TangerangNews.com

Ibu Membuat Kernet Truk Tanah Menjadi Manager Terminal 2

Rangga Agung Zuliansyah | Kamis, 19 Desember 2013 | 22:58 | Dibaca : 2016


Syaiful Bahri (Rangga A Zuliansyah / TangerangNews)



TANGERANG-Siapa yang sangka sejak usianya baru menginjak lima tahun, ternyata seorang Syaiful Bahri,46,  sudah harus merasakan keluarga yang tak harmonis. Ya, hubungan ayah dan ibunya harus kandas diusia dia yang  masih terbilang balita itu.

Namun, kini Syaiful Bahri bisa berbangga hati dengan jerih payah sang ibunda yang bernama Sofiaty. Kini diusianya yang sudah menginjak 74 tahun, sang ibu telah melihat anaknya itu menjabat sebagai general manager Terminal 2 di bandara yang menjadi pintu masuk utama ke Indonesia, Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
 
Menurut Ipul biasa dia disapa, sosok ibu begitu berpengaruh dan menjadi motivasi  terhadap kehidupannya. Meski dari keluarga kurang berada, ibunya  berhasil membentuk anak semata wayangnya itu menjadi pria yang mandiri dan tidak bergantung pada kiriman ayahnya, yakni Bawaihi.

Syaiful menceritakan bahwa dia besar dari keluarga broken home. Karenanya,  setelah orangtuanya berpisah, dia diurus secara bergantian oleh kakek, nenek dan pamanya.

"Saya diajarkan untuk hidup mandiri. Sampai akhirnya, seusai tamat SMA, saya menjadi kernet truk tanah. Saya keluar dari rumah, saya tinggal di kos-kosan di Desa Kronjo, Kabupaten Tangerang," ujarnya.

Pilihannya saat itu adalah bagaimana dirinya harus memenuhi kebutuhan hidup. Karena semangat yang ditularkan ibunya, Saiful tak bergeming meski harus menjadi kernek truk tanah.

"Waktu itu, jangan mikir mau beli ini beli itu. Bertahan hidup saja sudah bagus lah kasarnya. Tetapi mama selalu bilang bahwa hidup itu keras, laki-laki harus melawan tidak boleh pasrah. Selama delapan bulan saya bekerja, makan tidak menentu, tidur tidak menentu. Kerja cuma untuk bisa makan tiga kali sehari, ngopi dan ngerokok," ujarnya sambil meneteskan air mata.

Lalu Ipul berfikir untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Namun, dia bingung bagaimana membayarnya karena tidak mempunyai uang. Akhirnya, dia mencoba melamar ke perusahaan penerangan. Setelah memiliki uang cukup baik dari hasil menjadi kernet dan bekerja di perusahaan penerangan, dia pun mendaftar kuliah di Universitas Syeh Maulana Yusuf (Unis) Tangerang pada 1985.

"Saya bekerja sambil kuliah. Ya bagaimana caranya harus membagi waktu. Waktu berjalan, tak terasa saya lulus D3 administrasi negara. Lalu pesan ibu saya, saya harus melanjutkan kuliah. Jadilah saya lulusan S1 ilmu politik di Univesitas Jayabaya,” ujarnya.
Setelah bekerja selama 18 tahun di perusahaan penerangan. Pada 2006 Ipul diangkat masuk menjadi karyawan di struktural PT Angkasa Pura (AP) II.

Dia terus menekuni pekerjaan di AP II hingga karirnya terus melonjak mendapat promosi jabatan. Akhirnya pada tahun 2010 dia pun diberikan amanat sebagai General Manager Terminal II Bandara Internasional Soekarno –Hatta hingga sampai saat ini.

"Ibu selalu berpesan agar mematuhi aturan perusahaan, jangan pernah melawan dan jangan meminta jabatan.," ujar Ipul.
Ipul mengatakan, bahwa semua penghargaan yang di dapat perusahaan selama dia menjabat, dia persembahkan unkuk ibunya. Dia juga berharap, ibunya yang sedang sakit stroke bisa cepat pulih.

"Saya kira tiada yang bisa saya ucapkan selain kata  berterima kasih sama ibu saya. 13 penghargaan yang saya dan teman-teman raih sudah selama ini, adalah  berkat ibu," tuturnya seraya menghapus air matanya dengan tisu.