Oleh : Ayu Mela Yulianti, Pemerhati Generasi
TANGERANGNEWS.com-Beberapa waktu terakhir jagad media massa diramaikan oleh pro kontra keputusan Gita Savitri Devi, seorang kreator konten video YouTube, blogger, penulis buku sekaligus influencer yang secara terang-terang mengatakan, ia dan pasangannya Paul Andre Partohap memutuskan untuk childfree.
Wanita yang sudah 11 tahun menetap di Jerman itu mengatakan, keputusan childfree adalah keputusannya dengan sang suami bahwa ingin hidup berdua saja, karena menurutnya, memiliki anak adalah pilihan yang diikuti tanggung jawab yang besar.
Ia juga berbicara bahwa memiliki anak bukanlah kewajiban dalam hidup dan perempuan berhak memilih untuk tidak memiliki anak. (Suarasurabaya.com, Agustus 2021)
Childfree sungguh telah menyoal kontroversi ditengah kalangan masyarakat. Setelah ide ini dilontarkan dan banyak dianut oleh kalangan artis dan para influenser saat ini.
Betapa tidak, ide childfree ini telah melahirkan keputusan dan tindakan untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Entah karena dorongan faktor sosial, ekonomi dan keuangan, minimnya ilmu tentang anak dan keluarga ataupun sebab ketidaktahuan tentang konsep pernikahan yang barokah.
Namun semua itu menunjukan bahwa ide childfree ini adalah ide yang sangat bertentangan dengan fitrah manusia dan ditenggarai lahir dari ide dan faham sekuler liberalisme. Yaitu sebuah faham kebebasan diri tanpa batas.
Sehingga manusia akan melakukan apapun sekehendak hatinya tanpa batas walaupun harus melanggar sistem norma dalam masyarakat dan agama.
Pada faktanya, setiap makhluk diciptakan secara berpasangan, dan pada fitrahnya, manusia diberikan potensi hidup untuk saling tertarik satu sama lain. Laki-laki pada fitrahnya akan tertarik pada perempuan dan sebaliknya perempuan akan tertarik pada laki-laki. Hal yang sangat wajar sebab sangat naluriah, yaitu sesuai dengan fitrah dasar penciptaan manusia.
Maka untuk memenuhi rasa ketertarikan tersebut, diciptakanlah syariat tentang pernikahan, agar hubungan ketertarikan antar dua jenis yang berbeda ini menuai kebaikan dan lebih jauh lagi dapat menuai keberkahan. Dan salah satu konsekuensi dari pernikahan ini adalah memiliki anak dan keturunan.
Karena itu setiap yang menikah pada fitrahnya berarti siap menjadi orang tua. Siap menjadi ayah dan siap menjadi ibu. Hal yang sangat naluriah saja sebetulnya, sebab lahir dari fitrah penciptaan manusia.
Sebab itu, bagi mereka yang memutuskan untuk childfree setelah menikah, pada dasarnya adalah tidak memiliki kesiapan untuk menjadi orang tua, untuk menjadi ayah atau ibu. Mereka yang memutuskan untuk childfree pada dasarnya hanya ingin menjadikan pernikahann hanya sekedar untuk kesenangan jasadi duniawi semata kosong dari nilai-nilai spiritual.
Lebih jauh lagi mereka yang memutuskan untuk childfree, tidak menyadari bahwa hidup tidak selamanya muda sehat dan berenergi, mereka tidak menyadari bahwa kehidupan akan terus senantiasa berjalan sesuai dengan sunatullahnya, dari muda kemudian tua, tak berdaya dan tak bertenaga.
Mereka yang memutuskan untuk childfree sebetulnya telah teracuni oleh ide liberalisme yang telah banyak diusung oleh para feminis yang menginginkan adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan tanpa batas, yang menyebabkan manusia berfikir dan bertingkah laku bebas tanpa batas. Sehingga kadang membuat sebuah keputusan yang sebetulnya akan merugikan manusia itu sendiri, semisal childfree.
Keputusan untuk tidak memiliki anak atau childfree akan mendorong timbulnya banyak kekerasan dalam kehidupan rumah tangga, timbulnya banyak perilaku menyimpang dalam kehidupan rumah tangga, dan tidak terlaksana hak dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh suami isteri, terutama dalam pemenuhan naluri jinsi (seksual), sebab childfree akan menyebabkan pasangan yang telah menikah untuk melakukan perilaku-perilaku menyimpang untuk menghindari kehamilan dan memiliki anak.
Dan lebih jauh lagi bisa mendorong manusia untuk terjerumus dalam kehidupan pergaulan bebas tanpa ikatan pernikahan. Dan hal ini sangat membahayakan bagi kehidupan manusia.
Memang memiliki anak adalah keputusan yang sangat besar. Ia hanya akan bisa dilalui melalui jalan pernikahan saja. Sebab pernikahan adalah satu-satunya jalan yang halal untuk memperkembangbiakan manusia, agar manusia tidak punah.
Memiliki anak berarti belajar untuk berbagi, belajar untuk berempati dan bersimpati, juga belajar untuk mengelola ego menjadi orang tua.
Sulit menjadi orang tua adalah benar, sebab akan dituntut kepekaannya dalam mendidik anak-anaknya. Karenanya seharusnya setiap yang memutuskan untuk menikah harus selalu semangat untuk belajar dan belajar, agar senantiasa memiliki ilmu yang cukup untuk berumahtangga dan menjadi orang tua yang baik untuk anak-anaknya.
Namun dibalik kesulitan menjadi orang tua yang baik dalam mendidik anak-anaknya, terdapat banyak balasan kebaikan dan pahala yang besar. Apalagi jika berhasil mengantarkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah. Akan menjadi kebanggaan di dunia dan di akherat. Dan menjadi jalan yang benar bagi keberlangsungan kesinambungan keberadaan ras manusia.
Karena itu, ide childfree adalah ide yang sangat absurb, dan sangat berbahaya bagi keberlangsungan kesinambungan ras manusia. Sebab ide childfree ini menolak kehadiran anak dalam kehidupan berkeluarga. Dan lebih jauh lagi ide childfree ini akan menjerumuskan manusia pada kehidupan no marriage dan pergaulan bebas. Sebab yang ingin diperoleh dari ide childfree ini hanyalah kesenangan ragawi duniawi semata yang kosong dari nilai-nilai spiritual.
Wallahualam.