TangerangNews.com

2 Tewas di RS Siloam, Menkes Bilang Pekan Ini Investigasi Kelar

Rangga Agung Zuliansyah | Rabu, 25 Februari 2015 | 12:59 | Dibaca : 2250


Suami Korban Pasien meninggal RS Siloam (Rangga A Zulianzyah / TangerangNews)


 

TANGERANG-Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Farid Moeloek, mengungkapkan hasil investigasi terkait kasus tewasnya dua pasien di RS Siloam yang diduga akibat obat tertukar, akan selesai pekan ini.

 "Saya baru terima laporan dari tim Kemenkes dan BPOM yang terjun ke lapangan kemarin. Mulai hari ini kami bahas dan tentukan hasilnya," kata Menkes, usai peresmian Gedung Pelayanan Terpadu Dr. Adhyatama di RS Sitanala Tangerang, Rabu (25/2).

 Dijelaskannya, data hasil peninjauan lapangan Kemenkes dan BPOM akan disatukan dan ada beberapa hal yang perlu diteliti. Namun demikian, Menkes menegaskan bila pihaknya akan bertindak tegas terhadap pihak yang salah dan sanksi akan diberikan sesuai dengan derajatnya.

 "Kita akan memberikan hasil investigasi dan sanksi sesuai data yang kita teliti dengan kebenaran, bukan sekedar menentukan saja," ujarnya.

RS Siloam

 

Sanksi tersebut dicontohkan Menkes, seperti kepada dokter bila memang terbukti tidak membaca petunjuk dari penggunaan obat tersebut.

"Hal itu maka masuk malpraktek dan dokter bisa dikenakan sanksi," ujarnya.

 

Tetapi, bila adanya kesalahan dalam pengemasan obat, maka akan diserahkan kepada BPOM untuk memberikan saksi mulai teguran hingga pencabutan izin perusahaan.

 Menkes juga mengatakan bila pelayana di RS tetap berjalan, karena obat Buvanest telah ditarik hingga proses investigasi selesai."Obat sudah ditarik. Jadi warga jangan ada yang khawatir," ujarnya.

 

Seperti diketahui sebelumnya, dua pasien operasi di RS Siloam Karawaci, meninggal yang diduga setelah diberikan Buvanest Spinal. Ternyata, Buvanest Spinal yang diberikan dokter kepada pasien, berisi asam traneksamat yang merupakan golongan antifibrinolitik sebagai mengurangi pendarahan, bukan bupivacaine.

 Atas kasus itu, BPOM Pusat telah membekukan izin edar obat Buvanest Spinal dan meminta PT Kalbe Farma menghentikan fasilitas produk larutan injeksi.