TangerangNews.com

Kampanye, Miing Ingin Buat China Town di Tangerang

Rangga Agung Zuliansyah | Jumat, 16 Agustus 2013 | 13:39 | Dibaca : 1838


Miing Ingin Bangun China Town (Rangga A Zuliansyah / TangerangNews)



TANGERANG-Kampanye terbuka hari pertama dilakukan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Tangerang nomor urut 3 Deddy S Gumelar alias Miing - Suratno Abubakar dengan melakukan blusukan ke sejumlah pasar tradisional, Jumat (16/8). Namun,  pasangan ini tidak blusukan bersama, melainkan berpencar.

Miing bersama istrinya mendatangi Pasar Babakan dan Pasar Lama, sementara Suratno yang juga ditemani istrinya ke Pasar Anyar. Puluhan simpatisan mereka juga mengikuti saat blusukan.

Miing mengatakan, setelah mengunjungi Pasar Lama, dia ingin membangun China Town sebagai pusat kebudayaan. Pasalnya disana terdapat Vihara Boen Tek bio dan Musium Heritage.

"Boen Tek Bio salah satu klenteng pertama yang saya kunjungi di Kota Tangerang. Saya concern dengan daerah ini karena memiliki nilai sejarah. Sebaiknya besok dibuat China Town, jadi tidak hanya warga Tionghoa yang bisa menikmati," ujarnya.

Selain itu kawasan pasar tradisional juga akan ditata agar lebih nyaman bagi penjual dan pembeli. Menurutnya pasar tradisional juga merupakan budaya Indonesia yang harus dijaga.

"Di pasar tradisional terjadi interaksi antara pedagang dan pembeli. Juga menjadi tempat bersilaturahmi. Ini kan budaya kita. Kalau di supermarket kan individual. Tapi melihat kondisi yang sekarang, pasar di Kota Tangerang harus direvitalisasi," katanya.

Terkait aksi blusukan dirinya, Miing menjelaskan bahwa hal tersebut lebih efektif menjaring pemilih, dibanding harus kampanye di panggung.

"Perilaku masyarakat sekarang sudah cerdas. Mereka lebih butuh personal touch dengan menyapa mereka langsung.  Kita mencari massa mengambang yang belum menentukan pilihan, jadi kita ke pasar," katanya.

Sementara Suratno Abubakar mengatakan, Pasar Anyar butuh direvitalisasi karena kondisinya kurang layak. Tata letaknya yang tidak tepat membuat pasar menjadi padat dan pengap.

 "Mungkin konsepnya akan dibuat seperti mall, meski tidak benar-benar mirip. Tata letaknya harus luas supaya bisa nyaman. Karena kalau di pasar tradisional ada interaksi, tidak seperti di mini market, yang kita datang , ambil lalu bayar," katanya.

Miing juga menyatakan, masyarakat saat ini juga umumnya kalau punya uang membeli barang lari ke minimarket. “Tetapi jika tidak punya uang, ngutangnya di warung yang miskin. Aneh, masyarakat kita lebih senang memperkaya kapitalis,” ujar Miing.