TANGERANG-Kemacetan di Kota Tangerang semakin hari semakin menjadi. Macet kini tidak hanya terjadi di jam sibuk, pada saat akhir pekan Sabtu dan Minggu kendaraan mengular, seperti di Jalan KH Hasim Ashari mulai dari Ciledug sampai ke Cipondoh. Bahkan di Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di sekitar Tangerang City pada hari libur tersebut susah bergerak.
Untuk mengantisipasi kemacetan lebih parah, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah telah mendatangai Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperpanjang Tol Sunter-Cipondoh dan Tol Kunciran-Bandara.
"Selain itu, kami tengah mempersiapkan light rapid transid (LRT). Ini akan menjadi moda transportasi khusus dalam kota, seperti ke Tangsel, Kabupaten Tangerang dan agar terkoneksi dengan moda lainnya, berakhirnya nanti di Terminal Poris Plawad, di sana kan ada Bus Lane, nanti juga kan ada kereta bandara dan Bus Rapid transid (BRT)," ujarnya.
Lalu bagaimana Arief mewujudkan LRT, apakah pihaknya telah berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia? Menurut Arief dirinya pernah meminta itu kepada PT KAI, tetapi alasan PT KAI pengembangan kereta sedang berada di daerah lain. Sehingga, Tangerang memilih untuk mendatangkan investor. Saat ini, kata dia, pihaknya sedang mempersiapkan peraturan daerahnya untuk membentuk Badan Usaha Milik Daerah.
"Saya sih tidak memikirkan KAI, karena yang kita bikin ini kereta yang mutar-mutarnya di Tangerang Raya. Dan, saya sudah koordinasi dengan Ibu Airin (Wali Kota Tangsel) dan Pak Zaki (Bupati Tangerang)," tuturnya.
Berapa lama LRT akan akhirnya beroperasi di Tangerang, Arief menjawab, tiga sampai empat tahun. Saat ini, kata dia, sudah banyak yang ingin masuk menjadi investor, bahkan Malaysia dan Korea juga sudah. "Kalau Korea dari Kang Emil (Ridwan Kamil wali kota Bandung) yang mengusulkan ke saya," katanya.
Apakah Arief menjamin Tangerang bisa terbebas dari kemacetan, dia mengaku, sangat yakin. Bahkan Arief yakin Tangerang akan lebih maju dari DKI Jakarta karena kalau semua moda transportasi telah jadi, Tangerang paling lengkap. "Bandara ada di sini, saya makanya biarin dah kalau semua ngantornya di Jakarta tapi bisnisnya di sini," katanya.
Selain itu juga, kata dia, pihaknya juga akan terus mengembangkan proyek frontage tol. Kenapa harus ada frontage tol, karena Arief tak ingin Tangerang hanya menjadi kota pelintas saja. "Kalau tol-tol itu sudah jadi, sisi-sisinya harus ada frontage tol, agar kota ini tidak mati. Jangan sampai menjadi kota pelintas," terangnya.
Bagaimana dengan sopir angkot jika nantinya ada LRT, Arief menyatakan, sebenarnya dalam kondisi saat ini angkot sudah tak seperti dahulu lagi. Angkot kini kalah saing dengan ojek motor. Pihaknya permah melakukan pendataan, angkot jurusan Jatake-Tangerang berdasarkan izin terdapat 1.050 unit angkot. Tetapi nyatanya, hanya terdapat 300-an yang aktif.
"Jadi angkot sebenarnya pun sudah jarang, tetapi kita tentu akan mengalihkan mereka menjadi sopir lain. Angkot di Tangerang ini tak pernah berubah dari saya masih SD, begitu-gitu saja. Paling nambah ada TV-nya," tuturnya. (ADV)