Connect With Us

Apakah “Beauty Privilege” Itu Nyata?

Tim TangerangNews.com | Sabtu, 9 Oktober 2021 | 18:26

Farah Oktaviani Putri, Mahasiswa Akuntansi FEB UPN Veteran Jakarta. (@TangerangNews / Farah Oktaviani Putri)

Oleh: Farah Oktaviani Putri, Mahasiswa Akuntansi FEB UPN Veteran Jakarta

TANGERANGNEWS.com - Beauty privilege atau hak istimewa kecantikan sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat terutama di media sosial. Beauty privilege merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan betapa beruntungnya hidup seseorang yang terkesan lebih lancar dibandingkan orang lain kebanyakan karena terlahir dengan penampilan fisik yang menawan. 

Beauty privilege disebut juga sebagai physical attractiveness yang berarti orang yang memiliki daya tarik secara fisik. Istilah ini kembali menjadi tren di media sosial dikarenakan terdapat banyak permasalahan yang dikaitkan dengan beauty privilege.

Dalam pandangan beauty privilege, orang yang memiliki tampilan fisik menarik akan lebih mudah dalam kehidupannya karena orang tersebut akan diprioritaskan. Kesempatan itu berasal dari pandangan maupun perlakuan orang di sekitar, bahkan dalam beberapa penelitian menjelaskan bahwa daya tarik seseorang dapat berpengaruh dalam dunia pekerjaan, meskipun terhadap posisi yang tidak memerlukan daya tarik khusus, seperti buruh pabrik.  

Istilah “cantik itu relatif” sudah terdengar omong-kosong. Terdapat studi karakteristik kecantikan yang disetujui oleh semua orang. Kebanyakan masyarakat akan memilih orang yang lebih rupawan dikarenakan berhubungan dengan kesehatan dan kesuburan yang merupakan dua hal penting dalam kehidupan. Orang yang lebih menarik dinilai memiliki sistem imun yang kuat dan lebih sehat.   

Orang-orang yang memiliki daya tarik memang memiliki kehidupan yang dikatakan nyaman di berbagai aspek kehidupan. Menurut beberapa ahli, orang yang memiliki daya tarik akan dianggap lebih pintar, memiliki kepribadian yang bagus, serta lebih mudah untuk memiliki pasangan. Hal ini memang terbukti kebenarannya karena pada kenyataannya orang yang memiliki rupa fisik menarik akan lebih disukai oleh masyarakat.   

Sebenarnya, orang yang mempunyai penampilan fisik menarik pasti akan merasa lebih percaya diri. Percaya diri inilah yang membuat orang tersebut terlihat lebih kompeten dan lebih dipercaya oleh banyak orang. Namun, kenyataannya tidak semua orang yang memiliki penampilan fisik menarik adalah orang yang pintar, produktif, ataupun percaya diri.  

Orang yang memiliki rupa menarik biasanya memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, seperti diperlakukan baik sejak kecil, mendapat perhatian lebih banyak, dan lebih dimengerti. Hal ini juga memengaruhi diri sehingga dia akan memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi yang membuatnya terlihat lebih menarik. Dari penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa beauty privilege memang benar adanya.   

Dalam dunia pekerjaan, banyak lowongan pekerjaan yang menetapkan “good looking” sebagai kriteria untuk calon pelamar kerja sehingga mereka yang memiliki wajah rupawan akan lebih mudah untuk diterima dan mendapat gaji yang lebih tinggi. Namun, menurut beberapa studi mereka tidak lebih pintar dan tidak lebih produktif dibanding orang yang memiliki muka biasa saja. Ini tentu saja tidak mencerminkan keadilan sosial. Sebuah perusahaan seharusnya mengutamakan kualifikasi para pekerjanya dibandingkan penampilan fisiknya.    

Media sosial merupakan faktor pendukung utama adanya beauty privilege. Sebagai contoh, saat ini standar kecantikan wanita adalah seperti wanita Korea yang berkulit putih, hidung yang mancung, wajah tirus, dan mata sedikit sipit. Media sosial lah yang menetapkan standar seperti itu. 

Banyak orang yang mulai menggunakan berbagai macam produk kecantikan dengan tujuan untuk memperbaiki dan merawat kulit, mendapatkan kulit wajah yang putih dan halus, memperbaiki penampilan atau bahkan untuk mencapai standar kecantikan yang diinginkan.

