace asal China kian menjadi sorotan banyak pihak. Baru-baru ini, media asing menyinggung kebijakan pemerintah Indonesia yang memutuskan untuk memblokir aplikasi tersebut.

AYO! TANGERANG CERDAS
Belum Banyak yang Tahu, Dua Kegiatan Ini Bikin Anak Jadi Cerdas

Belum Banyak yang Tahu, Dua Kegiatan Ini Bikin Anak Jadi Cerdas

Senin, 11 November 2024 | 15:03

Baru-baru ini, Penelitian dari para ahli saraf di Universitas Eastern Finlandia mengungkapkan pentingnya dua aktivitas yang dapat mengoptimalkan kecerdasan anak.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill