TANGERANG-Kabupaten Tangerang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten. Ibukotanya adalah Tigaraksa. Kabupaten ini terletak tepat di sebelah barat Jakarta; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Provinsi DKI Jakarta di timur, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak di selatan, serta Kabupaten Serang di barat.
Secara umum, prosentase warga miskin di Kabupaten Tangerang adalah 6,68 persen dari populasi penduduk. Namun, menurut Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar meski ada tiga tipologi (corak) pada kawasan permukiman penduduk di Kabupaten Tangerang, seperti ada kawasan nelayan pesisir di bagian utara, kawasan pertanian, serta perkotaan dan industri. Seluruhnya memiliki kesamaan, yakni memiliki sanitasi yang buruk dan kualitas rumah yang tidak layak.
Tercatat ada 407 kawasan padat, kumuh, dan miskin. Terdapat 13.950 keluarga yang tinggal di kawasan permukiman kumuh. Sementara itu, 81.440 kualitas bangunan rumah masih tidak permanen. Serta, 5.283 keluarga tinggal di bantaran sungai, situ, dan sempadan pantai.
’’Wilayah-wilayah ini yang kemudian kami perbaiki,’’ tuturnya.
Karenanya, tugas sang Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar memang tidak mudah karena banyak kawasan yang padat, kumuh, dan miskin.
Pria berusia 42 tahun itu pun menceritakan bagaimana dia akhirnya meluncurkan program Gebrak Pakumis (Gerakan Bersama Rakyat Atasi Permukiman Padat, Kumuh, dan Miskin) karena persoalan tersebut.
Program tersebut digalakkan Zaki. Gebrak Pakumis menjadi program utama. ’’Alasannya simpel, masih banyak warga Tangerang yang sanitasinya tidak bagus,’’ ujarnya saat ditemui .
Yakni, memiliki sanitasi yang buruk dan kualitas rumah yang tidak layak. Tercatat ada 407 kawasan padat, kumuh, dan miskin. Terdapat 13.950 keluarga yang tinggal di kawasan permukiman kumuh. Sementara itu, 81.440 kualitas bangunan rumah masih tidak permanen. Serta, 5.283 keluarga tinggal di bantaran sungai, situ, dan sempadan pantai. ’’Wilayah-wilayah ini yang kemudian kami perbaiki,’’ tuturnya.
Proyek percontohan dari Gebrak Pakumis dilaksanakan di Kampung Rawa Saban pada 2011. Pada 2012 program itu dilanjutkan dengan membedah 1.000 unit rumah di lima kawasan kumuh yang penduduknya berpenghasilan rendah. Kawasan tersebut dibangun dan dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas.
’’Kami tidak hanya membedah rumah, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana agar memiliki ketahanan ekonomi,’’ ucapnya.
Menurut Zaki, sumber program Gebrak Pakumis berasal dari APBD maupun pendanaan lain. Program tersebut juga ditawarkan kepada sejumlah perusahaan yang berminat menyalurkan dana corporate social responsibility (CSR)-nya. Caranya, perusahaan yang berminat tinggal datang ke Kantor Bappeda Kabupaten Tangerang. ’’Perusahaan akan ditanya dulu, punya dana berapa dan mau membangun apa,’’ imbuhnya.
Target program itu adalah peningkatan kualitas perumahan dan permukiman untuk kawasan kumuh perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Tangerang beserta penyediaan bagi lebih dari 20 kawasan Pakumis setiap tahun.
Jumlah anggaran dan unit yang diperbaiki semakin bertambah setiap tahun. Pada 2011 program tersebut memperbaiki 50 unit rumah di Kampung Rawa Saban, Desa Suryabahari, Kecamatan Pakuhaji dengan anggaran Rp 500 juta. Kemudian pada 2012, dilakukan pembangunan secara dua tahap. Total yang ditangani sekitar 1.052 unit dengan anggaran Rp 8 miliar.
Pada 2013 ada 800 unit yang ditangani di 29 kawasan di 13 kecamatan dengan anggaran Rp 8 miliar. Kemudian pada 2014, anggaran ditingkatkan menjadi Rp 14 miliar untuk 1.041 unit di 29 kawasan di sembilan kecamatan. Sementara itu, pada 2015 sudah dianggarkan Rp 14 miliar untuk memperbaiki 1.000 unit di 28 kawasan di 10 kecamatan. ’’Total ada Rp 44,5 miliar yang sudah dikeluarkan untuk program ini,’’ lanjutnya.
Progam Gebrak Pakumis membuat Zaki diundang sebagai pembicara pada sesi panel Penanganan Kawasan Kumuh dari 9 Kota dan Kabupaten Percontohandi Bappenas. Gebrak Pakumis menjadi salah satu program nasional penanganan kawasan kumuh 2015–2019.
Selain dijadikan rujukan oleh Bappenas, program itu ditiru daerah lain di Indonesia. Meski begitu, Zaki mengakui, program tersebut belum sepenuhnya bisa mengatasi kesehatan lingkungan.
Program Gebrak Pakumis baru sebatas membantu menangani persoalan fisik lingkungan. ’’Sementara itu, skala program ekonomi harus ditingkatkan,’’ imbuhnya.