Sebenarnya, kulit alami orang Indonesia adalah berwarna sawo matang, kuning langsat, dan berkulit gelap. Namun, dampak media sosial tersebut menyebabkan orang tidak puas dengan warna kulitnya. Ketidakpuasan ini akan menimbulkan masalah baru lagi, yaitu ketidakpercayaan diri.     

Ketidakpercayaan diri merupakan hal berbahaya bagi diri seseorang. Rasa tidak percaya diri akan menyebabkan seseorang mengalami demotivasi, sulit berinteraksi, dan pada akhirnya orang tersebut tidak akan mencintai diri sendiri. Saat seseorang sudah mengalami hal-hal seperti itu, aura atau energi yang memancar dari orang tersebut akan memudar sehingga dirinya tidak akan terlihat menarik di mata orang lain.      

“Percayalah, jika kamu cantik, setengah dari masalah hidupmu kelar!” Ini merupakan hal yang benar terjadi di zaman sekarang. Meskipun beauty privilege tak bisa dipungkiri keberadaannya dan bisa menimbulkan dampak yang buruk, semua itu tetap bisa kita ubah ke arah yang lebih positif. Kebiasaan-kebiasaan negatif seperti merendahkan manusia dari segi fisik adalah salah satu hal mendasar yang harus kita hindari.      

Sebagai manusia, kita harus sadar bahwa kecantikan bukanlah segalanya. Kita juga harus memperhatikan inner beauty. Inner beauty adalah aspek kecantikan yang berasal dari diri sendiri, dari kepribadian itu sendiri.

Pada dasarnya, manusia memang menyukai keindahan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa orang yang memiliki fisik rupawan akan lebih banyak mendapat perhatian. Namun, perlu diingat bahwa tidak ada standar kecantikan di dunia ini. Kita semua adalah sama. Dengan demikian, kita tidak boleh terpengaruh dengan apa yang dibicarakan oleh orang lain dan tetap menjadi diri sendiri.     

Semua hal di dunia ini pasti memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dari isu beauty privilege ini, kita bisa mengambil sisi positifnya yaitu memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri, selalu menjaga dan merawat diri, dan berusaha untuk selalu memperlihatkan sisi terbaik dari diri kepada orang lain. Kecantikan bukanlah hal yang abadi karena suatu saat kecantikan itu bisa memudar. Oleh karena itu, kepribadian, kemampuan, dan kecerdasanlah yang akan menentukan seseorang berkualitas atau tidak.      

Kita tidak bisa memilih ingin dilahirkan seperti apa. Standar-standar kehidupan merupakan hal yang tidak baku. Hal ini hanya terbentuk dari lingkungan sosial dan pola pikir yang salah. Yang bisa kita lakukan hanya mengubah pola pikir kita untuk dapat menerima perbedaan dan menerima diri sendiri. “No one is born ugly, we're just born in a judgemental society.” (Unknown).

BANDARA
Jelang Pelantikan Presiden, Begini Kesiapan Bandara Soekarno-Hatta Sambut Tamu Negara

Jelang Pelantikan Presiden, Begini Kesiapan Bandara Soekarno-Hatta Sambut Tamu Negara

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 17:21

Bandara Internasional Soekarno-Hatta siap menyambut tamu-tamu negara, yang akan menghadiri pelantikan Presiden Indonesia terpilih yang akan dilantik pada tanggal 20 Oktober 2024.

HIBURAN
Hadirkan Musisi Ternama hingga Promo Menarik, bank bjb Manjakan Penikmat Jazz di The Papandayan Jazz Fest 2024

Hadirkan Musisi Ternama hingga Promo Menarik, bank bjb Manjakan Penikmat Jazz di The Papandayan Jazz Fest 2024

Senin, 28 Oktober 2024 | 20:33

The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2024 sukses memanjakan para penikmat musik tersebut di The Papandayan Hotel, Bandung, pada tanggal 26-27 Oktober 2024.

PROPERTI
Kawasan Hunian Baru dengan 6 Danau, Summarecon Tangerang Hadirkan Klaster Perdana Mulai Rp940 Jutaan

Kawasan Hunian Baru dengan 6 Danau, Summarecon Tangerang Hadirkan Klaster Perdana Mulai Rp940 Jutaan

Rabu, 30 Oktober 2024 | 16:52

PT Summarecon Agung Tbk (Summarecon) memperkenalkan pengembangan kawasan terbarunya bernama Summarecon Tangerang.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill