TangerangNews.com

Potret Kemiskinan Kota Tangerang, Tak Sekolah Hingga Minum Air Comberan

Achmad Irfan Fauzi | Sabtu, 5 Mei 2018 | 17:00 | Dibaca : 5842


Potret keluarga pasangan Aras dan Yulianti beserta anak-anaknya. (@TangerangNews/2018 / Achmad Irfan Fauzi)



TANGERANGNEWS.com- Kota Tangerang, yang merupakan kota metropolitan sekaligus sebagai penyangga Ibukota Jakarta rupanya masih terdapat potret kehidupan yang memilukan hati manusia.

Tumpukan pakaian tergeletak di atap genting yang terbuat dari asbes seadanya masih menjadi pemandangan. Sebuah rumah gubuk yang atapnya digunakan untuk menjemur pakaian itu dibangun dirangkaikan kayu bekas.

Di samping halaman gubuk, terdapat sebuah dapur karena terlihat alat-alat masak yang berantakan.

keluarga pasangan Aras dan Yulianti beserta anak-anaknya.

Terlihat juga kayu bakar untuk memasak sajian makanan dan minuman di sebuah gubuk itu. Sementara di halaman depan gubuk, terhias sejumlah tanaman yang dibungkus dengan pot.

Ternyata sebuah gubuk itu terletak di Kampung Kunciran Mas Permai, Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, tepatnya di bawah tol kunciran, di semak-semak yang lokasinya hanya berjarak sekitar 500 meter dari kantor kelurahan setempat.

Gubuk yang hanya terdiri dari satu petak berukuran 3x3 meter tersebut dibagi menjadi dua ruangan dan hanya memiliki dua tempat tidur dengan diisi satu keluarga yang beranggotakan delapan orang yaitu Muhammad Aras Arifin, 45, dan Yulianti, 32, serta enam orang anaknya.

Malang betul nasib keluarga pasangan Aras dan Yulianti yang telah tinggal di sebuah gubuknya itu sekitar 43 tahun silam.

Keenam orang anaknya yakni Raja Wahyu 10, Rizki Amalia 9, Maharani Gipty 8, Bintang Erlangga Saptahadi 7, dan Dewa Elang Samudra 6, belum pernah mengenyam pendidikan. Sementara yang terakhir, Dewi Cipta Negara masih berumur 1 tahun.

Atas kabar tersebut, seantero Kota Tangerang pun sempat terkejut saat peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2018 kemarin.

Aras mengatakan, kelima anaknya tidak sekolah lantaran ia dan istrinya tidak memiliki identitas apapun pasca rumahnya terbakar beberapa tahun lalu.

#GOOGLE_ADS#

Dia, seusai bertani dengan hanya memakai celana pendek dan tidak mengenakan kaus menuturkan tidak ada bantuan sama sekali untuk keluarganya meski ia tinggal di dekat kelurahan.

“Tidak ada bantuan sama sekali selama ini, dari kelurahan ataupun kecamatan juga tidak ada. Begitu tersebar kabar tentang keluarga saya yang miskin baru semua mendatangi saya,” ucapnya, Sabtu (5/5/2018).

Aras mengungkapkan, pada beberapa tahun lalu, keluarganya ini sempat minum dan makan menggunakan air comberan.

“Tahun 2007 sampai 2009 saya pernah makan dan minum pakai air comberan, ya mau gimana lagi hidup susah begini,” ujarnya.

Begitu tersebar kabar bahwa, Aras bersama keluarganya pernah makan dan minum menggunakan air drainase serta kelima anaknya tidak mengenyam pendidikan, barulah pemerintah setempat membuatkan identitas keluarganya.

“Ini KTP saya dan istri sama identitas anak-anak saya
baru saja jadi. Kemarin baru diberikan,” imbuhnya sambil memamerkan KK, KTP dan sejumlah identitas lainnya.

Lebih lanjut, Aras bersikeras bahwa keluarganya ini tinggal di lahan yang dianggap milik pengembang setempat yaitu Alam Sutera, lantaran lahan tersebut merupakan milik orangtuanya yang tak pernah dia jual.

“Saat itu lahan ini akan dibalik nama oleh bapak saya, tapi tahu-tahu ada yang menjualnya. Saya
akan tetap disini sampai status lahan ini jelas,” tuturnya.

Camat Pinang Agun Djumhendi menambahkan, keluarga tersebut memang sebelumnya tidak ada yang memiliki identitas, baik KTP dan KK, serta akta kelahiran keenam anaknya.

Meskipun demikian, Agun telah membuatkan seluruh dokumen identitas tersebut. Dan ia berharap anak-anak Aras dapat segera duduk di bangku sekolah.

“Kami juga meminta kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Perumahan dan lainnya untuk membantu agar keluarga miskin ini bisa hidup dengan layak,” imbuhnya.(RAZ/HRU)