TangerangNews.com

Mencicipi Es Selendang Mayang yang Semakin Langka di Kota Tangerang

Rangga Agung Zuliansyah | Selasa, 7 Februari 2017 | 18:00 | Dibaca : 14125


Selendang Mayang. (@tangerangnews 2017 / Rangga A Zuliansyah)


 

 

TANGERANGNews.com-Es Selendang mayang merupakan kuliner khas Betawi yang banyak disukai masyarakat. Namun belakangan ini, kuliner tersebut jarang dijumpai karena penjualnya semakin langka. Keberadaan minumn lengendaris ini pun mulai dilupakan, terutama oleh generasi muda.

 

Di Kota Tangerang sendiri, kuliner ini dapat di jumpai di kawasan Modernland, Cikokol, dengan nama Es Selendang Mayang Babeh Sapri. Minuman ini dijajakan di warung kecil pinggir jalan, di depan Kantor Pemasaran Modernland.

 

 Selendang

 

Es Selendang Mayang dihidangkan di dalam mangkuk kecil. Isinya berupa kue yang terbuat dari sagu aren dan memiliki lapisan warna yakni merah dan putih. Adonan berwarna warni ini lah yang disebut Selendang Mayang. Kemudian kue disiram dengan gula cair dan santan, ditambah potongan batu es.

“Rasanya sangat manis dan segar. Harganya murah, cuma Rp5000 per mangkok. Saya biasa ke sini kalau jam makan siang,” ujar Nitha, pekerja di kawasan Modernland, Selasa (7/2/2017).

Hidangan ini sangat cocok untuk meredakan dahaga di tengah terik matahari yang panas. Namun untuk mencicipi Es Selendang Mayang Babeh Sapri harus rela mengantri, karena banyaknya pelanggan yang membeli.

 

Es Selendang Mayang Babeh Sapri merupakan usaha turun temurun sejak tahun sejak tahun 1970. Sapri yang merupakan warga Kampung Parung Kored, RT 03/02, Kelurahan Parung Jaya, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang ini, berjualan dikawasan Modernland sejak 15 tahun yang lalu.

 

“Awalnya jualan di Jakarta, lalu pindah ke Kota Tangerang. Selain di Modenland, kita punya cabang di belakang Rest Area Pinang,” kata Feri, menantu Sapri.

 

Feri mengatakan, semakin langkanya Es Selendang Mayang dikarenakan tidak adanya generasi penerus yang mau menjualnya. Padahal kuliner khas ini perlu dilestarikan. “Penjualnya masih ada, tapi anak-anaknya tidak ada yang mau meneruskan, karena itu semakin sedikit yang jualan,” katanya.