TangerangNews.com

Industri Sepatu Kekurangan Pasokan Listrik

| Rabu, 27 Januari 2010 | 19:50 | Dibaca : 5687


Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu (tangerangnews / rangga)


 
TANGERANGNEWS-Pasokan listrik menjadi kendala tersendiri bagi pengusahan insustri. Salah satunya Industri sepatu atau alas kaki nasional yang kekurangan pasokan listrik untuk produksi dalam memenuhi pesanan pasar dari manca negara, terutama Eropa dan Amerika.

Menurut Ketua Asosiasi Produksi Sepatu Indonesia (Aprisindo) Harianto, untuk kualitas produk Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan Cina dan Vietnam. Hanya saja, masalah infrastruktur seperti listrik menjadi kedala.

“Kekurangan infrastruktur seperti listrik dan akses jalan atau transportasi ini dikhawatirkan akan mempengaruhi produksi sepatu sehingga kita tidak bisa bersaing dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Vietnam yang merupakan negara produsen terbesar,” ungkapnya saat mendampingi Menteri Perdangangan Marie Elka Pangestu berkunjung ke industri sepatu PT Panarub Dwikarya, Kelurahan Pabuaran Tumpeng, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Rabu (27/1) siang.

Padahal,  kata Harianto, pembeli (buyer) bermerk New Balance, Mizuyo dan Specs saat ini sedang mengurangi ketergantungan dengan RRT karena di Cina terkena dumping. Karena itu, kata dia, pihaknya berharap kepada pemerintah supaya bisa memenuhi pasokan listrik dan infrastruktur lainnya. “Kepastian pasokan listrik bukan hal yang dapat ditawarkan lagi. Sebab kalau defisit listrik bisa diatasi, pasokan listrik juga bisa menjadi jaminan investasi masuk ke Indonesia,” ujar Harianto.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu optimis industri sepatu mampu bersaing di era perdagangan bebas karena memiliki kualitas lebih unggul. "Karena daya saing produksi sepatu semakin baik, buyer merelokasi pembelian sepatu dari industri alas kaki antara lain di Tangerang," ucapnya.

Menurut data yang diperolehnya dari Badan Pusat Statistik, ekspor sepatu pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 49 %dibanding bulan September 2009, meskipun sempat mengalami penurunan akibat krisis global. "Dari produksi merk New Balance 50 ribu pasang perbulan pada bulan Juni 2009 meninggkat menjadi 270 ribu pasang perbulan," tandasnya. (rangga)