Connect With Us

Kokohnya Kekuatan Islam Masalalu dan Suramnya Partai Islam Masa Kini

| Senin, 24 Desember 2012 | 03:54

Hendra Sunandar (tangerangnews / ist)

Oleh: HendraSunandar
 
Sebagai motor penggerak dalam menghadapi bangsa kolonial, dalam perjalannya Islam justru mengalami pemerosotan dukungan dalam kancah perpolitikan.
 
Tidak lupa ketika Jepang datang untuk menjajah Indonesia  umat islam dari berbagai kalangan bergabung dengan MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) yang bertujuan untuk menampung kekuatan Islam dalam visi melawan penjajah, hingga sampai pada akhirnya dibubarkan Jepang karena dianggap berbahaya bagi kepentingan Jepang.
 
Sebagai gantinya didirikanlah Maysumi oleh Jepang sebagai pengganti MIAI,
Tentu Masyumi disini sangat kental dengan kepentingan dan kendalikan olehJepang, meski begitu berkat kelihaian, ulama Islam pada saat itu mampu memanfaatkan keadaan yang dimana umat
 
Islam dipersatukan oleh wadah yang bernama Masyumi, dan disini dimulailah gerakan bawah tanah dalam melawan penjajah Jepang secara tersembunyi yang dilakukan umat Islam.
Islam pada saat itu digunakan sebagai alat persatuan dalam mengusir penjajah, meski juga terdapat kelompok agama lain yang membantu dalam mengusir penjajah.
 
 Hingga sampai pada akhirnya terselenggaralah pemilihan umum tahun 1955 dalam kabinet Burhanuddin Harahap dan total suara partai Islam mencapai 43%.
 
Tingginya dukungan partai Islam padazaman orde lama, tidak terlihat pada pemilihan umum 1999 yang hanya mencapai total suara 36%, partaiislam(PKS, PBB, PPP) dan partai berbasis masa Islam(PKB, PAN) terus mengalami pemerosotan suara sampai pada pemilihan umum 2009 yang mendapat dukungan tidak lebih dari 30%.
 
Meskipun pada pemilihan umum tahun 2004 partai Islam dan partai berbasis massa Islam mengalami kenaikan menjadi 38 % dari pemilihan umum sebelumnya, namun apabila dilihat dari dinamika perubahan perilaku masyarakat sekarangini, diprediksi total dukungan partai Islam di Pemilihan Umum 2014 akan mengalami penurunan suara.
 
 
Hal tersebut disebabkan karena fenomena politik aliran sudah tidak lagi berpengaruh sebagai penyumbang elektabilitas partaipolitik.
 
Perilaku pemilih untuk kategori muslim santri dan muslima bahkan menjadi sulit untuk ditebak.
 
Secara normatif, muslim santri yakni umat muslim yang memiliki ketaaatan terhadap nilai-nilai agama yang kuat seharusnya lebih cenderung memilih partai Islam, berbeda dengan non muslim
dengan ketaatan terhadap agama yang kurang cenderung memilih partai nasionalis. Namun, di era reformasi teoriter sebut gagal menjadi pisau analisis.
 
Faktanya pada pemilihan umum 1999, mayoritas dukungan PDI Perjuangan (63%) diperoleh darikategori muslim santri, begitupun denganPilpres 2004 yakni sebanyak 65% suara nahdliyin beralih kepasangan SBY-JK.
 
 
Selainitu di era reformasi, gejalagerakan de-ideologisasi semakin menular kepartai politik, imbasnya adalah partai politik tidak lagi memiliki bassis ideologi yang kuat, melainkan hanya kekuatan media massa dan uang sebagai tameng, seperti yang sudah diketahui partai Islam dan partai berbassis massa Islam pada umumnya tidak memiliki kekuatan finansial yang memadai.
Pada umumnya partai nasionalis berhasil melakukan strategipolitical centrism dan mengambil suara pemilih muslim tanpa meninggalkan captive market tradisional mereka.
 
Dalam fenomena di Indonesia, porsi terbesar pemilih memang berada di tengah, oleh karena itu partai politik di Indonesia berlomba lomba untuk menjadi partai tengah dalam tujuan untuk menarik konstituen.
 
