TANGSEL-Siswi SMA kelas X berinisial CPN, diduga menjadi korban pembully-an seniornya di SMA N 9 Kota Tangsel. Atas dasar itu, orang tua korban JS melaporkan ke pihak berwajib.
Informasi yang dihimpun peristiwa pembully-an tersebut terjadi pada Selasa (10/8) sekira pukul 15.30 WIB di salah satu ruang kelas.
Ketika itu, korban yang baru tujuh hari bersekolah terlihat mengenakan pakaian ketat. Padahal, aturan di sekolah yang berada di kelurahan Serua, Ciputat tidak memperbolehkan siswa/siswinya mengenakan pakaian seragam ketat.
Namun, korban tidak terima diberikan teguran seniornya kelas XII itu. Terpancing emosi, kakak kelas beinisial I kemudian memegang baju korban. Korbanpun Berontak hingga dua kancing bajunya terlepas.
Kedua rekan pelaku berinisial N dan J membantu pelaku untuk menegur agar memakai pakaian yang longgar.Usai kejadian tersebut, korban menjauhi ketiga kakak kelasnya.
Tidak terima dengan anaknya dipelakukan seperti itu. Kemudian, esok harinya, Rabu (13/8) orangtuanya melaporkan ke pihak sekolah.
Akhirnya, pada hari itu, dihadapan pihak sekolah, orangtua korban, korban serta pelaku telah meminta maaf.
Namun, orang tua korban tidak puas dengan cara seperti itu. JS kemudian melaporkan peristiwa tersebut ke Mapolsek Ciputat. Namun,Polsek Ciputat disarankan untuk melaporkan ke Subdit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Mapolres Jakarta Selatan.
Lantaran di Mapolsek tersebut belum mempunyai tim PPA. Pada Jumat (15/8), JS melaporkan ke Mapolda Metro Jaya.
Kepala SMA N 9 Kota Tangsel, Ahmad Nana Mahmur mengatakan, mengakui adanya pembully-an yang dilakukan ketiga anak muridnya yakni I, N dan J. Bahkan, ketiga siswa kelas XII sudah diberikan peringatan. "Sudah kami tindak pelakunya dengan memberikan surat peringatan," katanya.
Menurutnya kejadian tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Ketiga pelakupun sudah meminta maaf kepada korban dan orang tuanya. "Padahal, esok harinya orang tua korban sudah bertemu dan membereskan persoalannya. Tetapi, kenapa harus lapor ke kepolisian," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya menyesalkan adanya kejadian dan pelaporan ke pihak kepolisian. Meski demeikian, peristiwa tersebut menjadi pembelajaran terhadap sekolah agar lebih meningkatkan pengawasan.
"Untuk pelecehan dan penganiayaan seperti yang diberitakan media itu tidak benar," terangnya.
Salahseorang pelaku I, membantah telah melakukan penganiayaan dan pelecehan seksual kepada korban.
"Kami hanya menegur agar tidak memakai seragam ketat. Tetapi memang saya terpancing emosi karena CPN omongannya nantangin saya," katanya.
Dia membantah jika dalam peristiwa tersebut ada pelecehan seksual dan kekerasan fisik kepada korban. Hanya saja, dua kancing seragam korban lepas karena ditarik paksa tangannya. "Kalau memang ada kekerasan dan pelecehan seksual silahkan dibuktikan dengan visum," ujarnya.