Oleh : Alpun Hasanah, Mahasiswi Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Tangerang
TANGERANGNEWS.com-Kemiskinan di Indonesia telah lama menjadi masalah yang kompleks dan sulit terpecahkan. Dan selalu menjadi PR untuk pemerintah. Kemiskinan adalah fenomena sosial yang tidak hanya menunjukkan kurangnya pendapatan tetapi juga keterbatasan akses terhadap pendidikan berkualitas.
Pendidikan yang berkualitas sangat penting untuk memecahkan rantai kemiskinan dan mengubah nasib masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Keterbatasan (Kemiskinan) bukanlah hambatan dalam memperoleh kesuksesan.
Pendidikan yang berkualitas dan baik merupakan wadah atau tempat untuk meningkatkan pengetahuan, kreativitas, dan moral, sehingga mereka dapat bersaing di dunia kerja. Namun, Indonesia masih menghadapi banyak tantangan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Penghambat utama adalah ketimpangan sosial antara Kota dan Desa yang terdapat jurang perbedaan yang sangat tinggi seperti fasilitas yang kurang baik dan tenaga kerja yang sedikit. Akibatnya, anak-anak yang dibesarkan dalam lingkup keluarga miskin sering kali terperangkap dalam siklus kemiskinan yang sulit putus.
Pierre Bourdieu, pakar sosiolog mengemukakan konsep habitus dan modal sosial. Pierre Bourdieu menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting dalam mengubah struktur sosial dengan memberikan modal budaya kepada individu. Dalam konteks negara Indonesia, pendidikan berkualitas dapat membantu masyarakat dari kelas sosial bawah untuk memperoleh pengetahuan, moral, keterampilan untuk dapat meningkatkan kualitas diri.
Pendidikan Berkualitas Dapat Membuka Peluang Karir
Pendidikan dapat membuka peluang karir yang begitu luas. Seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang berkualitas cenderung memiliki akses ke pekerjaan yang lebih baik, bahkan pada bidang-bidang yang sebelumnya tidak terpikirkan. Hal ini memungkinkan mereka untuk meraih penghasilan yang lebih baik, memperbaiki standar hidup mereka, dan mempengaruhi kehidupan keluarga mereka.
Pendidikan juga mengubah pola pikir lebih dari sekadar membekali seseorang dengan keterampilan dan pengetahuan. Seseorang yang telah menjalani pendidikan memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan mengambil keputusan yang lebih baik. Ini memungkinkan mereka untuk merencanakan dan mencapai karir mereka.
Pendidikan Berkualitas Kunci Meningkatkan Strata Sosial Masyarakat
Strata sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang disusun secara bertingkat. Gejala penggolongan masyarakat (strata sosial) bersifat hierarki vertikal yang berakibat munculnya kelas-kelas sosial sehingga timbullah istilah kelas sosial atas (upper class), kelas sosial menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).
Strata sosial atau stratifikasi sosial terjadi karena ada sesuatu yang dihargai dalam masyarakat. Setiap masyarakat akan selalu mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu itu, akan menempatkan individu yang memilikinya pada kedudukan yang lebih tinggi juga. Contohnya dengan cara menempuh pendidikan yang berkualitas dan lebih tinggi.
Dalam strata sosial atau stratifikasi sosial, kriteria yang dipakai untuk menempatkan seseorang dalam sebuah lapisan didasarkan pada banyak atau sedikitnya harta kekayaan seseorang, tinggi atau rendahnya kekuasaan seseorang, kehormatan karena usia atau jasa, gelar atau title yang dimiliki seseorang dari pendidikannya, dan keturunan yang diperoleh melalui kelahiran.
Stata sosial akan dengan mudah ditingkatkan dengan cara pendidikan, mengapa penulis katakan dapat dengan mudah didapatkan. Karena jika kita adalah seseorang dari kelas sosial bawah salah satu cara memutus kemiskinan tersebut yaitu dengan pendidikan. Jika pendidikan berkualitas bisa kita tempuh, dan kita menempuh pendidikan tersebut sampai dengan lulus. Maka, kita bisa mendapatkan pekerjaan yang layak (misal tidak perlu bekerja sebagai pemulung).