 
Melihat hal itu, partai nasionalis lebih sukses melakukan pergeseran paradigma dari posisioning partai yang awalnya dicapkurang ramah terhadap agenda religious menjadi lebih menerima aspirasi umat Islam, tebukti dari dukungan Golkar dan PartaiDemokrat terhadap Sisdik nasdan RUU anti-poligami mampu merebut simpati pemilih beragama Islam.
 
Seperti contoh lainnya adalah Partai Demokrat dan Golkar membentuk organisasi sayap khusus untuk pemilih muslim, bahkan PDI Perjuangan yang dianggap partai kurang Islam juga mendirikan Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI), hal yang sama juga dilakukan Gerindra dengan mendirikan Gerakan Muslim Indonesia Raya (GEMIRA).
 
Pergeseran paradigma posisioning politik juga dilakukan oleh partai Islam yakni diantaranyaadalah PKB dan PAN yang mendekralasikan diri sebagai partai pluralis, belakangan hal yang samajuga dilakukan PKS yang memproklamirkan diri sebagai partai terbuka.
 
Namun,dalam hal ini pergeseran paradigma posisioning politik lebih berhasil dilakukan oleh partai nasionalis, terbukti dari banyaknya umat muslim santri yang lebih memilih partai nasionalis ketimbang partai Islam.
 
 Komitmen PKB dan PAN sebagai partai pluralis belum mampu menarik pemilih non Muslim.
 
Bahkan hal buruk bisa saja terjadi jika pemiih muslim mengalami disorientasi Karena partai Islam mengubah platform-nya menjadi partai pluralis danterbuka.
 
Kesuksesan partai nasionalis dalam melakukan perubahan paradigma posisioning politik, menjadi vitamin bagi keberlangsungan partai nasionalis dalam jangka panjang, berbeda dengan nasib partai Islam yang dengan relanya melakukan perubahan posisioning politik demi menarik konstituen, namun strategi yang dilakukan partai Islam terus mengalami kegagalan.

Hal terburuk dan resiko yang dialami partai Islam adalah pemilihmilitan justru akan kecewa dengan perubahan paradigma tersebut, jika partai Islam tidak segera berbenah diri maka sebagian besar pemilih militan tersebut akan merubah dukungannya kepada partai nasionalis,

karena anggapan bahwa partai nasionalis justru lebih Islami ketimbang partai Islam, ditambah dengan kasus money politics atau jual-beli proses pencalonan non kader yang kerap dilakukan partai Islam seperti contoh yang kontoversial adalah eks Wakil Kapolri, JendralPolisi (Purn.) Adang Daradjatun, yang didugamemberikan “maharpolitik” kepada PKS sebagai imbalan pencalonannya dalam pelilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2007.
 
Jika partai Islam tidak berbenah diri dalam menyambut pemilihan umum 2014 jangan harap dukungan partai Islam akan mengalami kenaikan seperti tahun 2004, bahkan banyak yang menilai partai Islam kedepannya akan semakin suram.
 
 Seharusnya romatisme kejayaan Islam masalalu mampu menjadi motivasi dan pelecut semangat partai Islam dalam menempuh tantangan kedepan.
 
 
MANCANEGARA
Kembali ke Gedung Putih, Donald Trump Terpilih Jadi Presiden Amerika Serikat ke-47

Kembali ke Gedung Putih, Donald Trump Terpilih Jadi Presiden Amerika Serikat ke-47

Kamis, 7 November 2024 | 09:27

Donald Trump resmi kembali ke Gedung Putih setelah terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47. Kemenangan ini diumumkan oleh kantor berita The Associated Press pada Rabu dini hari waktu setempat.

TANGSEL
Jelang HUT ke-16 Tangsel, BPBD Siaga Antisipasi Bencana

Jelang HUT ke-16 Tangsel, BPBD Siaga Antisipasi Bencana

Jumat, 22 November 2024 | 15:45

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memperkuat kesiapsiagaan bencana menjelang perayaan HUT ke-16 Kota Tangsel hingga Tahun Baru 2025.

BISNIS
Media Asing Singgung Kebijakan Indonesia Blokir Aplikasi Temu

Media Asing Singgung Kebijakan Indonesia Blokir Aplikasi Temu

Rabu, 20 November 2024 | 09:49

Kehadiran aplikasi Temu marketplace asal China kian menjadi sorotan banyak pihak. Baru-baru ini, media asing menyinggung kebijakan pemerintah Indonesia yang memutuskan untuk memblokir aplikasi tersebut.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill