Oleh: Nafisusilmi Ibnu Ansori, Aktivis Dakwah.
TANGERANGNEWS.com-Alhamdulillah tanpa terasa kita telah memasuki separuh perjalanan di bulan mulia Ramadan 1444 H. Semoga kita masih senantiasa istikamah mengisi waktu demi waktu selama Ramadan dengan berbagai amaliah, baik yang wajib maupun sunah hingga akhir dan mendapatkan ampunan dan ganjaran pahala dari Allah Swt. Aamiin.
Salah satu hikmah Ramadan sering disebut juga sebagai bulan Al-Qur'an atau Syahrul Qur'an. Kenapa? Sebab di bulan Ramadan inilah awal diturunkannya ayat Al Qur’an.
﴿شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda." (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Begitu pula secara fakta di bulan Ramadan ini pula kaum Muslimin lebih banyak berinteraksi dengan Al-Qur'an melalui tadarus maupun kajian Islam, di mana kultum yang didalamnya dibacakan ayat suci Al-Qur’an.
Masyaallah inilah salah satu sebab kemuliaan Ramadan yakni diturunkannya Al-Qur'an.
Dan sungguh benarlah hadis Rasulullah Saw,
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
"Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur'an) dan menghinakan yang lain." (H.R. Muslim)
Hadis tersebut juga memberikan pelajaran berharga kepada kita betapa Al-Qur'an mampu memberikan jaminan kepada seseorang, suatu kaum, bangsa maupun negara untuk memberikan kemuliaan.
Malaikat Jibril menjadi mulia sebagai panglima tertinggi para malaikat Allah Swt. karena diberi amanah sebagai penyampai wahyu Al-Qur'an yang diturunkan Allah Swt. kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
Nabi Muhammad saw. menjadi mulia kepemimpinannya sebagai para nabi dan rasul dengan wasilah Al-Qur’an yang diterimanya dari sang Khalik Allah Swt.
Begitu halnya malam yang menjadi mulia karena diturunkan Al-Qur’an, itulah malam yang penuh berkah malam Lailatul Qadar.
Kita lihat juga bagaimana kisah perbincangan Khalifah Umar bin Khattab dengan Nafi bin Abdul Harits, seorang pejabat di kota Makkah yang diangkat oleh beliau.
Suatu hari ketika Nafi sedang berada di wilayah ‘Usfan, ia berjumpa dengan Umar bin Al-Khattab. Lalu mereka berdua pun berbincang-bincang cukup lama,
“Siapa yang anda angkat sebagai kepala bagi penduduk Wad'i wahai Nafi’?” tanya Umar saat itu
“Ibnu Abza” Jawab Nafi’
“Siapakah itu Ibnu Abza?” tanya Umar
“Salah seorang Maula (budak yang telah dimerdekakan) di antara beberapa Maula kami,”jawab Nafi’
“Mengapa Maula yang diangkat?” tanya Umar kembali
“Karena ia adalah seorang yang pintar tentang Kitabullah (Al-Quran) dan pandai tentang ilmu faraidh (ilmu tentang pembagian harta warisan),” jawab Nafi’
Umar pun berkata “Benar"
Hal tersebut diungkapkan Khalifah Umar Bin Khattab sebab teringat dengan hadis baginda Nabi saw. bahwa dengan Al-Qur'an Allah Swt. akan memuliakan siapapun yang Dia kehendaki sekalipun hanya maula.
Saudaraku kaum Muslimin rahimakumullah,
Allah Swt. memuliakan dan mengangkat derajat seorang maula mantan budak dengan Al-Qur’an yang dipelajari dan dipahaminya.
Lalu bagaimana Al-Qur'an memberikan bukti memuliakan suatu kaum bangsa?
Kita lihat betapa Makkah, Madinah, Jazirah Arab dari kehidupan gersang dan tandus, jahiliyah berubah seketika dengan Al-Qur'an yang dibawa oleh manusia yang menjadikan beliau mulia yakni Muhammad saw. yang mampu merubahnya menjadi masyarakat, kaum, bangsa bahkan negara yg memiliki peradaban tertinggi sepanjang sejarah manusia.