Maka tingkatan kita atau reputasi dalam masyarakat akan meningkat, dari kelas sosial rendah menjadi kelas sosial menengah atau kelas sosial atas. Dengan kita bisa menempuh pendidikan tersebut, secara tidak langsung bisa menjadi motivasi untuk orang lain dan mendapat pengakuan dari masyarakat. Jika kita mengikuti jejak orangtua dengan kelas sosial rendah, sampai kapan rantai kemiskinan kelas sosial rendah ini akan terputus.
Faktor Penghambat Dalam Memperoleh Pendidikan Berkualitas
Pertama, rendahnya pemerataan fasilitas pendidikan. Salah satu masalah utama dalam sistem pendidikan adalah rendahnya pemerataan fasilitas pendidikan di berbagai daerah. Pembangunan lembaga pendidikan, seperti sekolah dan fasilitas pendukung lainnya, masih lebih banyak difokuskan di wilayah perkotaan. Hal ini menyebabkan ketimpangan yang signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Di pedesaan, jumlah sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas. Banyak sekolah di daerah terpencil yang tidak memiliki ruang kelas yang memadai, laboratorium, perpustakaan, atau fasilitas dasar lainnya. Selain itu, kualitas bangunan sekolah di pedesaan sering kali jauh tertinggal dibandingkan dengan di perkotaan.
Kedua, kualitas pengajaran. Salah satu tantangan utama dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas pengajaran. Banyak guru di Indonesia belum mendapatkan pelatihan yang memadai untuk meningkatkan kemampuan mengajar mereka sesuai dengan standar yang diharapkan. Pelatihan-pelatihan yang tersedia sering kali terbatas, baik dari segi frekuensi maupun kualitasnya, sehingga tidak mampu memberikan pembekalan yang cukup kepada para guru.
Kondisi ini menyebabkan banyak guru kesulitan untuk menerapkan metode pembelajaran yang efektif, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Akibatnya, proses belajar mengajar di kelas menjadi kurang optimal, baik dari segi penyampaian materi, pendekatan kepada siswa, maupun penggunaan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran.
Rendahnya kualitas pengajaran di sekolah ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa. Siswa tidak hanya kesulitan memahami materi yang diajarkan, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi mereka. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius dari pemerintah dan pihak terkait untuk meningkatkan kualitas pelatihan bagi para guru, termasuk penyediaan program pengembangan profesional yang berkelanjutan dan akses terhadap sumber daya pembelajaran yang memadai.
Ketiga, penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran. Salah satu masalah serius dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah penyaluran bantuan yang sering kali tidak tepat sasaran. Bantuan yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah, yang paling membutuhkan dukungan untuk mengakses pendidikan, justru sering kali diterima oleh pihak-pihak yang tidak berada dalam kategori tersebut. Ketidaktepatan ini bisa disebabkan oleh kurangnya pendataan yang akurat, birokrasi yang kurang transparan, atau kurangnya pengawasan dalam proses penyaluran bantuan.
Akibatnya, masyarakat dengan kondisi ekonomi rendah menghadapi berbagai kendala dalam mengakses pendidikan yang layak. Salah satu tantangan terbesar adalah tingginya biaya untuk alat perlengkapan sekolah, seperti seragam, buku, alat tulis, dan kebutuhan lainnya, yang sering kali tidak terjangkau bagi mereka.Selain itu, biaya tambahan seperti transportasi ke sekolah dan kebutuhan teknologi, seperti akses internet atau perangkat digital, juga menjadi beban berat bagi keluarga kurang mampu.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan ini membuat anak-anak dari keluarga dengan kelas sosial rendah sulit mendapatkan pendidikan berkualitas. Dalam banyak kasus, mereka terpaksa putus sekolah karena keterbatasan finansial, yang kemudian memperbesar ketimpangan sosial dan memperburuk siklus kemiskinan.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis, seperti memperbaiki sistem pendataan masyarakat yang berhak menerima bantuan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyaluran bantuan, serta memastikan adanya pengawasan yang ketat untuk menghindari penyimpangan. Selain itu, perlu juga adanya program-program pendidikan gratis yang mencakup kebutuhan dasar siswa agar setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosialnya, dapat menikmati akses pendidikan yang merata dan berkualitas.
