TANGERANG-Secara kasatmata sangat terlihat wilayah mitra DKI Jakarta yang teramat maju adalah Tangerang. Kepadatan dan tingginya harga perkantoran di kawasan pusat bisnis Jakarta mendorong wilayah sekitarnya khususnya Tangerang untuk melakukan pengembangan serupa di kawasan pinggiran Jakarta.
Tangerang paling banyak dilintasi tol, setidaknya menurut Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah lima tol melintasi wilayah tersebut.
Tol yang ada saat ini sebanyak tiga ruas, yakni Tol Sedyatmo Jakarta-Bandara Soekarno-Hatta, Tol Jakarta-Merak dan Tol TB Simatupang-BSD City.
Dua akses tol lainnya menyusul yakni Tol Sunter-Semanan-Cipondoh yang terhubung dengan tol JORR 2. Selain itu ada Tol Depok-Serpong-Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta.
Bukan hanya itu, Tangerang pun saat ini sedang dilengkapi dengan elevated Busway dari Blok M, Jakarta ke Ciledug.
Arief menjelaskan, Tangerang memiliki potensi karena dilihat dari sisi lokasi sangat strategis. Kota ini juga sarat infrastruktur penunjang seperti bandara dan stasiun kereta api.
"Kita punya bandara, kita punya rel kereta double track Tangerang-Jakarta. Tahun 2015, ada kereta Jakarta-Tangerang-bandara, itu express line," sebut Arief.
Tahun depan, tambah Arief, akan ada lelang pengadaan LRT atau light rail train. Dia berharap, sarana dan prasarana tersebut dapat menunjang bisnis yang ada di Tangerang.
Dari arah Pamulang ada lima bus Trans Anggrek Circle Line atau angkutan perbatasan terintegrasi busway (APTB) yang siap mengantarkan penumpang ke Stasiun Rawa Buntu, Serpong dari Terminal Pondok Cabe.
Belum lagi ada 10 Bus Lane yang sudah sampai ke Taman Anggrek , Jakarta Barat. CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono mengatakan, kawasan Tangerang memiliki aksesibilitas tinggi.
"Saat ini saja tingkat okupansi di atas 90 persen, sementara pasokan perkantoran masih berada pada level 135.000 meter persegi yang tersebar di BSD City, Karawaci, dan Alam Sutera," urai Hendra.
Permintaan ruang-ruang perkantoran, menurut Hendra, akan berasal dari perusahaan-perusahaan yang membutuhkan kantor pendukung (supporting office), misalnya perbankan, asuransi, teknologi, dan lain-lain.
Dengan harga relatif lebih murah, yakni sekitar Rp 120.000 hingga Rp 130.000 meter persegi, akan menarik perusahaan-perusahaan baik multinasional maupun lokal.
Selain itu, kawasan-kawasan tersebut juga sudah menunjang tumbuhnya perkantoran. Ada kawasan industri, pusat belanja, pusat konvensi, hotel, dan lain sebagainya. "Saya lihat sudah banyak yang berpindah ke Tangerang kantor pusat mereka,” ujarnya.
Kawasan Tangerang, terutama Serpong, memiliki infrastruktur yang baik dengan adanya jalan tol dan moda transportasi kereta api. Kebutuhan ini sangat penting bagi calon pembeli sehingga Tangerang tetap menjadi kawasan perumahan dan hunian apartemen yang paling diminati.
Business Development Officer PT Premier Qualitas Indonesia, M Gali Ade Novran mengatakan, investor menguasai pembelian properti di Serpong, Tangerang Selatan, dan Tangerang karena kawasan-kawasan ini menawarkan imbal hasil atau keuntungan investasi lebih tinggi ketimbang kawasan lainnya di Jadebotabek.
"Saat ini ketika pertumbuhan pasar tengah melambat, pasar properti di Serpong masih tumbuh sekitar 20 persen per tahun. Kenaikan nilai cepat, dan harga pun tinggi. Berbeda dengan kawasan lain seperti Depok, dan Bogor," tutur Novran.
Depok dan Bogor, lanjut dia, merupakan dua kawasan yang sangat diidamkan oleh end user. Khusus Depok, diminati oleh pasangan muda, atau pembeli rumah pertama. Sementara Bogor, diincar oleh pembeli usia pensiun.
"Bogor sejak dulu dirancang sebagai kawasan peristirahatan. Dan itu terus berlangsung hingga sekarang. Jadi, pertumbuhan harganya tidak sepesat kawasan Serpong, Tangerang Selatan, dan Tangerang. Saat ini pertumbuhan hanya mencapai sekitar 12 persen per tahun," kata Novran.
Sementara Bekasi, mulai mengikuti Serpong. Kawasan ini juga diincar investor pasca PT Summarecon Agung Tbk., menggarap Bekasi Barat. Pertumbuhan harga melesat dari sebelumnya hanya Rp 3 juta per meter persegi, menjadi Rp 8 juta per meter persegi.