TangerangNews.com

Pilu! Tak Sanggup Bayar Biaya Persalinan, Bidan Bawa Kabur Bayi di Tangerang

Achmad Irfan Fauzi | Senin, 1 Oktober 2018 | 17:25 | Dibaca : 11739


Randi dan Atikah, pasangan suami istri (Pasutri) asal Selapajang, Neglasari, Kota Tangerang saat menunjukan foto bayinya yang imut. (TangerangNews.com/2018 / Achmad Irfan Fauzi)


TANGERANGNEWS.com-Malang nian nasib Randi dan Atikah, pasangan suami istri (Pasutri) asal Selapajang, Neglasari, Kota Tangerang. Pasalnya, bayi mereka yang baru dilahirkan hilang.Diduga, bayi tersebut dibawa kabur seorang bidan.

Kisah pilu ini berawal saat pasutri tersebut tak sanggup membayar biaya persalinan. 

Diceritakan Randi, kejadian bermula saat dirinya mengantar sang istri, Atikah yang hendak melahirkan pada Sabtu (22/9/2018). Ia membawa sang istri ke praktek persalinan bidan Yuni yang lokasinya tak jauh dari kediaman mereka di wilayah RT 01/02, Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.

Oleh pihak bidan, istri Randi mesti dirujuk ke RS Permata Ibu, Pinang, Kota Tangerang, karena kondisinya sudah tidak memungkinkan melahirkan secara normal dan harus segera dilakukan operasi cesar. 

"Saat di rumah sakit saya ditawarkan paket biaya bidan. Paket itu ditawarkan langsung oleh bidan bukan dari rumah sakit," ujar Randi pilu di rumahnya, Senin (1/10/2018).

Randi menjelaskan, saa itu, bidan menawarkan paket sebesar Rp10 juta untuk biaya persalinan. Saat prosesi telah usai dan seorang bayi perempuan pun telah lahir, biaya tersebut langsung diminta ke orangtua bayi itu. 

"Saat itu karena saya tidak punya uang, saya minta butuh waktu untuk membayarnya. Tapi, bidan diminta untuk hari itu juga membayarnya," katanya. 

Kemudian, kata Randi, karena belum sanggup membayar biaya persalinan tersebut, istri dan bayinya tersebut disuruh menginap oleh sang bidan di rumah sakit selama perawatan. Namun, pada Rabu (26/9/2018), istri bersama buah hatinya akhirnya dikeluarkan dari rumah sakit atas permintaan bidan Yuni, lantaran belum melunasi pembayaran. 

"Saya disuruh mencicil, saat tengah mengupayakan dananya, tiba-tiba berselang empat hari, istri dan anak saya disuruh pulang, itu pun tanpa sepengetahuan dari saya," jelas ayah yang memiliki tiga anak perempuan ini.

#GOOGLE_ADS#

Namun, lanjutnya, kepulangan istri dan anaknya yang diantarkan bidan itu tidak langsung menuju ke rumah, melainkan ke tempat praktek bidan tersebut.

"Saat pulang dari rumah sakit, istri saya ngomong ke bidan kalau mau menunggu saya. Tapi oleh bidan itu dipaksa untuk pulang dan bidan itu ngomong 'ribet suami kamu itu'. Ternyata, saat di jalan, hanya istri saya saja yang diantar pulang ke rumah, sedangkan bayi saya ditinggal di tempat praktek bidan," tutur Randi yang kesehariannya bekerja sebagai supir taksi itu.

Randi menambahkan, bidan tersebut juga sempat mengatakan bahwa bayinya dititipkan ke rumah jasa penyimpanan anak dengan mematok biaya penitipan Rp250 ribu per hari kepada istrinya. 

"Tanpa bisa berbuat apa-apa, istri saya yang masih dalam keadaan lemas langsung menangis dan menceritakan hal tersebut kepada saya saat di rumah," imbuhnya.

Menurut Randi, pihaknya telah mencoba berkomunikasi dengan bidan Yuni, untuk berdiskusi masalah biaya. Pihak keluarga pun mencoba untuk mengambil opsi membayarkannya melalui BPJS, tapi ditolak oleh bidan Yuni. 

"Kata bidannya, kalau pakai BPJS paket bidan dilepas olehnya. Tapi, saat itu juga bidan Yuni ngomong kalau tanpa paket bidan, biaya persalinan dari hari Sabtu hingga Rabu menyentuh harga sebesar Rp17.5 juta," jelas Randi.

Karena merasa penasaran, Randi pun mencoba konfirmasi kepada pihak rumah sakit terkait biaya persalinan hingga perawatan istri dan anaknya. 

"Dari keterangan rumah sakit memberikan jawaban kalau urusannya hanya dengan pihak bidan Yuni saja. Dari situ saya pun punya pemikiran adanya permainan antara keduanya," katanya.

Namun, lanjut Randi, saat pihaknya mencoba kembali berkomunikasi dengan bidan Yuni pada Kamis (27/9/2018), telepon genggam bidan itu tidak aktif.

"HP nggak aktif, saya datangi ke lokasi prakteknya pun tidak ada aktifitas disana. Hingga saya coba hubungi lagi sampai hari Sabtu pun nggak aktif," ucapnya.

Kemudian, karena tak ada komunikasi dengan bidan, pihak keluarga pun melaporkan kejadian tersebut ke Polres Metro Tangerang Kota. 

"Di hari Sabtu itu, saya bersama polisi juga sudah mendatangi tempat praktek bidan itu. Tapi tempat prakteknya terkunci rapat," tandasnya.(RMI/HRU)