Masyaallah, berkah Al-Qur'an yang tidak hanya menjadi bacaan maupun hafalan tapi diterapkan dalam kehidupan umatnya. Hingga Islam pernah berjaya selama lebih dari 1300 tahun lamanya dengan kesejahteraan, keadilan, persatuan dalam naungan satu komando seorang Khalifah dari Khulafaur Rasyidin, yang dilanjutkan oleh Khalifah lainnya melalui kekhilafahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan terakhir Bani Utsmaniyah.
Maka pelajaran berharga bagi kita ketika umat Islam menerapkan Al-Qur'an maka kemuliaan yang didapatkan. Pantaslah kiranya Allah Swt. menyematkan kepada umat islam sebagai umat mulia, umat terbaik sebagaimana QS Ali-Imran ayat 110,
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."
Lalu bagaimana dengan kondisi umat islam saat ini? Apakah keberadaan Al-Qur’an saat ini ditengah-tengah kita membaca, menghafal telah menjadikan umat islam mulia?
Kiranya kita sebagai umat islam patut introspeksi, muhasabah diri dengan keadaan saat ini, di tengah berbagai persoalan menghimpit negeri yang mayoritas Muslim ini, bahkan penduduk dunia, terasa sangat jauh dari kondisi ideal seharusnya.
Betapa umat Islam saat ini terpecah belah tanpa persatuan dan komando pemimpin yang satu, dengan sekat nasionalisme seperti anak ayam kehilangan induknya, kaum muslimin di belahan negeri masih teraniaya, dijajah, dibantai tanpa pembelaan dan kekuatan untuk melawannya. Kita lihat kezaliman Zionis Israel terhadap kaum Muslimin di Palestina, di Al-Aqsa di tengah pelaksanaan ibadah puasa, bahkan di saat salat pun diperangi tanpa bisa melakukan perlawanan. Bahkan kaum Muslimin yang lain pun tidak dapat berbuat apa-apa.
Kitab suci Al-Qur'an yang menjadikan umat mulia dihinakan dan dibakar di Swedia dan negara lain di mana kaum Muslimin sebagai minoritas. Lagi-lagi kaum Muslimin di belahan dunia tidak bisa berbuat banyak selain hanya sekadar kecaman dan kutukan tanpa perlawanan.
Sementara di dalam negeri keadilan hukum sulit dicari, kezaliman merajalela, politisasi rakyat untuk kepentingan para elit politik, dan segudang masalah lain masih nyata di depan mata.
Saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
jangan-jangan inilah kebenaran sabda Nabi saw. sebagaimana hadis di awal,
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
"Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Quran) dan menghinakan yang lain." (H.R. Muslim)
Umat Islam tidak lagi menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan panduan hidup maka yang didapatkan adalah kehinaan. Ini pula yang telah Allah Swt. firmankan dalam QS At-Thaha ayat 124,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Oleh karena itu, mari kita jadikan momentum Ramadan tahun ini sebagai bulan Al-Qur’an yang sesungguhnya, dengan berjuang sekuat tenaga, melalui harta, pikiran, jiwa dan raga agar Al-Qur’an dapat diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan melalui dakwah. Dengan Belajar mengkaji Islam, membaca Al-Qur'an, menghafal, memahami maknanya serta tidak kalah penting diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Maka di sinilah peran penting kita melalui ajakan, nasihat kepada sesama Muslim, menguatkan keimanan dan mengkaji Islam dengan sungguh-sungguh seluruh ajarannya baik yang berkaitan dengan ibadah, akhlak maupun muamalahnya seperti ekonomi Islam, politik Islam dan pergaulan Islam sebagaimana warisan Rasulullah saw. untuk keselamatan hidup dunia dan akhirat. Semoga kita selalu istikamah di jalan Islam ini, serta diakhirkan Allah Swt. kehidupan kita dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin