TangerangNews.com
Wiliardi Wizard Sebut Kapolri
| Senin, 9 November 2009 | 19:35 | Dibaca : 103716
Kombes Pol Wiliardi Wizar seusai memberikan keterangan sebagai saksi pada terdakwa Edoardo Noe Ndopo Mbete alias Edo yang diduga membunuh Direktur PT Putera Rajawali Banjaran. (dira / dira)
TANGERANGNEWS-Kombes Pol Wiliadi Wizard sebut nama kapolri saat menjadi saksi dalam sidang dugaan pembunuhan terhadap Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen pada 14 Maret 2009 di Modern Land Kota Tangerang dengan terdakwa Edoardo Noe Ndopo Mbete alias Edo di Pengadilan Negeri Tangerang, sore ini.
Sidang yang diketuai Arthur Hangewa itu berlangsung seru. Pasalnya, Wiliardi secara gamblang menyebutkan, dirinya dimintai tolong oleh Sigit Haryo Wibisono seorang pengusaha dengan dasar surat perintah dari Kombes Chairul Anwar Kapolres Jakarta Selatan. “Sigit mengaku kepada saya, ada perintah dari pimpinan Polri, bahwa ada tugas Negara, “ ujar Wiliardi yang mengenakan kemeja kotak-kotak putih biru dengan celana hitam.
Hakim yang mendengar itu lalu menanyakan, anda bisa mempercayai itu apa dasarnya. Lalu Wiliardi menjawab, saat itu Sigit sedang berbincang dengan Chairul dihadapannya melalui telepon. Setelah mengakhiri telepon itu, kata dia, dirinya menanyakan kepada Sigit dari siapa telepon itu, lalu dijawab dari Chairul Anwar. Sigit memberikan kepada dia sebuah amplop bergambar orang dan sebuah mobil. Saat itu, dia mengatakan Sigit mengaku Chairul Anwar juga telah membentuk tim untuk mengikuti Nasrudin Zulkarnaen.
“Dia meminta tolong kepada saya. Sigit bilang, tolong carikan anak buah untuk ikuti orang ini 1 x 24 jam. Saya lalu meminta bantuan kepada Jerry Hermawan Low, lalu karena Jerry menyambutnya dan saya dikenalkan Jerry dengan Edo di Bowling Ancol,” katanya.
Saat itu lah Wiliardi memberikan amplop dari Sigit ke Edo. Lalu, Wiliardi ditanya Hakim, apa kaitannya Sigit dengan Polri. Wiliardi menjelaskan, dirinya juga tidak tahu. Tetapi memang ada hubungan antara kepala Polri dengan pimpinan KPK. Saat itu, kata dia, Sigit mengatakan, kalau Polri tujuannnya karena Nasrudin terlibat Narkoba sedangkan kalau KPK Nasrudin terlibat korupsi.
“Tugas saya, mengawasi kalau ada tindak pidana yang dilakukan dia (Nasrudin) tolong dilaporkan. Dan, itu disanggupi Edo,” katanya. Setelah Edo menyanggupi itu dengan datang ke Mabes Polri (kantornya), Wiliardi kemudian menghubungi Sigit untuk memberitahukan kalau tim itu sudah ada, seraya meminta uang operasional untuk melakukan pengawasan terhadap Nasrudin.
Kemudian tidak lama, Edo bertemu kembali dengan Nasrudin di wilayah Kemang, Jakarta Selatan dan mendapatkan uang sekitar Rp500 juta dari Sigit untuk uang operasional dengan dilakukan pertemuan penyerahan di depan Cilandak Town Square (Citos). Uang itu, kemudian langsung diserahkan Wiliadi kepada Edo.
Bukan Orang Sembarangan
Hakim Arthur lalu mempermasalahkan kronoligis yang tidak sesuai dengan BAP pertama Wiliardi. “Kamu kan bukan orang sembarangan kok bisa percaya dengan Sigit, apalagi Sigit ini kan bukan dari Polri,” kata Arthur.
Dijawab oleh Wiliardi, justru karena dirinya bukan orang sembarangan, dia mencabut BAP pertama. “Ngapain saya bantuan Polri kalau saya dikorbanin, saya nggak mau. Saya dipangaruhi saat itu. Saya siap keluarga saya dimatiin malam ini. Itulah yang terjadi di Polri sipil (Sigit) bisa seperti itu,” katanya.
Lalu hakim Arthur menanyakan lagi, anda kan pangkatnya lebih tinggi dari penyidik yang memeriksa. “Kan disamping penyidik disebelah kanan kiri ada jenderal, kapolri dan dirserse,” jelasnya.
Apakah anda yakin itu ada surat petintah dari Kapolri?. “Yakin..Yakin saya yakin karena saya pernah melihat dari Sigit surat perintah itu. Sigit memang sering kontak-kontakan dengan Kapolri. Bahkan saya juga pernah meng-croscek-nya dengan menghubungi sespri kapolri Kombes Arif, dan dia mengiyakan kalau Sigit telepon kapolri, lalu Arif menjawab ya dibantu saja (Sigit),” jelas Wiliardi.
Apa tujuan melakukan itu, dirinya mengaku tidak tahu. Namun yang jelas dalam BAP itu, lanjut Wiliardi, ada rekayasa oleh seseorang dari penyidik dengan sasaran Antasari. Ditanya soal Antasari, diakui Wiliardi dirinya pernah dua kali bertemu dengan Antasari Azhar bersama Sigit di kediaman Antasari. Tetapi saat itu, Antasari tidak berbicara apa-apa mengenai akan dibuntutinya Nasrudin. “Sigit yang berbicara,” katanya.
JPU Fauzan menanyakan ke Wiliardi laporan apa saya yang disampaikan Edo kepada Wiliardi. Lalu Wiliardi memberikan keterangan, ada dua kali Edo memberika laporan pertama memberitahukan kalau Nasrudin ada di Bandara dengan dikawal empat orang Brimob dan laporan yang kedua memberitahukan Nasrudin ada di rumah seorang perempuan di Alam Sutera.
Sementara itu Edo saat ditanya kebenaran soal penyataan Wiliardi mengaku semua itu benar. “Benar hanya mengamankan tugas Negara,” ujarnya. Sesaat akan selesai sidang Edo pun mengatakan, sebenarnya dirinya sudah pernah laporan kepada Wiliardi ada sekelompok orang yang kelihatan dari petugas Polri yang juga mengikuti Nasrudin. “Mereka menggunakan mobil Panther dan Timor, itu yang saya sempat laporkan ke dia (Wiliardi) sebelum pulang ke Flores,” singkatnya. (dira)