TANGERANG-Puluhan pelajar Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memamerkan berbagai teknologi hasil inovasi mereka di Lomba Inovasi Tepat Guna Tangsel 2016. Kegiatan ini digelar Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Tangsel selama 29-31 Maret 2016 di Mall Teras Kota BSD, Serpong.
Seperti teknologi buatan pelajar Kelas 11 SMA Dharma Karya Tangsel, yakni Kevin Chandra, Andria Farhan dan Tesalonica A Jaqueline. Mereka menciptakan inkubator bayi portable.
Alat berukuran panjang 100 cm, lebar 55 cm dan berat 10 kg ini bisa menjadi pertolongan pertama bayi prematur atau sakit untuk masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal dan jauh dari rumah sakit.
"Ide dari alat ini awalnya karena kita merasa prihatin dengan banyaknya kasus bayi meninggal di daerah pedalaman karena jauh dari rumah sakit dan tidak ada alat kesehatan yang memadai. Nah alat ini bisa menjadi pertolongan awal, selagi bayinya dibawa ke rumah sakit," kata Kevin, Selasa (29/3/2016).
Kevin menjelaskan, alat tersebut dibuat dari peti kemas yang dilapisi aluminium foil dan dilengkapi dengan penghangat, alat sensor suhu, sirkulasi udara, tabung oksigen dan penutup menggunakan kaca akrilik.
"Sensor suhu ini untuk membuat suhu di dalam inkubator agar sesuai dengan suhu rahim ibu sekitar 37 derajat celcius. Penghangatnya menggunakan empat buah lampu motor dengan daya total 25 watt," katanya.
Kevin menambahkan, penutup inkubator portable menggunakan kaca akrilik agar suhu di dalam tetap stabil. Alat tersebut dilapisi aluminium foil untuk mencegah radiasi yang terpancar dari sistem kelistrikan di dalam inkubator. "Alat ini untuk digunakan bayi yang berumur kurang dari 1 bulan," katanya.
Menurut Kevin, penelitian alat tersebut memakan waku 7 bulan dan pembuatannya hanya satu hari. Pembuatan alat ini hanya menghabiskan biaya Rp800 ribu.
Dia menambahkan bahwa alatnya itu sudah memenangkan tiga kali kompetisi sains di tingkat Kota maupun Provinsi. Dia berharap alat tersebut bisa dikembangkan, bahkan diperjual belikan untuk membantu masyarakat kurang mampu di daerah pedalaman. "Supaya bisa mengurangi angka kematian bayi," paparnya.
Selain inkubator portable, peserta lomba dari SMA Dharma Karya juga menciptakan helm anti ngantuk atau disebut Helpin. Helm tersebut merupakan ciptaan Nadia Calisa, Nirek Al-Hamid dan Anggi Pradipta, siswi kelas 10 sekolah tersebut.
Jika dilihat dari luar, Helpin terlihat seperti helm biasa. Namun ternyata helm ini bisa mencegah ngantuk akibat kelelahan. "Biasanya pemicu kelelahan mendadak karena pengendara terlalu banyak menghirup karbondioksida di jalanan, jadi kita sediakan kipas kecil untuk mengatur sirkulasi udara di dalam helm agar pengendara tidak kekurangan oksigen," kata Nadia.
Tak hanya itu, pihaknya memasang sensor angguk untuk memperingatkan pengendara jika mengantuk. Kemudian dilengkapi dengan sistem komunikasi dua arah, serta sensor klik di tali helm. "Jika pengendara mengangguk, sensor akan berbunyi. Ini peringatan kepada pengendara agar dia berhenti dan beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan," paparnya.
Helpin dioperasikan dengan batrei charger yang bisa digunakan selama 1 minggu. Untuk men-charge baterai tersebut hanya selama 12 jam. "Proses penelitian dan pembuatan Helpin memakan waktu 3 bulan dengan biaya sekitar Rp300 ribu," jelas Nadia.