TANGERANGNews.com-Bendera merah putih kembali berkibar di Negara orang. Kali ini lewat prestasi tim pelajar SMP Indonesia yang berhasil meraik dua emas, dua perak dan dua perunggu pada kejuaraan Malaysia Internasional Chess Festival yang diadakan di Citetel, Mid Valley, Kuala Lumpur, Malaysia.
Mereka yang terdiri dari enam orang tersebut tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Senin (19/09/2016) sekitar pukul 18.30 WIB di Terminal 2. Kedatangan mereka mendapat sambutan langsung dari Hamid Muhammad, Dirjen Pendidikan Dasar Menengah.
“ Prestasi ini sangat membanggakan dibandingkan tahun lalu. Apalagi tahun ini ada 10 negara yang ikut. Ini bagus, sebab tahun lalu hanya satu emas, ” ujarnya.
Dia menerangkan, kejuaraan yang diselenggarakan pada 8-19 September 2016 itu telah membuat Indonesia berhasil mendapatkan rating Internasional dari Badan Catur Internasional FIDE.
Sebab, memang Malaysia Internasional Chess Festival adalah kejuaraan catur berlevel internasional yang diadakan setiap tahun.
Dalam festival catur Internasional yang mempertandingkan lima nomor pertandingan yaitu, rapid chess team, blitz chess individual, challenger, swensen, open individual itu, tim Indonesia mengikuti tiga nomor pertandingan. Sebab, pelaksanaan pertandingan tersebut bersamaan yaitu untuk rapid chess team U-16, swensen U-14 (putra dan putri) serta challenger (rating <2.000).
Mereka yang memperoleh medali dari tim SMP adalah satu emas didapat dari Rapid Chess Team atas nama Putu Luhur Apngal Kusuma, Daru Okta Buana, Skolastika Faustina Ivana A, Amalia Hasanah.
“Satu lagi emas didapat dari nomor Swensen U-14 putra yakni atas nama Daru Okta Buana. Jadi ada dua emas,” ujarnya.
Sedangkan dua perak didapat dari Nomor Swensen U-14 putra atas nama Putu Luhur Apngal Kusuma dan Swensen U-14 putri atas nama Amalia Hasanah.
“Adapun dua perunggu didapat dari nomor Swensen yakni putra Devito Alfionaldi Firgianto dan putrid Nora Amalia. Keenam anak ini akan dibina hingga SMA untuk diharapkan meraih Grand Master dan Master Internasional,” terangnya.
Sementara itu, Daru Okta Buana siswa SMP asal Bekasi itu mengatakan, tidak mudah untuk menjadi pemenang dalam ajang tersebut.
“ Saya harus bersusah payah untuk melawan tuan rumah, karena memang mereka paling kuat ( Malaysia). Kendala yang saya hadapi adalah makanan yang berbeda rasa serta waktu pertandingan yang memakan waktu 6 sampai 8 jam, sehingga waktu untuk istirahat sangat sempit,” ujarnya.