TANGERANGNEWS- Kota Tangerang Selatan masih dinyatakan rawan penyakit kaki gajah (filariasis). Sebab, penderita penyakit ini di Kota Tangsel masih tinggi bahkan ada kecenderungan meningkat. Untuk itu, Dinas Kesehatan Kota Tangsel akan membagikan obat kaki gajah kepada sekitar 80% warga Kota Tangsel. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memberantas penyakit kaki gajah di Kota Tangsel. Hal ini diungkapkan Kepala bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit Dinas kesehatan Kota Tangsel, Dr. Hj. Nita Gilik, Selasa (25/8). Dikatakan Nita, kaki gajah mulai menyerang warga Pondok aren Kota Tangerang Selatan sejak 2008 lalu. Bahkan, sejak tahun 2009 Kota Tangsel ditetapkan sebagai daerah endemis kaki gajah hingga saat ini. Secara klinis,jumlah penderita kaki gajah di kota ini mencapai 19 kasus. Sebelumnya, pertengahan tahun 2008 lalu penderita kaki gajah kronis mencapai 15 kasus. Padahal sebenarnya jumlah penderita kaki gajah seperti fenomena gunung es. "Jumlah penderita sebenarnya bisa lebih dari itu, karena banyak juga yang menilai penyakit ini sebagai penyakit biasa," ujar Nita. Dikatakan Nita, kebanyakan penderita kaki gajah di Kota Tangsel adalah usia produktif. Sanitasi yang buruk serta perilaku hidup yang belum sehat diduga sebagai penyebab mudahnya penyakit ini menyebar. Apalagi, perilaku hidup sehat belum diterapkan oleh seluruh warga Kota Tangsel. Berdasarkan data yang ada, sebagian besar penderita kaki gajah tinggal di daerah dengan sanitasi buruk dan berasal dari keluarga miskin. Salah satu daerah dengan jumlah kasus filariasis tertinggi di Kota Tangsel adalah daerah Pondok Aren Pada tahun 2008 lalu, prevalensi mikrofilaria di daerah ini mencapai 2,5 persen. Sementara untuk Kota Tangsel sendiri, berdasarkan hasil survei medis ditemukan mikrofilaria dalam darah sebanyak 3,1 persen dari total penduduk sebanyak 80% juta jiwa. Angka itu, melebihi batas toleransi maksimal 1 persen dari total penduduk. Lebih lanjut dikatakan Nita, daerah endemis biasanya berupa lahan yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk-vektor penularan filariasis. "Di Pondok Aren misalnya, masih banyak lahan yang berupa rawa-rawa, kebun, atau empang. Ditambah perilaku hidup masyarakat sekitarnya belum sehat," ungkap Nita.(Dedi)