Keempat, Teknologi telah menjadi salah satu elemen penting dalam pendidikan modern, terutama dengan semakin berkembangnya metode pembelajaran berbasis digital. Namun, tidak semua siswa di Indonesia memiliki akses yang memadai terhadap teknologi, seperti handphone, komputer, atau internet, yang saat ini telah menjadi kebutuhan mendasar dalam dunia pendidikan.
Keterbatasan akses ini sangat dirasakan oleh siswa yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, di mana infrastruktur teknologi masih sangat minim. Di banyak wilayah, sinyal internet tidak stabil atau bahkan tidak tersedia sama sekali, sehingga menyulitkan siswa untuk mengikuti pembelajaran daring. Selain itu, harga perangkat teknologi seperti komputer atau smartphone yang cukup mahal menjadi kendala besar bagi keluarga dengan kondisi ekonomi rendah.
Masalah ini semakin terlihat jelas selama pandemi COVID-19, ketika banyak sekolah beralih ke pembelajaran jarak jauh. Siswa yang tidak memiliki akses ke perangkat teknologi atau internet kerap kali tertinggal dalam mengikuti pelajaran. Hal ini tidak hanya memengaruhi pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tetapi juga menurunkan motivasi belajar karena keterbatasan tersebut.
Kesenjangan akses terhadap teknologi ini menciptakan ketidaksetaraan dalam sistem pendidikan, di mana siswa yang memiliki fasilitas lengkap cenderung mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki akses yang sama. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, seperti pengadaan perangkat teknologi yang terjangkau bagi siswa kurang mampu, penyediaan layanan internet di daerah terpencil, serta program pelatihan bagi guru dan siswa untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Menurut penulis, pendidikan yang berkualitas akan mudah dijangkau jika pemerintah menyamaratakan semua akses terutama akses pendidikan berkualitas tanpa memandang kaya dan miskin, semata-mata untuk menjalankan sila ke-5 Pancasila dan menjalankan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta pemerintah dapat mengatasi masalah penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran.
Banyak sekali orang-orang yang diberikan bantuan justru orang yang mampu, dan rata-rata standar gaya nya yang tinggi (hedon). Lalu, bagaimana dengan masyarakat menengah kebawah bisa mendapatkan pendidikan berkualitas dan memutus rantai kemiskinan ini. Fasilitas pendidikan yang sedikit, sedangkan masyakarat yang banyak juga menjadi hambatan dalam membangun pola pendidikan yang berkualitas.
Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan, khususnya didaerah terpencil. Inovasi dalam metode pengajaran juga berperan penting, seperti penggunaan teknologi digital dan meningkatkan kualitas pembelajaran dapat menjadi solusi untuk menjangkau lebih banyak siswa.
Dalam jangka panjang, pendidikan yang berkualitas memiliki potensi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial. Dengan demikian, pendidikan adalah investasi jangka Panjang yang berdampak baik pada kemajuan individu, bangsa, dan negara.
Bagi Indonesia, pendidikan berkualitas adalah jalan menuju cita-cita menjadi bangsa Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Dengan populasi muda yang besar, Indonesia memiliki peluang emas untuk mengubah potensi demografi menjadi keuntungan ekonomi. Hal ini dapat terwujud jika pendidikan berkualitas menjadi prioritas.
Nelson Mandela pernah menyatakan bahwa “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia”. Pernyataan Nelson Mandela menekankan bahwa pendidikan berkualitas adalah pilar utama dalam mengubah nasib masyarakat Indonesia. Yaitu masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan maju akan dapat dicapai jika pendidikan dioptimalkan.