TangerangNews.com

Earth Hour: Peringatan Bagi Manusia di Bumi

| Rabu, 4 April 2018 | 12:00 | Dibaca : 5664


Ilustrasi pemanasan global. (Istimewa / Istimewa)


Oleh: Demilia Diasti Pasyah

Kondisi iklim yang semakin hari mengalami perubahan tidak menentu akibat adanya proses pemanasan global membuat bumi bekerja semakin keras. Masyarakat dunia memiliki peran besar terhadap perubahan iklim yang terjadi. Sadar akan pentingnya menjaga kestabilan antara bumi dengan penghuninya, World Wide Fund for Nature (WWF) membuat kampanye bertemakan Earth Hour sejak tahun 2007.

Sabtu lalu, tanggal 24 Maret 2018 masyarakat dari berbagai belahan dunia memperingati hari kampanye Earth Hour. Kampanye ini memiliki tujuan untuk mengingatkan masyarakat agar turut mengurangi emisi karbon yang salah satunya dihasilkan dari obyek yang membutuhkan energi,seperti barang elektronik dan kendaraan.

Kampanye tersebut terbukti berpengaruh menahan lonjakan jumlah emisi karbon di atmosfer. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa gas rumah kaca akan selalu ada dan sulit dihindari. Kampanye oleh WWF semestinya menyadarkan masyarakat akan kondisi bumi saat ini.

Bumi tidak lagi seperti beberapa tahun lalu yang terlihat baik-baik saja. Banyak perubahan yang mungkin hanya dapat dilihat secara keseluruhan dari luar angkasa, dan cenderung tidak terlihat jika sebatas melalui penglihatan mata.Menurut data World Resource Institute (WRI) tahun 2018, negara Brazil, Tiongkok, Uni Eropa, India, Indonesia, Jepang, Mexico, dan Amerika Serikat secara total berkontribusi terhadap dua pertiga emisi gas rumah kaca tahunan global. Jumlah emisi yang mencapai miliar ton pertahun agaknya turut menjadi tanggung jawab setiap orang di seluruh dunia.

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Ditambah lagi, kejadian kebakaran hutan membuat gas karbon yang dilepaskan ke atmosfer jumlahnya meningkat dan menjadi sangat banyak. Akibatnya, fungsi Indonesia sebagai paru-paru dunia justru membuat bumi sulit untuk bernapas.

Sadar atau tidak, kesehatan bumi semakin hari semakin menurun. Cepat atau lambat, bumi akanmenunjukkan perubahannya akibat pemanasan global. Dampak yang mulai terlihat adalahmencairnya es di kutub. Padahal, dengan mencairnya lapisan es tersebut, permukaan air di laut akan naik. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada negara-negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Seperti telah disebutkan oleh peneliti NASA, beberapa kota di Indonesia seperti Aceh, Jakarta, Makassar, Manado, Jayapura dan Jawa Timur akan mengalami kenaikan permukaan air laut sekitar 1.700-an mm (bbcindonesia).

Isu pemanasan global memang tidak begitu sering diperbincangkan dan bahkan peringatannya hanya dilakukan beberapa kali dalam setahun melalui hari bumi dan beberapa kampanye yang dilakukan organisasi-organisasi tertentu, seperti earth hour oleh WWF. Meski begitu, sesungguhnya kesadaran akan isu global ini hendaknya ditanamkan dan dibarengi dengan aksi yang nyata. Demi anak cucu yang tidak menanggung dampak dari kerusakan bumi di kemudian hari.

Membayangkan dampak yang ditimbulkan akibat pemanasan global dan perubahan iklim semestinya membuat masyarakat lebih prihatin. Sebagai makhluk yang berperan menyumbang gas karbon di atmosfer, perlu adanya kesadaran bahwa fenomena alam yang terjadi saat inibanyak disebabkan oleh kurang bijaknya masyarakat dalam memanfaatkan energi.

#GOOGLE_ADS#

Edukasi diperlukan bagi sebagian orang yang belum memahami dampak besar dari kebiasaan sehari-sehari.Penggunaan listrik seperti lampu, pendingin ruangan, charger dan tv tentu sangat dekat keberadaannya dengan manusia. Faktanya, beberapa orang masih melakukan pemborosan energi dengan menyalakan lampu disaat cahaya dari luar masih mencukupi, menyalakan pendingin ruangan saat sedang tidak dipakai, tidak mencabut charger seusai menggunakannya dan membiarkan tv menyala terus menerus. Semestinya, kebiasaan tersebut segera diubah.

Dampaknya tidak hanya akan berimbas pada diri sendiri, melainkan juga orang lain. Tidak langsung dirasakan, namun tetap akan terasa dikemudian hari. Selain itu, bagi pengguna kendaraan, menghemat bahan bakar dengan meminimalisir penghidupan mesin kendaraan juga dapat dilakukan. Mulai dengan tidak bergantung pada kendaraan pribadi dan mulai menggunakan kendaraan umum serta biasakan untuk berjalan kaki jika tempat yang dituju tidak begitu jauh. Hal tersebut tentu dapat meminimalisir jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari knalpot kendaraan.

Begitu mudahnya kita sebagai masyarakat dapat menjaga kestabilan alam dan membantu bumi meringankan beban yang ditanggungnya. Mengubah kebiasaan dan menjadi lebih sadar akan isu perubahan iklim bukanlah hal yang sulit dilakukan. Hanya perlu kemauan serta kepedulian terhadap keberlangsungan seluruh elemen di bumi. Meski perilaku merubah kebiasaan tersebut terkesan kecil dan remeh, namun jika dilakukan bersama-sama akan berdampak sangat besar bagi bumi, salah satunya agar bumi memiliki usia yang lebih panjang. Sadarkan diri sendiri terlebih dahulu lalu tularkan kepada orang lain. Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?.