Oleh: Korry El-Yana, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” – Soekarno
Kutipan tersebut menjelaskan bagaimana salah satu pendiri bangsa ini mengatakan bahwa bangsa yang percaya dengan kekuatannya sendiri tidak bisa dikatakan bangsa yang merdeka.
Seiring perkembangan teknologi, meluasnya budaya Korea Selatan sangat cepat di dunia internasional, termasuk di Indonesia. Gelombang Korea, atau yang biasa disebut dengan halyu terdiri dari beberapa konten kebudayaan yang menjadi komoditas ekspor kebudayaan yang utama bagi Korea Selatan, diantaranya; film, drama televisi (K-Drama), musik (K-Pop) dan K-Fashion. Konten-konten tersebut saling berpengaruh antara yang satu dengan yang lainnya. Kesuksesan K-Drama dan K-Pop di beberapa negara di Asia seperti; Cina, Indonesia, Jepang, Malaysia dan sebagainya berpengaruh terhadap peningkatan minat masyarakat internasional terhadap produk-produk Korea Selatan.
Halyu mempunyai pengaruh yang signifikan bagi budaya Indonesia seiring dengan perkembangannya. Halyu mulai merebak bukan hanya dikangan remaja, karena dari tingkatan anak-anak sampai emak-emak juga latah menjadi demam Korea. Sempat saya mendengarkan perbincangan beberapa anak SD “aku lissa ya… kamu Jeny…” lantas temannya tak mau kalah karena juga mengidolakan Lissa. “aku yang Lissa..kamu yg Jeni jangan ikut-ikut aku donk, aku kan yang duluan” dan perdebatan itupun timbul menjadi serius kemudian mereka bermusuhan karena memperebutkan idola girlbandnya yakni Blackpink.
Di luar dari perdebatan tersebut, yang perlu diingat ialah betapa anak-anak sudah terpapar pengaruh budaya Korea, sampai mereka hafal nama maupun gerakan dance idola mereka. Lebih memprihatinkan lagi, ketika anak-anak sudah lebih banyak mengakses tontonan dari bangsa lain dan tidak mengeksplore budaya di negeri sendiri beberapa tahun yang akan datang akan seperti apa karakternya?
Selain K-Pop tayangan K-Drama juga ikut mengambil hati para penggemar masyarakat Indonesia, alur cerita yang tidak berbelit-belit, setting yang natural, kisah yang menyentuh hati dengan akting yang mumpuni dengan aktor dan aktris yang visualnya menarik membuat para penonton terhipnotis dan selalu ditunggu-tunggu.
Beberapa tempat wisata yang dikenalkan melalui K-Drakor juga sangat mencuri perhatian. Karena beberapa destinasi wisata Indonesia yang mengadopsi tempat-tempat wisata dan kuliner di Korea selalu ramai pengunjung. Sering juga dijumpai anak muda yang mengenakan fashion ala korea mulai dari tas, sepatu, baju, sampai make-up menyerupai artis korea walaupun bisa dibedakan mereka adalah remaja Indonesia.
K-Drakor bukan hanya menjual mimpi bagi para remaja tapi juga dikalangan emak-emak atau kaum hawa pada umumnya. Banyak dari mereka yang menginginkan pasangan yang ideal romantis sekaligus humoris, tampan, tinggi, dengan perut rata.
Emak-emak atau ibu sudah sepatutnya menjadi panutan bagi anaknya, mendidik anaknya dengan kasih sayang, Karena jabatan tertinggi seorang perempuan ialah menjadi seorang ibu, dan perannya tidak bisa digantikan oleh siapapun. Ketika sudah menonton K-Drakor tidak sedikit yang melupakan tugasnya menjadi seorang ibu. Pada tahun 2019 sempat beredar dalam pemberitaan maupun jagad dunia maya mengenai kasus “Suami Usir Isteri Karena keseringan Nonton K-Drakor”. Banyak warganet menghujat sang isteri karena mengabaikan tugasnya, ada juga yang menyidir “emang kalo situ lebih suka drakor ketimbang suami sendiri Lee Min Ho bakal datang?” sebagian juga memuji sang suami karena mau membantu pekerjaan rumah sang isteri.
