Oleh : Annisa Survival Hasanah
COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO dan ditetapkan Pemerintah sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit yang perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangan terpadu, termasuk keterlibatan seluruh komponen masyarakat.
Kegiatan penanggulangan bencana masih dominan dilakukan pada tahap tanggap darurat. Persoalan mitigasi, rehabilitasi, dan rekontruksi nampak belum menjadi prioritas utama dari aktivitas penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana masih mengalami persoalan sana-sini menyangkut koordinasi, kecepatan pertolongan, kecepatan bantuan, dan kemerataan distribusi bantuan.
Penganggulangan bencana bukan sekedar aksi tanggap darurat, akan tetapi meliputi proses mitigasi (prabencana) dan rekontruksi rehabilitasi (pascabencana). Berbagai lembaga penanggulangan bencana harus memberikan prioritas yang profesional terhadap penanggulangan bencana tersebut, pada tahap mitigasi, rekontruksi, dan rehabilitasi yang selama ini masih banyak masyarakat yang melanggar bahkan tidak menghiraukannya.
Kaitannya dengan proses mitigasi, pemerintah harus mengoptimalkan peran partisipatif, salah satunya dengan institusi pendidikan seperti perguruan tinggi. Kerjasama dengan perguruan tinggi dilakukan agar dapat mendekati dengan teori ilmu pengetahuan yang ada. Sehingga menjadi dasar untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam rangka perencanaan dan aplikasi penanganan masalah yang lebih baik. Oleh karenanya dalam konteks ini, partisipasi perguruan tinggi menjadi signifikan.
Peran yang bisa diambil oleh Perguruan Tinggi
Tiga ranah peran pendidikan tinggi terutama terkait aspek pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran; riset dan inovasi; serta pengabdian kepada masyarakat. Dari tiga peran sentral perguruan tinggi tersebut, memang dalam tataran praktik dan implementasinya terjadi perbedaan antara satu kampus dan kampus lainnya karena ada banyak faktor pendukung.
Peran dan kontribusi nyata perguruan tinggi yang lebih terkait langsung dalam penanganan COVID-19 saat ini adalah peran yang kedua dan ketiga, khususnya terkait dengan riset inovasi dan pengabdian kepada masyarakat. Meski demikian, peran pertama mengenai pendidikan dan pengajaran juga tak kalah penting untuk diadaptasi dan dikreasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dihadapi.
Sinergi pemerintah dengan seluruh stakeholder kebencanaan juga bisa diarahkan dalam perumusan strategi dan program pendidikan guna mengantisipasi bencana, sekaligus membangun program antisipasi dan pendidikan. Bisa ditindaklanjuti dengan membuat satuan tugas antisipasi dan pendidikan guna mempercepat dan mengefektifkan implementasi program pendidikan, serta memperdayakan mesayarakat untuk beradaptasi.
Saat ini realokasi anggaran Kemendikbud tahun anggaran 2020 sebesar Rp405 miliar ditujukan untuk empat program penanganan COVID-19. Salah satu di antaranya adalah menggerakkan 15.000 relawan mahasiswa kesehatan dalam melakukan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dalam pelayanan kepada masyarakat seperti call center, screening online, dan konsultasi kesehatan online. Sesuai semangat kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka, maka keterlibatan mahasiswa sebagai relawan dalam usaha penanganan COVID-19 dapat dikonversi menjadi SKS.
Kemendikbud, seperti yang dikatakan oleh Plt. Dirjen Dikti, meminta agar Perguruan Tinggi dapat melakukan upaya kreatif dalam rangka membantu meringankan beban mahasiswa dalam keterbatasan ekonomi. Misalnya subsidi pulsa, logistik, mobilisasi alumni menolong adik-adiknya, atau gotong royong di mana yang mampu menolong yang tidak mampu. Dengan demikian ciri khas masyarakat Indonesia, yakni semangat gotong-royong justru semakin kuat saat menghadapi pandemi ini.
Peran perguruan tinggi tidak hanya untuk membantu pencegahan dan penanganan penyebaran virus saja. Namun, juga untuk mengatasi imbas yang muncul akibat virus corona jenis baru ini. Mulai dari penelitian terkait kandungan zat-zat yang bisa menjadi antivirus COVID-19, inovasi APD, menyumbangkan berbagai peralatan medis dan kesehatan, penyuluhan ke masyarakat hingga program untuk memperkuat masyarakat dan UMKM yang terdampak.
Para mahasiswa dapat diterjunkan untuk memberikan penyuluhan secara langsung ke desa-desa. Mereka melakukan sosialisasi terkait upaya pencegahan COVID-19 dan menghadapi pemudik dari zona merah. Kalangan perguruan tinggi di Indonesia mempunyai pakar-pakar terbaik dibidangnya yang bisa berkontribusi terhadap penanggulangan COVID-19. Menurutnya, pakar kesehatan masyarakat bisa memberikan kontribusi terhadap strategi pencegahan perluasan wabah, pakar bidang kedokteran bisa menyusun langkah strategis untuk percepatan penyembuhan pasien positif COVID-19 dan pakar farmasi bisa terlibat dalam proses pencarian vaksin antivirus COVID-19.
Telah ada salah satu Universitas di Indonesia yang mempunyai temuan awal kandungan zat yang bisa menjadi antivirus COVID-19. Mereka menggunakan metode penelitian bioinformatika dan menemukan senyawa dalam jambu biji, daun kelor dan kulit jeruk bisa menghambat replikasi virus dan penempelan virus COVID-19 dalam tubuh.
Peran dan kontribusi itu terutama bisa dilihat dari sarana dan prasarana kampus (baik negeri maupun swasta) yang sudah memiliki fasilitas rumah sakit (RS) dan fasilitas layanan kesehatan atau sejenisnya. Juga kampus yang memiliki laboratorium riset inovasi berbasis teknologi yang terkait pencegahan dan penanganan COVID-19.
Lebih dari itu, umumnya, kampus tersebut juga tergolong berbadan hukum (PTNBH) bagi yang statusnya dari perguruan tinggi negeri. hasil kerja keras kolaborasi riset dan inovasi dari semua perguruan tinggi negeri dan swasta di tanah air dalam capaian penanganan masalah pandemi COVID-19.
Bukan hanya terkait pencegahan persebaran, tetapi juga terkait riset inovatif untuk vaksin anti COVID-19. Untuk itu, semua pihak perlu ikut menyuarakan bersama keperluan dan kebutuhan terkait kebijakan optimalisasi peran kampus bersama pemerintah, industri, RS, dan semua pihak terkait dalam penanganan COVID-19 secara berkelanjutan.
Terakhir, peran perguruan tinggi dalam aspek layanan pendidikan dan pembelajaran online perlu juga terus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Dalam era pandemi seperti saat ini, para pimpinan kampus beserta para dosen diharapkan juga terus membuat desain perkuliahan online yang lebih mudah, murah, dan cepat serta efektif bagi mahasiswa dan masyarakat.
Penulis : Mahasiswa Jurusan Asuransi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten