TangerangNews.com

Malam Sampai Pagi Waktu yang Tepat 'Warnai' Cisadane Tangerang

Denny Bagus Irawan | Minggu, 31 Januari 2016 | 11:21 | Dibaca : 8368


Pencemaran Sungai Cisadane Tangerang. (Dira Derby / Tangerangnewscom)


TANGERANG-Malam sampai pagi hari sepertinya waktu yang tepat bagi para perusahaan nakal untuk ‘ikut lomba mewarnai’ air Cisadane di Tangerang.

Kenyataan tersebut terpantau pada Jumat (29/1/2016) sampai dengan Sabtu (30/1/2016) dari hasil penelusuran Yayasan Peduli Lingkungan Hidup (Yapelh) yang bermarkas di Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci) di kawasan pinggir Cisadane, Karawaci, Kota Tangerang.   

TangerangNews.com yang berkesempatan ikut dalam penelusuran itu menyaksikan langsung ‘lomba’ tersebut.  Mulai dari ‘mewarnai’ air Cisadane, membuat gelembung busa, sampai para pabrik yang dekat dengan Cisadane maupun yang jaraknya berjauhan, berebut mengambil air dari sungai tersebut dari hulu.

Cisadane

Dengan menggunakan dua perahu,  Yapelh menggunakan istilah ‘Patroli Cisadane’ memantau kegiatan pembuangan limbah pabrik yang memang dilakukan hanya pada waktu tertentu saja.

“Kalau siang enggak berani mereka seperti ini, “ ujar Uyus Setia Bhakti, Direktur Eksekutive Yapelh seraya menunjukan langsung pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi kertas tersebut.

Dalam penelusuran kasus seperti ini, Yapelh mengaku tak jarang mendapati aparat dan pegawai negeri sipil sebenarnya telah mengetahui bahwa pabrik-pabrik tersebut telah mencemari Cisadane. Tetapi, Yapelh hanya ingin mereka malu berbuat seperti itu, karenanya Yapelh terus menerus tetap melaksanakan ‘Partoli Cisadane’.

 Cisadane

“Jujur saja kami sudah bingung sebenarnya mau lapor ke siapa lagi, karena kita sudah biasa melihat dan bahkan nyaris ribut saat kita lakukan partoli, ada di antara aparat yang mem-backing-i pabrik-pabrik itu. Kalau lapor ke Dinas Lingkungan Hidup juga kami sudah sering, tetapi jawaban mereka akan kita telusuri, akan kita kaji, dan apalah banyak sekali sampai tak ada satu pun keluar surat teguran atas pelanggaran yang mereka perbuat, jadi ya kita sekarang bisanya hanya agar mereka malu saja,” kata Uyus seraya menyebut bahwa tim-nya adalah provokator agar semakin banyak yang mengawasi Cisadane.

Uyus juga menyinggung bahwa sebenarnya Dinas Lingkungan Hidup mengetahui persis pencemaran Cisadane, tetapi seakan mereka tutup mata dengan semakin maraknya pencemaran tersebut.

“Lihat saja intake-intake pabrik itu, mereka mencemari tetapi mereka juga menikmati Cisadane, apakah mereka bayar pajak, apakah izin mereka sesuai, saya pesimis,” tegasnya.

Dalam perjalanan dari Karawaci hingga ke kawasan BSD Serpong dibutuhkan waktu dengan perahu berkecepatan rendah sekitar 2 jam dengan kondisi air sedang. Dalam perjalanan itu memang tidak sedikit yang pabrik yang tengah membuang limbahnya pada dini hari itu.

Sedangkan biasanya setelah kita melintasi lubang pembuangan langsung, akan didapati pipa intake para pabrik yang menyedot air Cisadane. Dengan kondisi sungai yang telah seperti itu, tak pelak mencari ikan pun semakin sulit.

Jika tak segera mendapat perhatian pemerintah, sepertinya Cisadane akan bernasib sama seperti sungai yang ada di DKI Jakarta, hitam pekat, berminyak, dan bau. “Turn Back Polutan,” teriak Uyus.