Terlepas dari emak-emak yang diusir suami, karena kebanyakan nonton K-Drama, tayangan K-Drakor bagi sebagian remaja, sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, ketika melihat lelaki bermata sedikit sipit dengan kulit putih dengan tubuh tinggi auto dipanggil “oppa” (kakak laki-laki dalam bahasa Korea). Para remaja perempuan banyak yang mengimitasi bintang Korea dan budaya Korea dandanan ala korea mulai dari gaya rambut ombre sampai lipstick yang juga ombre. Selain itu juga tidak sedikit perempuan yang sangat mengidamkan tubuh tinggi, kurus dengan kaki jenjang kulit putih, wajah tirus, ala bintang Korea.
Hal tersebut dibuktikan dengan hampir semua iklan marketplace Indonesia yang di banjiri dengan bintang asal Korea, fungsinya untuk memikat pasar Indonesia agar membeli produk yang ditawarkan. Karena banyaknya masyarakat yang mengidolakan bintang Korea sehingga marketplace lebih memilih artis Korea sebagai brand ambassador.
Akan tetapi kita juga tidak boleh menutup mata dan menyalahkan seutuhnya dengan kualitas dan keseriusan yang disajikan oleh tayangan K-Drakor. Oleh sebab itu menjadi PR yang harus dikerjakan oleh stasiun Televisi Indonesia ialah membuat tayangan yang lebih berkualitas untuk dikosumsi masyarakat. Karena K-Drakor saat ini juga mulai ditayangkan dijam primetime. Kemudian peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga turut andil didalamnya dengan menyaring tayangan mana yang layak dan tidak, jangan hanya membuat buram sebagian tubuh perempuan yang terbuka karena dianggap kategori pornagrafi. Mayoritas sinetron Indonesia yang kejar tayang, dengan ending tidak tahu kapan berakhir, dengan judul yang tidak nyambung dengan alur cerita dan minimnya pesan moral. Sehingga membuat sebagian masyarakat lebih memilih K-Drakor sebagai alternatif hiburan drama.
Karena tontonan bisa jadi merupakan tuntunan, sebagaimana dijelaskan oleh teori jarum hipodermik atau dikenal juga dengan sebutan teori peluru merupakan salah satu teori komunikasi massa khususnya teori efek media massa yang digagas oleh Harold Lasswell. Teori jarum hipodermik merupakan salah satu model komunikasi linear yang menitikberatkan pada kekuatan pengaruh media terhadap khalayak.
Menurut teori jarum hipodermik, pesan digambarkan seperti sebuah peluru ajaib yang memasuki pikiran khalayak dan menyuntikkan beberapa pesan khusus. Teori ini juga menjelaskan bagaimana media mengontrol apa yang khalayak lihat dan apa yang khalayak dengar. Menurut teori ini, efek media terhadap khalayak massa bersifat langsung atau tertunda di masa depan.
Tulisan ini dibuat sebagai representasi pergeseran budaya Indonesia yang seolah mulai memudar karena terpaan Budaya Korea di Indonesia. Karena Untuk menghancurkan suatu negara, tidak perlu senjata, hancurkan saja anak mudanya niscaya kehancuran yang massif akan menyusul sesudahnya.
Semakin canggihnya teknologi dan arus globalisasi, anak muda tidak banyak yang lebih ingin mencari dan meningkatkan wawasan mengenai kekayaan budaya nusantara dan memupuk rasa cinta tanah air. Budaya di Indonesia mengalami beberapa ancaman dan tangangan. Masyarakat lebih suka mengadopsi budaya Korea yang dianggap lebih popular dan lebih keren dibanding budaya negeri sendiri. Peran pemerintah sangat diperlukan agar masyarakat tidak lagi mengimitasi budaya Korea sehingga diperlukannya pendidikan karakter yang kuat guna membangun bangsa yang kuat dan mencintai, menjaga, dan melestarikan budaya agar budaya Indonesia tidak punah. Kemudian minimnya penelitian budaya dan rendahnya pengembangan inovasi kreatif berbasis budaya.
Semakin hari gelombang halyu semakin terasa, sadar atau tidak yang menjadi pertanyaan ialah mau sampai kapan?