TangerangNews.com

Buruh Lebih Berpotensi Gabung Kelompok Radikal

Rangga Agung Zuliansyah | Kamis, 26 November 2015 | 17:43 | Dibaca : 3682


Sosialisme Holaqoh Kebangsaan untuk mewaspadai gerakan radikal dan terorisme (tangerangnews.com / Rangga A Zuliansyah)


TANGERANG - Perekrutan anggota kelompok radikal di Indonesia tidak hanya menyasar kepada kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, juga kaum buruh, bahkan buruh dinilai lebih berpotensi bergabung dari pada kalangan lain.

"Pasalnya kalau pelajar memiliki waktu yang terbatas, pulang tidak tepat waktu saja dicari orang tua, tapi kalau buruh apalagi yang tinggal jauh dari keluarga, tidak terpantau sehingga jadi target perekrutan," kata Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan saat Halaqoh Kebangsaan di Gedung Community Center Pintu M1 Bandara Soekarno Hatta, Kota Tangerang, Kamis (26/11).

Dalam seminar bertema "Mewaspadai Gerakan Radikalisme dan Terorisme Kontemporer Bagi Karyawan dan Pekerja Formal", Ken menjelaskan dari 4000 kasus warga yang bergabung ke kelompok radikal yang dia tangani sejak tahun 2011, lebih didominasi buruh.

Begabungnya buruh ke kelompok radikal ini biasanya dikarenakan ketidakadilan yang dilakukan pihak perusahaan.

"Dia merasa perusahaan tidak memberikan hak-haknya dan perlu dilawan, lalu bertemu dengan anggota kelompok tersebut dan ternyata sepemahaman, akhirnya dicuci otaknya hingga bergabung dan melakukan tindakan terorisme," jelasnya.

Dijelaskan Ken, ciri-ciri orang yang bergabung ke dalam kelompok radikal biasanya sifatnya berubah menjadi pendiam, suka berbohong karena menyimpan rahasia yang hanya boleh diketahui kelompoknya. Untuk karyawan formal, kebanyakan mereka tiba-tiba keluar dari perusahaan tanpa alasan jelas.

"Salah satu kasusnya seorang karyawan perusahaan di Cikarang, sudah jadi karyawan tetap tapi malah keluar. Itu karena mereka harus mengumpulkan dana yang banyak, sehingga tidak ada waktu untuk bekerja, mereka harus fokus dalam negara barunya," tukasnya.

Karena itu, kata Ken, pihaknya memberikan pemahaman bahaya radikalisme tersebut kepada para karyawan, pasalnya mereka merupakan bagian dari masyarakat yang bisa saja terkena imbas pelaku radikalisme.

"Saya kebetulan pernah ikut kelompok radikal, saya merasa bersalah dan berdosa, setelah sadar, saya merasa bertanggung jawa untuk mengedukasi masyarakat supaya tidak menjadi korban," tukasnya.

Sementara Dosen FISIP UNIS Hilman mengatakan, kegiatan ini digelar untuk mencegahan aksi terorisme. Menurutnya, kasus terorisme merupakan permasalahan global yang bisa dilakukan pemerintah sendiri. "Harus ada tindakan juga dari kalangan akademis, organisasi, dan masyarakat," katanya.

Dalam kegiatan yang diprakarsai oleh Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (KAHMI) Kota Tangerang dan Yayasan Abdi Bangsa ini diikuti oleh 150 peserta yang merupakan karyawan bandara maupun sekitarnya.